"ZAYN ALANO RODRIGUEZ!!! Sampai kapan kamu melajang?! Kamu ini bukan lagi ABG! Kamu tuh perjaka bangkotan tau enggak?! Cepet nikah! Mau kamu, Mama duluan yang masuk kubur sebelum kamu menikah?!"
"Astaga, Mam! Malu,"
"Biarin! Biar semua orang tahu, kalau kamu ini! Menang muka doang ganteng tapi perjaka lapuk!"
Zayn memijat pelipisnya yang berdenyut, rapat pentingnya siang ini harus di undur secara mendadak sebab Ibunda tercintanya, datang tanpa mengabari dan langsung marah-marah sebab teman arisannya, baru saja pamer perihal kelahiran cucu baru. Mamanya? Jangankan cucu, menantu saja belum kelihatan hilalnya.
Mama Zahara, wanita asli Indonesia tepatnya Bandung, Jawa Barat. Yang sungguh beruntung, di pinang pria asli kelahiran Belgia dan lahirlah Zayn Alano Rodriguez. Setelah melahirkan Zayn, sayang sekali, Mama Zahara tidak bisa mengandung untuk yang kedua sebab rahimnya bermasalah. Zayn adalah anak satu-satunya.
"Zayn!!! Astaga anak Mama!!! Setidaknya, kamu main jalang atau apa gitu, jangan begini! Mama cape mikirin kemungkinan kalau kamu itu belok!"
Mata Zayn memelotot, "Mam! Aku ini masih lurus ya! Masih doyan perempuan! Tapi bukan berarti, aku suka jajan sembarangan. Aku ini pria mahal, Mam! Jangan samakan aku kayak anak-anak teman Mama itu." Zayn mengacak frustasi rambutnya yang semula tertata rapi.
Setiap kali mampir ke kantornya, Mama Zahara pasti tidak jauh-jauh dari obrolan perihal menikah, menikah, dan menikah. "Zayn, sampai kapan kamu mau menunggu Arle? Mama cape melihat kamu yang terus begini,"
"Mam, tolong kasih aku waktu lagi. Aku janji, akan bawa calon menantu untuk Mama."
Anaknya yang malang, Mama Zahara mengusap bahu sang anak dengan lembut. "Ikhlaskan Arle, Nak. Bukankah dia sudah bahagia dengan pilihannya? Dia tidak memilihmu, untuk apa kamu menunggu sesuatu yang tidak pasti? Jangan bebani diri kamu dengan hal sia-sia, Mama akan setuju dengan siapa pun kamu berhubungan selagi dia perempuan."
"Mam, tapi aku sudah berjanji akan menikahinya setelah aku menjadi Dokter, Pilot, CEO, dan pembalap." Lirihnya dengan kepala tertunduk, beberapa kali merasa ingin mundur tapi sekian kali juga semangat melangkah maju sampai di detik ini.
Detik di mana, Arle-nya telah menikah, memiliki anak, bahkan sudah 2 kali menikah. Zayn? Jangankan 2 kali, menikah sekali saja dia belum kepikiran.
"Nak, itu janji anak-anak labil. Kamu tidak perlu membawa serius ucapanmu dulu,"
Zayn menggeleng, "Mama salah. Laki-laki sejati adalah laki-laki yang mampu menepati apa yang dia katakan, apa yang dia lisan kan. Bukankah Mama mengajari aku seperti itu?"
"Tapi ini beda kasusnya, Nak. Arle sudah menikah, bahkan sudah punya anak. Yakin kamu mau dengannya?"
"Apa malah Mama yang tidak mau punya menantu seperti Arle?"
Tuk!
Dengan gemas, Mama Zahara menjitak kening Zayn. "Mama menyayanginya seperti anak sendiri, mana mungkin tidak suka? Mama hanya tidak mau, kalau kamu jadi pebinor, itu memalukan, Zayn!"
"Mam, kalau aku mau jadi pebinor, sudah dari lama aku lakukan. Terutama sejak Arle baru menikah, tapi apa... Apa aku melakukannya?"
Mama Zahara terdiam, benar juga. Jika anaknya itu memang berniat jadi pebinor, kenapa tidak sejak awal Starlee menikah saja? Iya juga ya kalau di pikir-pikir. "Kenapa kamu tidak melakukannya?"
"Karena aku mencintanya, Mam. Bukan obsesi belaka, kekaguman sekejap, apalagi suka yang bisa bosan. Aku mencintanya tanpa peduli dia meminta atau dia tidak tahu sekali pun. Aku tulus, Mam. Aku ingin melihatnya bahagia, jika bahagianya dia bukan aku. Aku tidak masalah, aku yang akan sendirian."
"Nak, kenapa kamu memilih sendiri?"
"Aku takut, Mam. Aku takut menyakiti hati wanita yang tulus mencintaiku sedangkan aku mencintai wanita lain, dari pada aku menyakiti wanita yang sama saja seperti menyakitimu, Mam. Lebih baik aku sendiri, tidak akan ada yang aku sakiti, hanya hatiku yang perih tiap kali melihatnya berdua dengan pria lain."
"Anakku benar-benar malang," Mama Zahara memeluk Zayn. "Kalau begitu, tunggu jandanya Arle. Atau, tidak usah menikah sekalian. Kamu bisa adopsi anak di panti, supaya Mama bisa punya cucu."
Zayn menatap Mama Zahara dengan tatapan lembut yang tidak pernah dia tunjukkan selain untuk Mama Zahara dan Starlee. "Mam, aku akan menikah. Aku akan memberikan Mama banyak cucu yang cantik dan tampan."
"Iya-iya, Mama tunggu, Nak." Meski harus puluhan tahun lagi, sambungnya di dalam hati. Mama Zahara sudah tidak berharap lebih pada anaknya yang senantiasa gagal melupakan masa lalu.
Dia pernah berniat untuk menjodohkan Zayn dengan anak sahabatnya, tapi melihat bagaimana kamar Zayn yang tidak berubah sama sekali sejak dia duduk di bangku SMP dan juga puluhan foto Zayn bersama Starlee yang terpajang di dinding. Mama mengurungkan niat, kamar yang Starlee desain saat mereka masih kecil, tidak pernah Zayn ubah sedikit pun penataannya.
Zayn punya ketakutannya sendiri saat dia hampir gagal menjadi seorang Dokter. Sebab, tidak ada latar belakang atau pengetahuan medis yang mumpuni untuknya jadikan bekal. Kedua orang tuanya bukan Dokter dan tidak ada satu pun anggota keluarga yang menjadi ahli medis satu itu. Zayn adalah yang pertama, dia pemecah rekor.
Karena Zayn memiliki janji atas ucapannya sendiri, jika dia gagal menjadi Dokter, Pilot, CEO, dan pembalap, Zayn akan berhenti untuk menunggu cinta pertamanya. Dia tidak ingin mengecewakan Starlee, sebab cita-citanya tidak terwujud untuk menjadi istri dari ketiga jabatan itu. Tapi beruntung, Zayn berhasil melewati segala perjuangannya dengan penuh semangat dan percaya diri.
"Mama pergi dulu, sayang."
"Aku antar,"
"Mama sama sopir, Nak."
"No, Mama akan aman bersamaku. Lain kali telepon aku jika mau ke kantor, supaya aku bisa jemput Mama."
"Manis sekali anakku ini."
Di sebuah rumah sakit, Starlee duduk di depan seorang Dokter. Membicarakan hal yang sejak si kembar lahir tidak pernah lagi Starlee sampaikan. Wanita itu mendengarkan segala penjelasan dari Dokter langganannya dengan seksama. "Kamu yakin ingin melepasnya?"
"Iya, Dok. Aku rasa, sudah terlalu lama."
Dokter tersenyum, "Semoga program hamilnya lancar ya."
Starlee hanya sekilas tersenyum tipis, hari ini, dia akan melepas apa yang selama ini membuatnya seakan-akan tidak bisa mengandung. Padahal Starlee hanya enggan mengandung darah daging siapa pun, termasuk Rayden. Sudah cukup anak-anaknya yang hidup menderita bersama Starlee, jangan ada anak yang lain.
Malam ini juga, bertepatan dengan Jaergen dan Amora yang akan pergi ke Bali untuk bulan madu ke sekian, Starlee juga akan melakukan perjalanan melelahkan. Dia membawa anak-anaknya, ketika Suri dan Grace masih tertidur. Starlee menggendong Suri dan Grace di gendong Cazz, mereka pergi menuju taksi di seberang jalan.
Cahaya silau itu...
"MOM! AWAS MOBIL!!"
***
Next?
100 koment untuk bab selanjutnya.
Gpp banget kalo aku harus UP sekian hari kemudian, WKWK
Seneng malah enggak up, lagi sibuk jadi panitia MOPW soalnya, HAHAHAHA😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelahiran Kembali Sang Bintang
FantasyDia, Starlee... Sesuai dengan arti namanya, karir Starlee begitu cemerlang bagai bintang ditengah kegelapan. Memiliki segalanya, namun satu hal yang sangat dia benci akan fakta kehidupan pernikahan yang selama ini dia bangga-banggakan. Dirinya dija...