Alia Wenang kira kehidupannya sempurna, menjadi seorang Ibu Persit dari Dwikara Prasetya dan juga ibu untuk Andika Prasetya yang tengah aktif-aktifnya di usianya yang sudah memasuki sekolah dasar meski, tapi sayangnya kesempurnaan yang dia rasakan n...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Holla, Alia sudah bisa kalian baca secara lengkap di tiga aplikasi di atas ya. Happy reading semuanya. Enjoooy
"Alia, kamu harus lihat ini."
Sebuah pesan yang aku buka saat membuka mata di pagi hari usai malam panjang yang menyiksa dari istri seniorku di Persit membuat kantukku sontak menghilang. Mataku terbuka lebar saat membuka link berita yang di kirimkan oleh Mbak Widy, istri dari Kapten Widyatmoko, seorang Danki di atas Bang Dwika.
Rekaman di mana aku menghajar sosok Nana dan juga sumpah serapah yang terlontar di antara kami terlihat jelas, melihat bagaimana brutalnya aku dalam menghajar Nana sembari menggendong Dika membuatku menggigit bibirku sendiri. Percayalah. Aku begitu takut dengan sosokku yang terekam disana, begitu menakutkan bahkan aku nyaris tidak mengenali jika manusia yang begitu murka itu adalah diriku. Aku sempat mengira jika potongan video itu hanya setengah-setengah tidak sesuai dengan kebenarannya, tapi ternyata dari awal sampai akhir semuanya persis seperti yang terjadi.
Dan saat tiba si bagian dimana Bang Dwika memarahiku untuk membela Nana, hatiku kembali merasakan nyeri. Untuk beberapa saat aku terpaku dengan sosok Nana yang ada di balik tubuh Bang Dwika, dan membandingkannya dengan diriku sendiri. Apa? Apa kurangku di mata suamiku di bandingkan wanita itu hingga aku tidak bisa memenangkan cinta Bang Dwika? Apa aku kurang cantik? Atau aku kurang lihai di ranjang? Atau aku kurang perhatian? Atau sosok Nana yang berhijab yang membuat Bang Dwika jatuh cinta untuk kedua kalinya. Jika iya tidak bisakah Bang Dwika memberitahuku apa keinginannya, karena jika dia meminta aku akan melakukan permintaannya dengan senang hati. Tapi dia tidak ada berbicara, dia bersikap padaku seolah tidak terjadi apa-apa, sampai akhirnya saat semuanya terungkap dia mengatakan dia tidak pernah bisa mencintaiku seperti dia mencintai Nana seumur hidupnya.
Tuhan, jika memang suamiku tidak bisa mencintaiku, kenapa Engkau menjodohkanku dengannya? Kenapa Engkau mengirimkannya sebagai suamiku dan memberikan cinta semegah ini di hatiku? Kembali. Setelah semalaman air mataku menetes deras dalam sujudku, pelampiasan kecewa dan kesedihanku, air mata tersebut kembali mengalir tanpa bisa aku cegah. Dalam kesendirian dan dinginnya ranjang yang pernah hangat oleh kasih di antara aku dan suamiku aku menangis tersedu-sedu. Di hadapan semua orang aku mungkin tidak terkalahkan, tapi tetap saja aku ini seorang wanita, sosok berhati rapuh yang akan hancur saat hatinya terkhianati.
Entah berapa lama aku menangis, untuk beberapa saat aku berharap jika semua hal buruk ini hanyalah mimpi mengerikan yang akan menghilang saat aku membuka mata tapi nyatanya semua ini adalah kenyataan.
Suamiku, dia meninggalkanku begitu saja. Memilih pergi dan melupakan jika ada aku dan anaknya yang pernah begitu berarti untuknya. Aaahhhh, bodohnya aku yang masih menangisinya separah ini sementara aku tahu jika pria tidak punya hati sepertinya tidak pantas mendapatkan air mata ini. Air matamu terlalu berharga, Alia. Batin kecilku berbicara, tapi dengan cepat sisi lain diriku pun menyanggah. 'Nggak apa-apa kamu sekarang menangis, Alia. Menangislah sepuas hatimu karena air matamu menunjukkan betapa tulusnya kamu mencintai pengecut itu, sampai di satu titik kamu tidak akan menangis lagi dengan sendirinya, saat itulah kamu sudah berhasil merelakan takdir yang tengah berjalan'.
Tidak mau bersedih terlalu lama karena hidup terus berlanjut, aku menyusut air mata tersebut dengan cepat dan membalas pesan Mbak Widy yang ternyat sudah menumpuk.
"Alia. Dwika beneran selingkuh sama perempuan punya anak itu?"
"Gila! Otaknya dimana dia itu sampai sebegitunya belain tuh perempuan!"
"Gayanya pakai hijab cuma buat nutupin boroknya."
"Tenang saja Al, kami tim Ibu-ibu anti pelakor bakal belain kamu. Kamu hebat banget tahu. Strong woman! Nanti kalau Mbak ketemu tuh ulet bulu, Mbak bawain baygon biar mampus sekalian."
Melihat bagaimana pesan yang dikirimkan oleh Mbak Widy mau tidak mau aku tersenyum kecil, sebagai seorang istri tentu Mbak Widy merasakan sakitnya menjadi diriku. Hidup itu memang tempatnya ketidakadilan, tapi bukan berarti itu bikin kita berhak mengambil kebahagiaan orang lain. Aku rasa Nana tidak paham konsep dasar menjadi manusia yang memanusiakan manusia lainnya.
Tersenyum aku membalaskan pesan yang sudah bertumpuk tersebut. "Terimakasih ya Mbak Widy buat supportnya. Percaya deh, Mbak bikin saya bisa ketawa lagi padahal saya tadi nangis sesenggukan kayak orang sinting."
Kukirimkan pesan tersebut tanpa menunggu waktu yang lama aku segera mendapatkan balasan kembali. "Wajar Alia kalau kamu nangis. Siapa sih yang nggak nangis kalau laki-laki yang kita dukung ternyata malah milih wanita lain. Sebentar lagi pihak Batalyon pasti bakal manggil kamu buat menindaklanjuti, kamu yang tenang nanti ya. Percaya sama Mbak, semuanya bakal lindungi hak kamu sebagai istri. Jangan menyerah, jangan minta pisah. Keenakan mereka! Hidup istri sah!"
Hidup istri sah! Melihat kata terakhir di chat Mbak Widy membuatku tertawa geli, beralih dari chat Mbak Alia aku menuju group chat keluarga besar Persit KCK Batalyon Yonif XX/XC. Dan ternyata ramai berita tentang pergulatanku dengan sahabat Bang Dwika sudah menyebar, banyak yang bersimpati padaku, dan men-tag dukungan untukku. Sungguh aku sama sekali tidak menyangka jika begitu banyak orang yang menguatkanku. Di saat seperti ini kekeluargaan di antara anggota Batalyon begitu terasa meski aku tidak tinggal di lingkungan asrama.
Delapan tahun dengan anggota silih berganti datang dan pergi, tapi kehangatan di antara para istri yang sudah seperti saudara ini membuat dadaku mengembang penuh kehangatan dan rasa syukur. Sama seperti yang Mbak Widy katakan tadi, mereka pun menyuarakan hal yang sama. Mereka menyemangatiku tentang istri sah yang harus tetap berdiri dengan hormat di tempatnya. Sekarang bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang harga diri dan kehormatan.
Aku hendak beranjak mandi. Bisa di pastikan jika Danyon atau istri akan memanggilku karena video viral terkait. Ya Allah, kuatkan hatiku dan tunjukkan pada Hamba bagaimana hebatnya kuasa-Mu dalam melindungi diriku yang lemah ini. Demi Tuhan, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup dan menjadi pernikahan bukan hanya di dunia tapi juga sampai di akhirat. Terkesan tidak masuk akal, tapi aku merasa ada yang ganjil di diri suamiku sekarang ini, aku tidak tahu apa tapi aku yakin waktu lah yang akan menunjukkannya.
Bodoh memang jika di pikirkan, tapi aku akan bertahan sampai di akhir. Benar saja seperti dugaanku, tepat saat aku selesai mandi dan memakai riasan sederhana, sungguh aku tidak akan mempermalukan diriku sendiri dengan penampilan yang acak-acakan, cukup hatiku yang berantakan, jangan juga wajahku, sebuah pesan pribadi masuk dari Ibu Komandan.
Nyonya Rani Desta Ariawan. Singkat, padat, jelas.
"Mbak Dwika, segera menghadap ke Batalyon ya, Mbak. Terkait masalah yang viral di portal berita online menyangkut Mas Dwika."