017 - Talk About Love

741 81 16
                                    

- - -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- - -

"Kau berengsek Senku!"

Bendungan itu sepenuhnya hancur. Gen berjongkok di bawah menundukkan kepalanya kepada kedua lututnya. Senku bisa melihat tubuh itu mulai bergetar.

Begitu Senku ikut jongkok, dia bisa mendengar isakan kecil disana.

Senku kelabakan, selama ini dia tidak pernah melihat mentalis licik itu menangis kecil seperti ini. Apalagi itu setelah dia mengungkapkan perasaanya, kesimpulannya Gen menangis karena dirinya.

"A-apa kau menangis mentalis?"

Dirinya merutuki dirinya sendiri karena mengatakan hal konyol padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya. Dan lagi apa perlu pertanyaan itu dikatakan?

Tapi Gen malah tertawa "Pertanyaan bodoh apa itu?" Dia mendongakkan wajah sembabnya kepada Senku. Meskipun Mentalis itu tersenyum, air mata itu masih terus mengalir di pipinya.

Punggung jari jempol Senku tergerak untuk menghapus air mata itu.

"Ya Ampun, mengapa itu tidak berhenti?" Kagetnya saat air mata itu masih mengalir kebawah saat Senku sudah menghapusnya.

Gen memenang tangan Senku yang berada di wajahnya itu.

"Itu semua salahmu Ilmuwan gila"

"Apa? Aku hanya mengungkapkan perasanku saja padamu" ujarnya santai, seolah tak bersalah apapun.

Gen tertawa, yah dia sudah menduga Senku akan berkata seperti itu. Dia mengusap air matanya dengan lengan panjangnya itu. Dia membawa dirinya untuk duduk di lantai kapal itu, bersender di dinding kapal. Dia menepuk lantai sebelahnya, mengisyaratkan kepada Senku untuk duduk di tempat yang dia maksud itu.

Senku menurutinya.

Senku tersentak saat jemari Gen mengambil tangannya dengan pelan-pelan lalu menggenggamnya di antara jarak duduk mereka.

"Kau terlalu kaku Senku-chan, padahal dengan manisnya tadi kau mengungkapkan perasaanmu padaku" goda Gen saat melihat semburat merah di telinga Senku.

"Terserah mu Mentalis" dengusnya.

Keheningan malam sangat terasa di geladak belakang. Karena hanya mereka saja yang berada di sana. Sedangkan yang lain mungkin masih mabuk dalam bar atau memilih untuk tidur nyenyak dalam kamar mereka.

"Mengapa kau mengatakan itu sekarang Senku-chan? Apa mendengar aku akan melepaskan perasaanku membuatmu panik?" Tawanya canda.

"Iya" Tapi itu benar adanya.

[✓] Alexithymia - SenGenWhere stories live. Discover now