41 - IKHLAS

4.5K 346 64
                                    

Setelah hujan turun menyerbu bumi, kini Starlee jatuh sakit. Wajahnya yang pucat di poles make up untuk menyamarkan, bahkan dia juga bersikap setenang mungkin agar anak-anaknya bisa melalui acara di hari Ibu ini dengan senang. Starlee juga tidak mau mengecewakan anak-anaknya jika tahu dirinya tidak bisa datang karena sakit.


"MOMMY! Lihat! Pakaian ini akan sangat cocok untuk Mommy!"

"Cepat berganti pakaian Mommy!"

"Cepat-cepat!"

Starlee terkekeh, wanita itu tidak bisa menolak. "Yakin, sayang? Haruskah Mommy pakai ini?"

"Harus!"

"Baiklah, terima kasih untuk pilihan indahnya, sayang."

Mata Grace dan Suri bersinar cerah melihat sang Ibu, "Mommy tampak lebih-lebih muda!" Grace memuji sang Ibu, Suri pun tak mau kalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Grace dan Suri bersinar cerah melihat sang Ibu, "Mommy tampak lebih-lebih muda!" Grace memuji sang Ibu, Suri pun tak mau kalah.

"MOMMY SO PLETTY TAPI SUI LEBIH BEAUTIFUL,"

"Haha," Starlee mengusap kepala kedua putrinya dengan sayang, lalu menggandeng mereka untuk turun ke ballroom di mana acara akan segera dimulai.

Di acara, Cazz dan Nyx menatap Ibu mereka tak berkedip. "Mommy sangat cantik,"

"Benar, Mommy selalu cantik."

"Terima kasih pangeran-pangerannya Mommy,"

Selama acara berlangsung, keempat kurcaci tidak pernah mau jauh dari Ibunya. Mereka terus saja melingkari sang Ibu, menjaga Starlee dari pandangan para suami yang seakan lapar ingin selingkuh. Tibalah di acara inti, acara yang membuat keempatnya menunduk sedih. Starlee? Wanita itu mencoba tersenyum tipis, menepis rasa sedihnya saat melihat anak-anak yang murung.

"It's okay, kalian adalah kesayangannya Mommy, Mommy bisa jadi Ibu sekaligus Ayah untuk kalian."

Ketika melihat Izel di gandeng Jaergen dan Amora, Grace iri. Dia ingin di gandeng juga oleh Ayah kandungnya tapi, dia terlalu gengsi untuk meminta setelah pernah mengucapkan kalimat menyakitkan. Semua yang datang, bersama orang tua lengkap, berbeda dengan triplets dan Cazz hanya bisa membawa Ibu mereka.

"Mommy," Cazz berlutut di depan Ibunya, bersimpuh dengan kepala menyentuh kaki Ibunya. "Surga Cazz itu Mommy, maafkan Cazz jika Cazz pernah nakal. Cazz selalu berdoa pada Tuhan, agar Mommy senantiasa di muliakan dan diberi kebahagiaan yang berlipat ganda. Cazz mencintai Mommy,"

Nyx, Grace, dan Suri melakukan hal yang sama. "Mommy adalah nyawa kami, tidak ada Mommy, maka kami akan mati. Maafkan kami yang pernah nakal dan membuat Mommy sedih, sungguh, kami sangat mencintai Mommy melebihi apa pun."

"Anak-anakku," Starlee membawa keempat anaknya ke dalam dekapannya. Membiarkan keempat kurcaci itu memeluknya sungguh erat, "Kalianlah sumber kebahagiaan Mommy. Berjanji dan buktikan pada Mommy, kalau kalian selalu bahagia. Surga akan menjadi tempat kalian, sayang-sayangnya Mommy."

Suri terisak, gadis kecil itu menarik perhatian ketiga Kakaknya beserta Ibunya. Tidak biasanya Suri menangis beneran seperti ini, "Suri? Sayangnya Mommy?"

Mereka tahu, Suri butuh ruang untuk bicara, maka segera mereka menjauh, memberi kesempatan untuk Starlee fokus sejenak pada Suri. "Maafkan Sui, Sui yang suka manja pasti melepotkan Mommy. Sui sayang Mommy, Sui sudah tidak ingin Daddy, maafkan Sui yang pelnah buat Mommy sedih."

Saat keceplosan berkata ingin satu rumah dengan Jaergen, malamnya Suri melihat Starlee menangis di sudut kamar. Dia kapok, tidak lagi berani bicara hal yang sama karena tahu, Ibunya pasti sangat sedih karena pertanyaan itu. "Sui ikhlas, Sui enggak apa-apa kalau Daddy sayang Izel. Sui masih punya Mommy, Mommy yang telbaik untuk Sui."

"Sui yakin, nak?" Starlee mengusap pipi merona alami putrinya dengan lembut, "Sui berhak ingin tinggal bersama Daddy. Mommy tidak masalah kalau Sui ingin menginap di rumah Daddy, Sui bisa bermain dengan Izel. Tapi untuk kita tinggal bersama Daddy, maafkan Mommy ya? Mommy tidak bisa mewujudkan keinginan Sui yang sederhana ini,"

Starlee mengigit bibir bawahnya, wanita itu memeluk Suri. "Maafkan Mommy yang egois, semuanya karena Mommy. Karena keegoisan Mommy, kalian yang menjadi korbannya. Tolong maafkan Mommy,"

Grace mengepalkan kedua tangannya erat, gadis kecil itu mengusap kasar air matanya. "Mommy tidak perlu minta maaf, Mommy tidak egois, Mommy hanya ingin melangkah sesuai apa yang Mommy tuju. Mommy tidak salah, untuk apa meminta maaf pada kami?"

Di samping Grace, Nyx mengangguk. Pria kecil yang biasanya diam itu membuka suara, "Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semuanya pasti punya masa lalu, entah kelam atau bahagia. Mommy adalah wanita hebatnya kami, berhenti menyalahkan diri sendiri ya? Karena ada banyak hikmah dari apa yang sudah Mommy lalui sendirian. Tapi sekarang, Mommy punya kami."

"Benar apa kata Adik-Adikku, orang baik punya masa lalu dan orang jahat punya masa depan. Tidak semua manusia harus hidup sesuai kriteria manusia lainnya, ada kalanya, kita memilih jalan yang memang kita inginkan dan beruntung di kehendaki Tuhan. Mommy berhenti bersedih dan terpaku pada masa lalu, masa depan Mommy ada kami. Pandanglah kami jika kami kebahagiaan Mommy,"

Cazz tersenyum untuk pertama kalinya di depan umum, "Lupakan apa yang menjadi sebab air mata Mommy tumpah. Jika rumah Daddy adalah Tante Amora, maka rumah untuk Mommy pulang adalah kami, aku, Nyx, Grace, dan Suri. Kami rumah untuk Mommy yang rela mempertaruhkan nyawa saat melahirkan kami. Mommy yang terbaik, satu-satunya wanita hebat untuk kami."

Perjalanan terjal penuh air mata, dendam, kebencian, bahkan pembunuhan sudah Starlee lalui seorang diri di dua kehidupan. Kali ini, Tuhan menghadirkan keempat anak-anak baik dalam hidupnya. Mereka sumber kebahagiaan Starlee, benar apa kata Cazz, pandanglah kami jika kami memang sumber kebahagiaan Mommy.

Starlee sangat terharu, anak-anaknya yang dia perjuangkan setengah mati, kini tumbuh dengan sangat membanggakan. Terlebih bagaimana berantakannya rumah tangga Starlee, anak-anaknya tetap lah prioritas utama Starlee. "Maafkan Mommy, sayang."

Kelimanya kembali berpelukan, di susul riuh tepuk tangan serta tangis haru dari mereka yang sejak tadi menyaksikan. Di sisi ruangan, Jaergen memejamkan matanya sejenak. Sesak sekali melihat anak-anaknya menangis sesedih itu, maafkan Daddy kalian ini, sayang. Prioritasnya bukan hanya Cazz dan triplets, tapi ada Izel juga, Jaergen tidak mungkin bertindak tidak adil pada anak-anaknya.

Amora merasakan hal yang sama, seakan-akan dialah perebut kebahagiaan ketiga anak kecil yang malang itu. Tapi mau bagaimana lagi? Jaergen adalah suaminya, prioritas Jaergen sudah terbagi antara dirinya, Cazz, triplets, dan Izel. Amora tidak mau putrinya sedih jika Jaergen lebih berpihak pada anak-anak Starlee. Amora bukan egois, dia hanya realistis.

Ketika melihat Amora sedih, Jaergen mengecup keningnya. "Kebahagiaan aku dan Izel adalah kamu, jangan memikirkan apa pun ya? Aku itu milik kamu, begitu pula dengan Izel."

"Benar, Bunda. Ayah dan Izel sangat menyayangi Bunda,"

"Terima kasih sayang-sayangnya Bunda,"

Apa ini yang disebut awal dari kebahagiaan?

Mengikhlaskan dan memulai?

- SELESAI -

Kelahiran Kembali Sang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang