10

83 5 0
                                    

Happy reading

Di kamar bernuansa biru laut dihuni oleh anak adam yang tengah menatap nyalang laptop yang ada dipangkuan nya saat ini. "Shit! Gue kecolongan." Umpatan berhasil lolos dari bilah nya.

Leon, pemuda itu membanting laptop yang ada di pangkuan nya dengan sekuat tenaga menyalurkan emosi yang tengah menguasai dirinya. "Untuk yang kedua kalinya gue mengalami hal yang sama, hal yang paling benci untuk gue akui." Monolog nya mencekal pisau lipat.

"Kehilangan, kesepian. Terus apa lagi yang bakal gue dapet? Sialan!!" Murkanya.

"Haha.. kali ini gue ga bakal harapin apapun lagi! Gue Cleonva Vano Adipta bersumpah akan menutup diri gue dari siapapun itu." Sumpah Leon kepada dirinya lantas dia juga menggores lengannya dengan pisau lipat milik nya.

Setelah itu dia pergi entah kemana, sungguh hatinya sangat berdenyut sakit kala ini. Dia terus berjalan melewati orang-orang yang memanggil nya.

Dia sungguh sangatlah kecewa kali ini. Orang yang dia harapkan kehadiran nya malah meninggalkan nya lagi, ck. Dia tak membenci abangnya, namun dia kecewa terhadap abangnya.

Kita berpindah kelain tempat. Dimana pemuda bertubuh tegap serta pandangan tajam dari manik hitam legam yang kini terarah kedepan. Entah apa yang dia pandang sehingga membuatnya emosi seperti saat ini.

Tiba-tiba ada yang memeluk nya dari belakang, "kenapa? Kok masam gitu mukanya" ucap dari sang pemeluk.

Si pria yang tadi tengah emosi kini berangsur membaik sebab mendapati kekasihnya saat ini. "Gakk, kamu ngapain juga kesini? Udah selesai emangnya mata kuliah hari ini?" Ujarnya

"Gaboleh emangnya aku nemuin pacarku? Aku kan kangen" balasnya dan mencondongkan bibir ranumnya yang mana membuat iman si pria tergoda.

"Jangan di kerucutin gitu bibirnya, mau aku makan hmm?" Godanya dengan suara rendah dan langsung membuat sang empu merinding lantas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gak apasih, kamu udah janji gabakal sentuh aku sebelum halal." Ujarnya dengan wajah memerah yang tercampur antara malu sama kesel.

"Iya iya, aku gabakal langgar janjiku." Dan mengecup bibir ranum itu sekilas. Setelah nya langsung kabur dia takut kena tabokan maut.

"Varelll!! Awas kamu! Aku gak akan izinin kamu buat ngerokok selama sebulan!!" Teriak nya kepada sang kekasih.

Varel orang itu, mendekat kearah kekasih tercinta nya, anzay.

"Lhoo kok gitu si yang? Maaf deh mau eskrim gak?" Varel mencoba menyogok nya.

Sebenarnya dia agak tergiur tapi harus memegang teguh hukuman terhadap Varel. "Gak." Jawabnya ketus dan berlalu dari sana menuju ruang tamu untuk menonton.

Varel terus mengintil dari belakang dengan bujuk rayu segalanya telah dia lakukan namun hasilnya nihil. Kekasihnya tak memperdulikan nya yang terus mengoceh.

"Sayanggg~~ galaa, kamu tega sama arel~~?" Rengeknya manja.

Selama ini Varel tak pernah bermanja-manja dengan siapapun itu dan kini dia hanya akan bermanja-manja kepada sang kekasihnya saja.

Sudah! Galaksi tak kuat lagi. Dia pun memandang kekasih nya dan menangkup wajah tampan dengan rahang tegas milik sang empu.

"Cup cup yaudah arek mau apa hm?" Ucapnya

"Jangan marah sama arel" dan memeluk galaksi posesif.

Apakah kalian terkejut gays? Enggak kali yah. Gini biar aku ceritakan.

Jadi waktu Varel pertama kali menginjak kota ini, dia bertemu dengan pria manis yang tinggi nya hanya sebatas dadanya saja. Dia seperti sedang dikejar-kejar oleh seseorang dan terlihat jelas kepanikan di wajah eee cantiknya.

Varel yang merasa kasihan pun menolongnya dan menarik tubuh mungil pria itu membawanya kemobil nya yang terparkir tak jauh dari situ. Saat dimobil terjadi keheningan, si pria manis yang masih menormalkan kepanikannya dan Varel yang sedang termenung dengan jantung yang berdegup tak karuan pada saat menyentuh kulit putih, mulus nan lembut milik pemuda manis itu.

Dan saat si manis telah sepenuhnya sadar dia menoleh kearah Varel yang masih termenung. Pemuda itu menepuk pelan pundak Varel yang berhasil membuat Varel tersadar.

Singkat ceritanya mereka telah berkenalan dan saling bertukar nomor. Pemuda itu juga sudah berterimakasih kepada Varel yang sudah menolong nya. Varel si iya iya aja.

Dan dari sanalah mereka dekat dan tumbuh rasa diantara keduanya. Varel yang memutuskan untuk menjadikan Galaksi, pemuda yang dia tolong tempo hari menjadi kekasihnya. Dia juga berjanji kepada dirinya dan kepada Galaksi bahwa dia takkan menyentuh galaksi sebelum mereka halal.

Ya kecupan dikit ta apa lah. Keluarga Galaksi sudah mengetahui hubungan mereka, dan merestuinya. Mereka mendukung nya apapun asalkan putranya bahagia mereka juga akan ikut bahagia.

Tapi Varel belum mengkonfirmasi hubungan sesama jenis nya kepada keluarganya. Dia masih takut. Bilang saja dia pengecut, tapi itulah faktanya. Dia tak takut akan dimarahi ataupun apa, dia takut kekasihnya lah nanti yang akan terluka. Dia tahu betul keluarga nya seperti apa.

Dia hanya menghindari perihal itu saja.

Back to Varel Galaksi.

"Iyaahh gala gak marah kok, yaudah yuk kita ke toko es." Ucap semangat Galaksi.

"Katanya tadi gak mau." Sindir Varel

"Ohhh Varel gak mau anterin gala? Oke aku sendiri yang kesana." Ucapnya dan pergi tanpa kata.

Varel panik dia langsung mengejar galaksi "galaaa aku becanda lohh, yaudah aku anterin ya? Aku teraktir kamu bebas mau apa aja nanti." Bujuk Varel.

"Hmm, yaudah ayok." Oke mungkin Varel ini tipe suami takut istri yahh.

Kita tinggalkan dua anak adam yang sedang dimabuk cinta itu kita beralih ke belahan dunia yang lain dan terdapat Carelleo.

Carelleo Alvirel Agara. Manatap anak buahnya dengan tajam kala mendengar kabar yang tak sama sekali dia inginkan. "Bodoh! Bisa-bisanya kalian kecolongan." Ucapnya datar.

"Kalian tak mampu? Bicaralah! Biar aku yang akan menghadapi nya langsung." Emosi Carel tapi mencoba untuk tetap tenang walau kesabaran nya sudah terkuras.

"Sabar tuan, kita berbicara dengan pikiran dingin. Jika anda bertindak gegabah maka lawan akan sangat mudah menumbangkan kita." Jelas asisten pribadi nya yang tak lain dan tak bukan Aron.

Lantas Carel menghela nafasnya dan mengatur emosi nya. Saat sudah membaik dia pun berucap "siapkan apa yang saya butuhkan nanti, Aron!" Titahnya. Diangguki oleh sang asisten.

Carel pergi dari sana tanpa sepatah kata dia akan keruangan yang bisa membuatnya rileks. "Jika ada hari esok untuk mu hidup, maka takkan ku biarkan hidup mu tenang..."

Tbc

Sekian.

Belum direvisi gays.
Sorry lambat up hehe

ABANG SEASING ITUKAH? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang