2. Cowok Misterius

47 7 0
                                    

Abel mondar-mandir di sepanjang rak buku yang ia lewati, entahlah. Gadis itu seakan tak yakin pada judul-judul genre horror yang sangat menjadi incaran para siswa-siswi di sekolah ini. Bagi Abel, memilih novel bergenre horror bukanlah hal yang mudah lantaran sampul pada bukunya kadang menipu isi. Terlihat bagus di luar saja, dalamnya semua acak-acak. Tidak sesuai dengan imajinasi di kepalanya.

Kendati begitu Abel tetap meraih satu novel di barisan rak kedua, novel bersampul cukup menakutkan baginya. Selesai memilih ia berjalan ke arah meja yang biasanya digunakan untuk membaca. Bukan hanya ia, tapi ada Shana yang sibuk mencatat poin penting materi pada buku pelajaran dan Sella yang tertidur pulas di bawah lantai beralas tikar khusus.

Perpustakaan tidak terlalu ramai kala itu, hanya ada beberapa siswi yang tampak mengembalikan buku pelajaran. Ada juga yang asik membaca sendiri di pojok ruangan sambil tertawa kecil. Abel tahu adegan apa yang siswi itu baca. Tapi ia merasa janggal, kenapa siswi itu tidak membaca di meja seperti yang lain? Malah terlihat bersembunyi.

"Kenapa, Bel?"

Abel mengarahkan fokus ke Shana, cewek itu bertanya tapi matanya tetap terpaku pada buku catatan yang selalu ia bawa. Abel menggeleng pelan.

"Nggak," katanya.

"Udah nemu buku yang lo cari?"

Abel meletakan novel itu ke meja bundar perpus. "Nggak ketemu, adanya cuma yang ini,"

Shana menengok sekilas lalu kembali fokus menulis. "Genre horror? Kenapa nggak baca di wattpad aja sih, tinggal cari judulnya."

"Yang ada bukannya baca cerita gue malah nyasar ke aplikasi lain. Lagian versi wattpad udah lama dihapus, gue nggak punya waktu buat nabung dan beli versi buku."

"Emang judul cerita yang mau lo baca apa?"

"Hantu Tampan,"

"Kayaknya di perpus ini nggak ada deh judul cerita begitu."

Tangan kanan Abel menompang dagu. "Padahal gue udah seneng karena punya perpustakaan sekolah yang luasnya melebihi rumah sendiri, eh sampe sini malah sama aja nggak ada. Harus tetep beli dong?"

Shana tertawa, ia menutup bukunya yang dirasa sudah hampir penuh akan catatan. "Siapa nama Authornya?"

"Ramdan Nahdi."

"Oh, Bang Ramdan."

"Lo tau?"

"Tau lah, gue pengikut akunnya kok."

"Kalo gitu kenapa lo bilang di perpus ini nggak ada?"

"Lupa. Tapi gue beneran nggak tau kalo Bang Ramdan punya cerita judulnya gitu, orang gue sekarang nggak pernah buka wattpad."

Abel baru menyadari hal itu, sahabatnya ini terlalu berlebihan dalam belajar. Bukannya apa, orang tua Shana selalu menuntun ia menjadi sempurna seperti kakak-kakaknya. Tak jarang Abel melihat Shana kecewa ketika mendapat nilai kurang baik. Bahkan gadis itu beberapa kali sering mempergoki Shana tengah menyakiti dirinya sendiri, terbukti dari jari-jemarinya yang lecet. Abel sendiri tahu bagaimana rasanya dibandingkan oleh saudara sendiri.

"Shan, gue harap lo nggak terlalu nyiksa diri lo sendiri ya?" tanpa sadar Abel mengatakan itu. Membuat senyum Shana memudar, ia menatap sahabatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Woi ... udah kelar belum, gue laper nih!"

Kedua manusia itu mengerjapkan mata tatkala Sella bicara dengan suara parau khas bangun tidur. Gadis itu sudah bangun hanya matanya masih terpejam. Shana kembali membuka bukunya untuk mencairkan ketegangan sementara Abel berdiri dan pamit untuk mengembalikan buku ke rak padahal ia sama sekali belum membukanya.

Ineffable |TAMAT|Donde viven las historias. Descúbrelo ahora