Chapter 2

197 54 15
                                    

Masih terlalu pagi untuk dibiarkan begitu saja di parkiran, Regal sudah mirip gembel saat Aista meninggalkan nya sekitar 10 menit lalu. Regal benar menuruti ucapan Aista untuk diam di tempat, tidak bergerak sedikitpun.

Masih pukul 7 dan kelas di mulai satu jam lagi, jadi Regal masih memiliki banyak waktu.

"Cepetan jalannya kenapa sih ? Tugas gue belum kelar ini, mana kebagian guru galak lagi."

"Sejak kapan lo peduli sama guru ?"

"Sejak telinga gue di cubit nyokap, dia marah banget nilai gue turun drastis."

"Tapi balapan nomor satu ?"

"Oh, kalau itu jelas iya."

Barit ikut menghentikan langkah begitu merasa Sadam berhenti secara mendadak, menepuk pundak anak yang lebih besar darinya itu dengan kuat sebagai protesan.

"Itu bocah ngapain diem disitu ?"

"Siapa ?"

Mengikuti apa yang temannya itu perhatikan, Barit memilih untuk menghampirinya lebih dulu diikuti yang lain.

Regal menoleh begitu mendengar suara langkah kaki yang mendekat, tersenyum kecil saat mendapati Barit menyapanya.

"Kenapa diem disini ?"

"Nunggu Ais."

"Terus Aista nya kemana sekarang ?"

"Ngga tau, katanya suruh tunggu."

Ucapan Regal cukup lucu, bagaimana anak itu bisa benar-benar menuruti apa yang Aista suruh seperti anak kecil.

"Terus kamu nurut aja gitu ?"

"Kan disuruh sama Ais."

"Ke kelas aja deh, aku antar."

"Ngga usah Sadam, aku-"

"Sama gue aja, sekalian bareng satu kelas kita."

Ucapan Regal terputus, Tiasa lebih dulu melangkah memposisikan diri di antara Regal dan Sadam.

"Tapi temenku gimana ?"

"Ada Barit yang ngasih tau, Aista kan sekelas sama mereka."

Belum sempat membuka mulutnya untuk menjawab, lagi Tiasa bertindak semaunya sendiri menarik Regal bersamanya.

"Gue ke kelas duluan, kalian bisa kan sendiri ?"

"Bisa, bisa banget. Gue sama Sadam gampang ntar nyusul."

"Oke."

Meninggalkan Barit yang sumringah, Tiasa melewatkan bagaimana raut wajah Sadam yang sejak tadi memilih diam. Memperhatikan tingkah Tiasa yang tidak seperti biasanya, terutama genggaman tangan yang mengerat dengan langkah yang semakin jauh.

"Sad, jangan ngelamun dih masih pagi juga."

"Kaga ngelamun gue."

"Ke kelas aja kita, ntar gue chat aja si Aista kalau itu anak di bawa Tiasa."

"Iya dah."

Disamping itu Regal serasa menciut, beberapa pasang mata menaruh perhatian padanya. Lebih tepatnya penasaran dengan gadis yang Tiasa gandeng tangannya.

"Kenapa ?"

"Risih.."

"Risih jalan bareng sama gue ?"

"Bukan- itu... ngga enak diliatin."

Tiasa tau itu, mendapati semua orang memperhatikan mereka dengan bisik-bisik yang tidak bisa dibilang pelan. Ada namanya, tapi nama Regal yang paling gamblang disebut.

FragranzaWhere stories live. Discover now