Suara tangis bayi mengisi kekosongan kamar juga merepotkan Jaergen yang kini langsung menghempas laptop di pangkuannya. Pria berpiyama hitam itu menghampiri keranjang bayi di ruang rawat rumah sakit, menggendong dengan perlahan lalu menimangnya penuh kehati-hatian.
Wajah kecil bayi yang belum di berinya nama, tampak merona sehabis menangis. "Cup... Cup... Cup... Jangan nangis ya, sayang."
Ketika tengah menimang, ponsel Jaergen berdering tiada henti. Takut ada hal penting yang ingin dibicarakan, Jaergen segera mengambil ponselnya dan menerima sembari menggendong sang bayi. "Ada apa?"
"Gudang penyimpanan utama terbakar, Tuan. Semuanya habis tidak bersisa, kita mendapatkan kerugian yang sangat besar."
Kepalanya seperti terhantam benda keras, Jaergen menggertakkan giginya. "Apa kerjaan kalian sampai bisa ceroboh seperti ini?"
"Maaf, Tuan."
Jaergen memutuskan sepihak panggilan, pria itu pun terus menimang sang bayi tapi mengapa suhu tubuhnya terasa semakin panas? Jaergen panik! Pria itu langsung menekan tombol hingga semua Dokter langsung datang. Memberikan segala macam pertolongan dengan Jaergen yang setia menunggu di depan pintu ruangan.
Di sana, Jaergen tampak sangat kacau. Perusahaannya mendapatkan kerugian yang mengancam pada kebangkrutan, bayinya kembali demam tinggi, belum lagi Starlee dan Cazz yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Sampai tidak lama kemudian, Rayden datang menghampirinya.
Tanpa berkata, sebuah pukulan menghantam tepat pada rahang tegas Jaergen. "Apa-apaan ini?!"
"Lo yang apa-apaan sialan! Gara-gara lo-"
Suara Rayden terputus di tenggorokan saat Dokter keluar dari ruangan dengan wajah sendu. Pria bersnelli itu menggeleng, "Saya meminta maaf karena gagal menyelamatkan nyawa bayi Anda. Dengan ini, saya nyatakan, bayi Anda menghembuskan napas terakhirnya."
Deg.
Jantungnya berhenti bekerja, wajah Jaergen memucat. Tubuhnya lemas tanpa tenaga hingga jatuh menghantam lantai, pandangannya pun berubah kosong. "Dok?"
"Silakan Anda masuk, Tuan."
Menggenggam tangan mungil bayinya yang sudah mendingin, Jaergen menangis pilu. "Kenapa kamu harus pergi sebelum Daddy merawat mu dengan baik, sayang? Kenapa kamu tidak tunggu Daddy dulu yang pergi? Jangan tinggalin Daddy, sayang."
Kematian sang bayi yang bahkan belum sempat diberinya nama, membuat perasaan Jaergen hancur sampai ke dasar. Pria itu menutup suara, bahkan ketika semua keluarga besar datang memberi ucapan bela sungkawa. Rayden yang berniat mengajak ribut pun, mendadak mengurungkan niatnya.
Prosesi pemakaman yang disaksikan keluarga telah selesai, namun Jaergen enggan berpaling. Pria itu terus memeluk nisan anaknya, "Melissa. Maafkan aku, aku lagi-lagi gagal."
Tangisannya sungguh menggoyahkan pertahanan kokoh siapa pun. Sebab, Jaergen si iblis berwajah dingin, menunjukkan sisi lemahnya yang lama terkurung. Dia berdiri ketika ponsel terus berbunyi, Jaergen dengan sangat terpaksa menjauh dari makam bayinya.
"Manager keuangan membawa kabur uang perusahaan sebanyak 10 triliun."
Ponsel terlempar dengan keras hingga hancur tak terbentuk, Jaergen mengacak rambutnya frustasi. Pria itu berlari menuju parkiran, mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Tanpa memedulikan keselamatannya di tengah jalan raya yang padat luar biasa, hingga...
Suara dentuman dua benda yang bertabrakan menjadi saksi bisu tiap teriakan para saksi. Semua orang histeris melihat dua buah mobil yang bertabrakan dengan arah berlawanan, berbeda dengan pengemudi. Keduanya, dari dua mobil yang berbeda, hanya mampu membatu.
Hantaman keras depan mobil tak bisa keduanya elakkan.
Kehancuran untuk... Jaergen, kembali datang.
Ya, dua mobil-salah satunya adalah milik Jaergen.
Apa ini sudah waktunya untuk aku menebus semua dosaku di neraka?
***
Menit demi menit berganti jam bahkan bulan, tepat di bulan kedua setelah kecelakaan yang Jaergen alami silam. Kini berdampak pada banyak kesehatan, bukan hanya kesehatan Jaergen tapi Ibunya pun turut jatuh sakit. Melihat perusahaan anaknya di ambang kebangkrutan dan... Kaki anaknya yang dinyatakan, lumpuh.
Sudah sebulan Jaergen terbangun usai koma selepas kecelakaan, kini, ketika bangun, Jaergen malah berharap tidur panjang kembali atau kalau bisa, tidak perlu bangun lagi saja.
Pyar!
Kerasnya cermin hancur berserakan saat gelas kesekian, kembali menghantam permukaan. Pria dengan otot tubuh yang tak lagi mampu bekerja sempurna itu berteriak, "PERGI! SAYA BUKAN PRIA CACAT! PERGI SEKARANG JUGA SAYA BILANG!!"
Tidak ingin disebut cacat padahal kenyataannya, Jaergen berada di fase itu. Dengan keterbatasan gerak akibat kecelakaan, membuat Jaergen harus bergantung pada kursi roda atau, hanya mampu terbaring di atas ranjangnya saja. Mungkin, ini hukuman terbaik untuk Jaergen yang telah memberikan banyak sekali luka untuk Starlee, Melissa, dan juga Cazz.
Tubuh sempurnanya telah sirna secara perlahan, terkikis hingga rahangnya yang tegas, begitu tirus nan kurus. Jaergen menolak semua makanan, kecuali, saat Ibunya datang dan memohon agar Jaergen mau makan. Selebihnya, Jaergen hanya akan mengurung diri. Tidak mau di rawat oleh suster mana pun.
"Astaga, Ergen! Apa yang kamu lakukan?"
Mamah Athena menghampiri perawat anaknya yang tengah meringkuk ketakutan, "Ya Tuhan! Melanie, maafkan kelakuannya anak saya! Tolong maafkan," Mamah Athena meminta kepala pelayan agar membawa Melanie ke rumah sakit.
Perawat yang tak tahu apa-apa itu harus mendapatkan amukan gila dari Jaergen, "Kamu kenapa sih, Ergen?! Mamah sudah berulang kali mencari perawat terbaik untuk merawatmu, tapi kamu selalu menolak! Mamah yang merawat kamu pun, kamu tolak! Kamu maunya apa? Mau Mamah mati? Iya?!"
Jaergen luluh, pria itu menggeleng pelan. "Maaf,"
Mamah Athena ikut sedih, wanita baya itu mendekati anaknya, memeluk Jaergen dengan erat. "Ergen punya Mamah, tolong jangan seperti ini, Nak. Hidup Ergen masih panjang, masih banyak hal yang harus Ergen lakukan. Salah satunya, mengejar maaf dari Starlee."
Starlee... Apa kabar wanita itu sekarang? Jaergen kembali melamun, dia terus memikirkan bagaimana keadaan Starlee, Cazz, dan bayi di kandungan Starlee. Apakah bayinya sudah lahir? Apakah mereka hidup terjamin? Di mana secara tiba-tiba, Jaergen menangis dalam dekapan Mamah Athena. Mamah Athena tentu tahu apa penyebab anaknya menangis seperti ini.
"Kamu harus sembuh, Nak!"
Sembuh ya? Jaergen tertawa miris dalam hati, Dokter saja sudah bilang jika dirinya lumpuh permanen. Tidak bisa lagi di sembuhkan, untuk apa berharap pada sesuatu hal yang mustahil? "Mamah bisa pergi sekarang,"
Mamah Athena mengembuskan napasnya gusar, wanita baya itu memilih untuk mengikuti keinginan Jaergen, beliau pun pergi. Tepat setelah pintu tertutup, Jaergen menatap kakinya yang terbalut selimut. Di mana tangannya secara perlahan, mencoba menahan bobot tubuh untuk duduk bersandar.
Tapi dirinya yang berada di tepi ranjang, tak bisa lagi menahan hingga tubuhnya kembali menghantam kerasnya lantai. Jaergen memejamkan mata, pria itu mengepalkan kedua tangannya lalu meninju lantai dengan keras. "ARGH!"
Untuk apa hidup jika perusahaannya sudah hancur, istri dan anaknya pergi entah kemana, bahkan kakinya lumpuh.
***
Selain membuatnya menyesal, hukuman terbaik adalah menjatuhkannya. Benar apa betul?
Yok spam koment buat next!!
Mumpung lagi semangat ngetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelahiran Kembali Sang Bintang
FantasyDia, Starlee... Sesuai dengan arti namanya, karir Starlee begitu cemerlang bagai bintang ditengah kegelapan. Memiliki segalanya, namun satu hal yang sangat dia benci akan fakta kehidupan pernikahan yang selama ini dia bangga-banggakan. Dirinya dija...