chp 5

1.2K 132 0
                                    

"halo, haechan" saat ini renjun sedang menjawab panggilan telfon dari haechan.

"haechan jangan menjemputku, aku sudah di sekolah"

"kamu berangkat sendirian?"

"sama jeno"

"kenapa harus sama jeno?" haechan merasa sedikit kesal dihatinya, belum lagi dia ingat kemarin jeno mengatakan kalau renjun itu menarik.

"kan jeno ketua osis nah aku wakilnya kita disuruh cari gedung mana yang bagus buat graduation nanti"

"memangnya nggak ada orang lain selain jeno?"

"haechan, yang lain juga sibuk kok semuanya punya tugas masing masing. Rumah jeno sama rumah aku juga searah jadi ya sekalian soalnya kita ke sekolahnya agak pagian"

"ck yaudah, ketemuannya nanti disekolah, aku mau berangkat"

"hati-hati, jangan lupa helmnya dipake"

"iya"

"aku tutup ya, dahh"

Hari ini khusus anak osis memang harus datang lebih awal mereka diberi tanggung jawab untuk mengatur acara kelulusan nanti, temanya apa, jamuannya apa, dress code nya apa, semua osis yang atur jadi renjun harus datang pagi.

"haechan ren?"

"iya"

"dia kerumahmu?"

"belum, tadi udah aku kasih tahu biar nggak kesana"

"owh, jadi ini gimana? Mau langsung cari gedung aja atau?"

"cari gedung dulu, kalau telat nanti kita keduluan sekolah lain atau nggak nanti udah ada yang pesen lagi"

"okedeh, ayo" jeno menarik tangan renjun sampai ke parkiran.

"helmnya dipake ren" ucap jeno sambil memakaikan helmnya, disaat yang bersamaan haechan juga datang dan melihat pemandangan itu.

"woy!"

"haechan"

"kenapa mesra sekali, sampai dipakaikan helm begitu?"tanpa dia sadari nada bicaranya membawa sedikit kecemburuan.

"ya, nggak ada apa-apa sih cuma mau pakein ke renjun aja"

"lupa kalau dia pacarku jen?"

"nggak, toh cuma helm"

"aku peringatkan kau, jangan dekati renjun"

"sudahh, haechan kita bicara lagi nanti oke? Aku dan jeno harus pergi"

"kamu sama aku aja emang nggak bisa?"

"kan kamu harus belajar, kalau kita udah izin tadi. Sana masuk chan nggak lama kok"

"ayo jen"

"siap ren, pegangan ya nanti"

"heh! Sembarangan, jangan! Nggak boleh ren"

"iya haechan enggak"

"kita pergi ya, bye"

.
.
.
.
.
.

"huftt cape juga ternyata"

"ke cafe dulu mau?"

"mn! Aku hauss"

"ahahah aku traktir deh"

Mereka singgah ke cafe terdekat untuk istirahat sebentar.

"aku mau pesan, ini, ini sama ini owh minumnya vannila latte, makasih"

"kau pesan banyak sekali makanan manis ren"

"kenapa? Apa kau menyesal mennraktirku sekarang?"

"hah? Tentu saja tidak, tapi yang kau pesan semuanya pasti sangat manis baru melihat fotonya saja aku sudah tahu"

"aku suka sekali makanan manis, aku selalu punya permen susu di tasku"

"owh iya ren, jangan tersinggung tapi aku sangat penasaran"

"penasaran tentang apa?"

"setiap pengambilan raport, siswa lain bilang tidak ada wali yang menemanimu apa benar ren? Apa tuan dan nyonya huang sesibuk itu?"

"tidak tidak itu harusnya tuan ji, marga huang adalah marga ibuku, ibuku anak tunggal, aku mengambil marga huang karena aku satu-satunya anak dari ibuku. Ibuku sudah meninggal sejak aku masih di sekolah dasar, dan tuan ji dia tidak punya waktu untuk hadir karena dia harus menjadi wali untuk anaknya yang lain"

"jadi kau punya saudara tiri?"

"iya, usaha keluarga huang harusnya diberikan padaku saat aku sudah lulus nanti, ayahku, tuan ji mengambil alih sementara"

"maaf ren, aku tidak menduga kalau ibumu sudah tiada"

"tidak apa, aku tidak terlalu memikirkannya"

"kenapa ibumu bisa meninggal? Kalau kau tidak ingin menjawab tak apa, aku hanya bertanya"

"ibuku sakit, aku dan ibuku tinggal di vila milik keluarga huang, hanya kami berdua, karena aku harus mengurus ibuku aku harus sekolah dari rumah"

"ibumu meninggal karena penyakitnya?"

"bukan, vila kami kebakaran, ibuku meninggal karena terlalu banyak menghirup karbondioksida"

"makanannya sudah habis, ayo kembali jen aku mau ketemu haechan"

"owh oke"

Saat itu vila keluarga huang terbakar, nyonya huang yang sakit tidak bisa diselamatkan tapi renjun selamat, dia juga ada di dalam vila itu. Bukan renjun yang memanggil pemadam kebakaran, bukan renjun juga yang memanggil ambulans, itu semua dilakukan oleh orang yang lewat. Entah apa yang dipikirkannya saat itu.

Ibu renjun memang anak tunggal, tapi dia masih punya keluarga dari sebelah ayahnya. Kakek huang hanya punya satu saudara perempuan, saudara perempuan ini hanya diberikan beberapa aset dan tidak punya saham di perusahaan, dia selalu pergi bersenang-senang awalnya dia puas dengan asetnya tapi lama kelamaan dia menjadi serakah dan menginginkan sedikit saham dari perusahaan.

Kakek huang tidak suka dengan saudarinya yang serakah dan tidak kompeten jadi hubungan dua keluarga ini selalu tidak baik.

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang