28. Orang Yang Berbeda

15 5 1
                                    

"Aku tunggu di sini aja ya," dari belakang punggung Aksa, Abel menyembulkan kepalanya dengan pelan. Seolah mengintip seseorang padahal pintu di depannya masih setia tertutup.

"Kenapa nggak masuk aja? Temenin aku."

Abel lantas menggeleng. "Nggak ah, serem tau." Ucapan Abel membuat Aksa terkekeh dan membalikkan badan, tanpa aba-aba kedua tangannya lantas mencubit pipi gadis berkacamata itu gemas.

"Ih, Aksa! Sakit tau!" Keluhnya sembari mengelus bagian pipi yang berdenyut. Lagi-lagi Aksa terkekeh, kali ini ia tidak mencubit pipi Abel melainkan mengacak rambut gadis itu hingga tampak kusut.

"Diem! Rambutnya jadi berantakan!"

Bukannya menjawab Aksa malah memperhatikan sekitar kantor guru, kemudian dia berbisik. "Sttt ... jangan berisik, nanti ada orang."

Abel menautkan alis tidak paham. "Kenapa emang kalo ada orang?"

Aksa menarik sudut bibir, tanpa sadar langkahnya maju dengan perlahan-lahan mendekati Abel. Abel yang terkejut lantas mundur beberapa langkah, sampai akhirnya punggung gadis itu menabrak dinding dengan tubuh Aksa yang semakin mendekat.

"A-aksa, kamu mau ngapain?" tanya Abel gemetar, merasa curiga dengan sikap Aksa. Cowok itu tidak menjawab, malah terus tersenyum sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajah Abel. Gadis itu sampai bisa merasakan napas hangat milik cowok di depannya ini.

Jangan-jangan dia psikopat?

Atau dia vampir?

Mungkin dia dukun? Gawat, Abel mau jadi tumbal!

Wajah Aksa semakin dekat, sampai pada akhirnya cowok itu tertawa kecil. Bagaimana tidak, wajah Abel begitu lucu sekarang ini.

"Aku punya permen lolipop, mau tidak?"

Abel langsung melotot, tak lama merotasikan bola matanya malas, ia sempat berburuk sangka tadi. Tapi kalau dilihat dari wajahnya, cowok berbahasa formal campur bahasa non formal karena tidak terbiasa itu memang terlihat polos, dan ternyata kepolosan cowok itu nyata adanya tidak dibuat-buat.

Abel berdecak kesal. "Ih, aku kira kamu mau ngapain! Mana permennya?" bentaknya sambil mengadahkan tangan meminta sesuatu.

"Memang aku mau ngapain?" Aksa memperlihatkan raut wajah bingung, tangannya merogoh saku mencari keberadaan lolipop yang sempat ia beli di kantin tadi.

"Nggak." Jawab Abel pura-pura tidak tahu.

"Nih ..." Aksa menyodorkan lolipop itu dan diambil oleh Abel dengan antusias. "Ngomong-ngomong itu kesukaan Nala, dia bahkan bisa menghabiskan lebih dari tiga lolipop."

Deg

Ada sesuatu tak kasat mata yang patah di dalam diri Abel. Siapa itu Nala? Apakah Aksa sudah memiliki seseorang istimewa dalam hidupnya? Tapi kalau dipikir-pikir Aksa tidak mungkin tidak sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Sebuah pertanyaan yang tak mungkin gadis itu tanyakan pada Aksa. Melihat gelagat Abel yang tampak kaget, Aksa pun bertanya.

"Bel, kenapa?"

Abel menggelengkan kepala sambil berusaha membuka bungkus plastik warna-warni lolipop. "Oh, nggak."

Aksa pun membenarkan posisi almamaternya yang sempat miring.. "Oh iya, nanti malam Nala pulang,"

"Nala itu siapa ...?"

"Dia seseorang yang istimewa, kebetulan dia sekolah di luar kota, tinggal di asrama gitu. Dan nanti malam baru bisa pulang. Kamu mau kan ketemu dia?"

Sejujurnya Abel merasa panas mendengar itu. Hatinya bahkan begitu nyeri. Tapi dengan keterpaksaan ia harus bisa terlihat baik-baik saja, toh memangnya dia dan Aksa punya hubungan spesial?

Ineffable |TAMAT|Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt