chp 12

1K 122 0
                                    

Renjun masuk ke aula, dia sudah menenangkan dirinya, dia akan mengalahkan ji yuan dengan bakatnya, dia tidak akan pernah membiarkan ji yuan mencapai keinginannya.

Dari jauh renjun bisa melihat haechan yang bergabung dengan ayah dan ibu tirinya, rasanya baru kemarin dia marah pada ayahnya yang tidak kompeten sekarang dia berdiri disampingnya.

Renjun tidak menatap mereka terlalu lama dan duduk di bangku yang sudah di sediakan. Di depannya ada semua peralatan yang digunakan untuk melukis disampingnya juga di sediakan kanvas berbagai ukuran.

"kalian bisa menggunakan alat yang disediakan untuk kalian, lukisan kalian hari ini akan bertema 'orang terdekat' kalian bebas melukis apapun di imajinasi kalian"

Haechan melihat renjun dari kejauhan, haechan pikir renjun akan pergi tapi ternyata renjun tetap datang. Tapi tidak apa-apa renjun mungkin akan kesulitan dengan temanya dengan begitu ji yuan pasti menang.

Walau haechan berpikir seperti itu dia tidak bisa bohong kalau dia sedikit berharap renjunlah yang menang, tapi siapa yang butuh harapan dari orang sepertinya? Yang jelas bukan renjun.

Orang-orang sudah mulai melukis tapi renjun masih diam, baru saja orang disampingnya ingin bertanya, renjun tiba-tiba bergerak.

Yang dia lukis adalah sebuah kamar tidur yang luas, kamar tidur itu sangat sederhana. Orang disampingnya melihat itu, lukisannya lumayan tapi tidak mempesona jadi dia berbalik dan melanjutkan lukisannya sendiri.

Setelah ruangan itu lengkap renjun mulai mewarnainya dengan warna merah menyala, kamar yang tadinya sederhana itu sekarang menjadi terbakar, orang-orang yang menonton tidak bisa tidak melirik ke arahnya, mereka bertanya-tanya apa yang akan anak ini gambar?

Lukisan renjun terlalu detail itu membuat orang berpikir kalau lukisan ini adalah nyata.

Lalu di kamar yang terbakar itu renjun mulai menggambar dua sosok yang berbeda tinggi, seorang anak kecil yang manis dan seorang wanita yang tidak dalam keadaan baik, tangan anak kecil itu ingin meraih pegangan pintu tapi wanita itu memeluk kakinya dengan erat seolah-olah tidak ingin membiarkan dia pergi.

Renjun menggambarkan ekspresi wajah kedua orang itu dengan sempurna, kegilaan yang terdapat di wajah wanita itu membuat orang merinding sedangkan anak manis itu, dia sangat tenang, tangannya tidak pernah sampai ke pegangan pintu dia hanya berdiri disana dan menatap wanita itu bahkan di bahu sebelah kanannya ada api yang menyala-nyala membakar bajunya.

Lalu dia menggambar sosok lain di luar jendela, ada beberapa orang disana yang melihatnya, hanya melihat, tidak menolong, tidak bergerak, mereka bahkan tidak panik.

Anak di dalam lukisan itu terlalu menyedihkan, seseorang tidak tahan dan berteriak "kenapa mereka cuma berdiri diam, selamatkan anak itu!"

"siapa wanita itu? Apa dia ingin anak itu mati bersamanya?!"

"ya tuhan tolong buat ini hanya sekedar lukisan,aku tidak akan tahan jika ini sebenarnya nyata" penonton mulai fokus ke lukisan renjun.

Renjun kemudian memperjelas ekspresi orang-orang di luar itu, beberapa orang memiliki ekspresi serakah di wajah mereka seolah menunggu kematian orang di ruangan itu, seorang pria yang sudah berumur hanya menatap mereka dengan pandangan merendahkan seolah kedua orang itu tidak pantas muncul di garis penglihatannya lalu ada seorang pria paruh baya yang dingin dan tidak peduli dengan hidup dan mati orang di dalam, matanya memancarkan sedikit cahaya kesenangan.

Melihat itu orang-orang tidak tahu mana yang lebih mengerikan, apakah api yang membuat lukisan menyala atau ekspresi yang ada pada orang-orang itu.

"sekelompok binatang!"

"kenapa mereka hanya menonton"

"anak itu sangat menyedihkan, wanita itu ingin menyeretnya ke dalam kematian, dan orang-orang di luar bahkan lebih menginginkan kematiannya"

"singkirkan orang-orang itu, biar aku yang menolong anak itu!"

Renjun berhenti sebentar, tangannya gemetar, orang disampingnya tidak bisa tidak bertanya tentang keadaannya.

"apa kau baik?, kalau tidak kau bisa beristirahat, apa lukisanmu belum selesai?" sekarang orang itu tahu kenapa renjun terdiam lama sebelum mulai melukis, itu karena renjun harus mengatur perasaannya, lukisan itu terlalu tragis, apa anak ini dikelilingi orang-orang seperti ini?

"tidak terimakasih, aku masih bisa" renjun menarik nafas lalu menghembuskannya.

Renjun menambahkan detail-detail kecil, tapi justru karena detail ini orang-orang menjadi semakin tidak tahan.

Inilah orang-orang terdekatnya, mereka serakah, memandang rendah dirinya, mengabaikannya, menipunya, mempermainkannya. Ibunya, ayahnya, keluarga huang, kakeknya, mereka yang harusnya melindunginya malah mencelakakannya, ini adalah orang-orang terdekatnya.

Mata renjun merah, tapi dia tidak berani menangis, dia tidak mau terlihat lemah di depan banyak orang. Setelah lukisannya selesai renjun langsung pergi menenangkan diri, tidak ada orang yang menemaninya tidak ada orang yang menunggunya jadi dia hanya bisa menegakkan punggungnya yang rapuh dan menghilang dari garis pandang semua orang.

Haechan melihat lukisan renjun lalu melihat lukisan ji yuan, lukisannya juga sangat baik tapi sebagai orang dalam yang tahu cerita di baliknya, lukisan ji yuan malah membuat lukisan renjun nampak seperti ironi, jelas yang ada di lukisan renjun salah satunya adalah tuan ji dan lukisan ji yuan juga ada tuan ji, tapi ekspresi yang ditunjukannya sangat berbeda seperti langit dan bumi. Haechan ingin mengejar renjun tapi dia terlalu malu untuk melakukannya jadi dia hanya bisa menatap renjun pergi.

RevengeWhere stories live. Discover now