"Re, kenapa sih ?"
"Udah jalan aja, aku dibelakang."
"Iya tapi ini dempet bener."
"Ssttt! Jangan berisik, Sadam."
Sadam menghela nafas, dia tidak merasa kesal sama sekali atas sikap aneh adiknya. Mungkin agak bingung, sejak sampai di sekolah Regal terus saja menempelinya. Menimbulkan beberapa bisikan yang mengganggu, sebagian dari itu adalah ucapan buruk untuk Regal dengan nama Tiasa di belakangnya.
Sadam menghela nafas, berusaha untuk tidak memukuli setiap wajah orang yang membicarakan Regal.
"Regal, selamat pagi."
"Selamat pagi juga, Ais."
"Ini masih pagi udah nempel aja ?"
"Ngga tau, Regal aneh banget dari tadi nempel mulu."
"Mules, Re ?"
"Ngga Barit, aku-"
Perkataan Regal terputus saat kedua matanya melihat Tiasa yang berjalan mendekati mereka, langkahnya yang begitu santai berbanding terbalik dengannya yang masih menempeli Sadam.
"Re-"
"Diem dulu, Sadam. Jalan aja kenapa sih ?"
"Lah ? Kita bisa jatuh kalau jalannya begini."
"Ya-"
"Kalian ini ngapain ?"
Suara Tiasa membuatnya terkejut, ia bahkan tidak sadar lelaki itu sudah ada di sampingnya.
"Re ?"
"O-Oh, hai Tiasa.."
"Hai juga, Re. Kamu kenapa ? Sakit ?"
Regal melotot ngeri begitu punggung tangan Tiasa menyentuh keningnya, ia pun beralih mencengkram lengan Sadam hingga membuat kakaknya itu meringis kecil.
"Ngga panas sih."
"Emang ngga sakit kok."
"Terus kenapa ?"
"Ya... ngga apa-apa ?"
"Masa ? Jalannya udah kayak kepiting kembar, gencet banget."
"Biarin!"
Tiasa menjauhkan tangannya lantas tertawa keras, para gadis yang masih berkeliaran di koridor pun dibuat terpana karena ini kali pertama mereka melihat Tiasa tertawa selebar itu.
"Kalau salting tuh bilang aja, ngga usah di tutupin begitu."
"Siapa yang salting ?"
"Kamu, emang siapa lagi."
"Apa siihh ?!"
"Salting beneran sih ini."
"Ngga, aku ngga salting."
"Iya, kamu."
"Bentar, bentar. Apaan nih pake kamu kamu ke adek gue ?"
"Iya nih, ada sesuatu ya ?"
"Kasih tau aku lah, Re. Kita kan udah temen dari kelas satu."
Regal mendesis kesal, melepaskan diri dari Sadam dan pergi lebih dulu. Ia bahkan mengabaikan panggilan teman-temannya, berjalan lebih cepat sembari mencengkram tas miliknya dan mendudukan pantatnya di kursi dengan kepala menunduk.
Malu, dia malu sekali.
Tapi sayangnya Tiasa lebih cepat mengikuti langkahnya, lelaki itu sudah duduk di kursi mereka dengan kekehan ringannya. Seolah dia tidak merasa melakukan sesuatu.
YOU ARE READING
Fragranza
Fanfiction𝐅𝐫𝐚𝐠𝐫𝐚𝐧𝐳𝐚; 𝐚𝐫𝐨𝐦𝐚/𝐩𝐚𝐫𝐟𝐮𝐦. 𝐓𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐩𝐞𝐬𝐢𝐚𝐥, 𝐢𝐧𝐢 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐓𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐁𝐚𝐬𝐰𝐚𝐫𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐚𝐭 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐫𝐨𝐦𝐚 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐜𝐢�...