Chapter 4

157 45 10
                                    

"Apa lo liat-liat ?"

"Begitu tingkah lo sama yang lebih tua ?"

"Sombong amat tua."

"Ngelunjak! Gue botakin kepala lo-"

"Dah! Apaan dah ? Masih mau lanjut part 2 kalian ?"

Barit menarik tangan Tiasa menjauh, hampir menarik rambut gondrong kebanggan Sadam lagi.

Ini masih masalah yang sama, dua anak yang saling jambak menjambak itu belum terlihat mau akur. Tiasa yang tidak sudi meminta maaf, dan Sadam yang semakin memancing emosi.

"Ini masalahnya dimana dah ?"

"Tau tuh, gue cuma bilang Regal manis aja marah."

"Regal inceran gue kalau lo lupa."

"Baru inceran, dipacarin aja ngga sok ngatur."

"Congor lo, ntar gue pacarin!"

"Kapan ? Ngomong doang gue juga bisa."

"Bangsat lo, Danang!"

"Lo yang bangsat, Gunawan!"

Barit menggaruk pangkal hidungnya yang tidak terasa gatal sama sekali, keduanya justru saling mengolok nama ayah masing-masing sekarang.

Dari ambang pintu Aista bersandar dengan nyaman, dia melipat kedua tangannya sembari menatap Barit yang terlihat frustasi. Setelah lelaki itu menyeret keduanya ke dalam kamar, membiarkan Regal di ruang tamu sendirian dengan sepiring buah melon yang tadi Aista kupas.

"Sayang, tolongin.. capek banget."

"Belum kelar juga ?"

"Ya lagian dia duluan."

"Lo duluan yang cari gara-gara."

"Gue cuma bilang Regal manis ?"

"Itu lo nantang gue namanya."

"Nantang apaan anjir ?"

"Di dapur ada pisau, mau gue ambilin ngga biar sekalian bunuh-bunuhan aja lo berdua."

Aista geram bukan main, Tiasa dan Sadam terlihat seperti anak kecil yang susah sekali di atur.

"Lagian lo kenapa sih, Tiasa ? Ngga biasanya emosian, sejauh ini lo yang paling anteng."

"Gue cuma kesel aja ?"

"Karena Sadam ngegodain temen gue, gitu ?"

"Ngga tau."

"Lo beneran naksir sama Regal ?"

Tiasa memilih bungkam, kedua mata tajamnya melirik kesana kemari.

"Gue tanya, lo beneran naksir ? Kalau cuma ajang penasaran mending lo mundur, temen gue bukan mainan."

"Gue ngga niat mainin temen lo."

"Terus ?"

"Gue cuma ngerasa seneng aja, suka deket temen lo."

"Pertanyaannya lo naksir atau ngga, udah itu."

"Gue naksir, beneran mau deketin."

"Di deketin doang ? Ngga mau di pacarin ?"

"Kalau dia mau ya gue pacarin."

Setelahnya Aista beralih pada Sadam dengan dagu yang terangkat.

"Lo ? Kenapa ? Naksir juga ?"

"Ngga."

"Yang bener, lo sama anehnya dari kemarin juga."

"Beneran, gue cuma iseng doang."

FragranzaWhere stories live. Discover now