Chapter 7

168 39 12
                                    

"Sa."

Aista menyusulnya dari belakang, menepuk punggung Tiasa agar lelaki itu sedikit memelankan langkah kakinya agar mereka bisa sejajar.

"Regal mana ?"

"Ke kantin duluan."

"Tumben ? Biasanya nempel mulu sama lo."

Tiasa mengangkat kedua bahunya, ia tidak ingin membagi itu pada Aista.

Alasan Regal berdiam diri sejak kelas pertama di mulai tadi pagi, ataupun alasan gadis itu pergi ke kantin lebih dulu menyusul Barit dan Sadam yang mungkin saja sudah di sana.

Keduanya tidak membahas apapun lagi, hingga mendapati suasana kantin yang di penuhi para siswa. Ini tidak seperti biasanya karena mereka membentuk sebuah lingkaran dengan bisikan yang tidak bisa di dengar, tapi setidaknya baik Tiasa maupun Aista mengenal suara Sadam dengan baik.

"Masih ngga terima gue pukulin ?"

Aista bergegas membelah kerumunan diikuti Tiasa di belakangnya, kedua tangannya tersimpan di saku celana miliknya. Ada Sadam dan Satya di tengah kerumunan, pandangan kedua siswa itu saling mencela satu sama lain. Sedangkan Barit dan Regal justru memilih diam tidak berani ikut campur di belakang.

"Atau ngga terima semua fasilitas lo di sita ?"

"Lo mending diem-"

"Yang mestinya diem itu lo, harusnya lo berterimakasih. Kalau gue buka mulut disini, gimana pendapat semua orang ?"

Beberapa dari mereka mulai kembali berbisik, mempertanyakan maksud dari ucapan Sadam yang membuat Satya menggeram marah. Bersiap memukul Sadam jika saja Tiasa tidak lebih dulu mendekat, berdiri tepat di samping Sadam.

"Maju selangkah, gue pastiin semua bakal tau alasan Sadam mukulin lo habis-habisan kemaren."

"Lo ngga bisa main ikut campur gitu aja, Tiasa."

"Selama Baswara masih nempel di pundak lo, itu bakal selalu jadi urusan gue. Dan jaga pandangan lo, mau gue bikin buta sekalian ?"

Tiasa tidak bodoh untuk menyadari kemana arah pandangan Satya, lelaki itu memang terlihat mencuri-curi pandang ke arah Regal yang berada di belakang Sadam beberapa kali. Tiasa harus menahan dirinya untuk tidak memukuli Satya di tengah kantin saat ini.

Namun Tiasa melangkah lebih dekat, mencondongkan tubuhnya ke arah Satya dan membisikan kalimat yang hanya ia dan sepupunya itu tau.

"Kalau lo masih mau ngerasain hidup enak, mundur. Sebelum gue beneran nendang lo sama nyokap lo itu dari jajaran Baswara."

"Sialan."

Memundurkan kembali tubuhnya setelah ia mendengar desisan dari Satya, terkekeh pelan saat lelaki itu berlalu pergi meninggalkannya tanpa mengatakan apapun. Mengabaikan semua anak yang terlihat masih saja membahasnya di sela-sela makan siang mereka.

Tiasa mengedarkan pandangannya ke semua arah, menyadari jika Regal sudah tidak ada disekitarnya. Gadis itu memilih duduk bersama Aista.

"Sa, mau nasi goreng ngga ?"

"Es jeruk aja, ngga nafsu gue."

"Yaudah."

Regal terus saja menunduk, mencoba menghindari pandangan Tiasa. Sial sekali, hal itu justru membuat Tiasa semakin tidak karuan.

"Ais, nanti duluan aja ya pulangnya."

"Ada tugas ?"

"Iya, sekalian mau cari buku penting juga."

"Mau kita temenin ngga ?"

"Ngga usah, aku bisa sendiri."

Barit mengerutkan kening, sedikit heran dengan penolakan Regal kali ini.

FragranzaWhere stories live. Discover now