57. Keuntungan

17 4 1
                                    

Kayaknya part ini bakal buat kalian senam jantung

😁😁😁

****

Seorang pria berjas ala kantoran berdiri di atas podium dengan gagahnya. Mencekal alat pelantang suara persis sejajar dada, kemudian menarik udara dalam-dalam. Raditya tertegun menyaksikan bagaimana seluruh murid SMK Nirwana menatapnya dengan senyum merekah seolah menyambut Raditya kembali.

"Berdirinya saya di sini, ingin mengucapkan banyak sekali permohonan maaf kepada seluruh murid atas segala kesalahpahaman yang terjadi selama di sekolah. Kejadian buruk itu banyak membuat rugi pihak kami–selaku orang yang paling bertanggungjawab atas sekolah, bukan cuma pihak kami, tapi bagi seluruh murid yang juga ikut terkena imbasnya."

Raditya terdiam beberapa lama. Tidak disengaja menatap Keno–anak yang akan selalu menjadi kebanggaannya itu ikut tersenyum melihat sang papa, Keno mengacungkan jempol membuat Raditya tidak dapat menahan rasa bahagianya.

"Oleh karena itu, mari kita buka lembaran baru tahun ini dengan sebuah kebijakan baru."

Tepuk tangan bergemuruh di area lapangan sampai membuat bulu kuduk meremang. Matahari terik menyengat pori-pori kulit, namun hati terasa sejuk karena sebuah kalimat yang baru saja diurai dari pemilik SMK Nirwana itu.

Raditya mundur, memberi kode supaya kepala sekolah maju untuk bisa melengkapi pidatonya.

"Baik, anak-anak semuanya. Pak Raditya sudah meresmikan akan membuat kebijakan baru, Ibu harap kalian akan mematuhi semua aturan dan menjauhi larangan yang ada, ya? Setelah ini Ibu akan share suratnya di grup chat masing-masing jurusan. Jangan lupa baca dan pahami."

Berbagai siulan serta tepuk tangan pun bermunculan.

"Upacara selesai, seluruh peserta diwajibkan meninggalkan lapangan upacara."

Petugas wanita di barisan para guru berseru lantang lewat alat pengeras. Sekolah heboh saat upacara selesai tepat pukul 08:00. Seluruh murid langsung pontang-panting berlari meninggalkan lapangan. Menuju ke kelas masing-masing.

Hebohnya lapangan sama seperti hebohnya kelas dua belas jurusan Multimedia sekarang. Abel yang baru duduk di bangkunya dan sedang bercanda gurau dengan teman-temannya dikerumuni satu kelas dengan wajah pucat. Seram, hingga Abel dan yang lain berhenti tertawa.

Hening menyergap sampai tak lama salah satu siswa yang menjabat sebagai ketua kelas mendekat.

"Gue mewakili yang lain mau minta maaf sama kalian semua, terkhusus Abel. Karena kita udah nuduh lo yang nggak-nggak, maafin kita ya."

Satu siswi membelah kerumunan. "Maafin gue ya, Bel. Gue yang paling banyak nuduh lo."

"Iya Bel, maafin kita ya." Sahut yang lain.

"Sekarang kita semua udah tau kalo pelakunya itu Dian. Kita semua baru tau kalo ada yang nyamar jadi Pak Raditya."

"Masalah rekening itu cuma buat bikin seolah-olah lo yang salah kan, Bel?"

"Gue bener-bener nggak nyangka Dian bisa sejahat itu."

"Lo bisa hukum kita kalo lo mau."

"Udah-udah, berisik bener lo pada!" Sella membentak kasar, suara-suara itu terlalu menganggu pendengarannya.

Seluruh ruangan hening. Abel bangkit dari duduknya, menatap satu per satu mereka semua.

"Kenapa kalian minta maaf? Emangnya salah ya bela orang paling berpengaruh di sekolah? Kalian kan nggak tau, jadi bagi gue kalian nggak salah."

Ineffable |TAMAT|Where stories live. Discover now