chapter 2

45 3 0
                                    

"Heh! Kalian berdua anak ini oma sudah bikinin teh, kalian masih saja tidur".- ucap oma daniel.

Pagi kami selalu mendengar oma daniel mengomel, tapi tidak apa-apa kami sudah terbiasa, dengan omelan itu.

"Ian, makan rotinya sampe habis, jangan sisa! Ingat, daniel juga!".- ucap oma

"Iyaa omaaa".- ucap kami

"Ian sama el berangkat ya oma".- ucapku melambai.

Kami biasanya bersekolah jalan kaki karena, sekolah kami cukup dekat dari rumah.

Sekian lama kami berjalan, kami bertemu shifa di depan pagar.

"Ian itu ada shifa".- ucap daniel datar.

"Oiyaaaa lupa eh el ketemu di kelas yaa".- ucapku menyusul shifa

"Gini nih kalo monyet udah dapet pisang".- ucap daniel datar.

Aku pun berlari menuju shifa.

"Pagii shifa....".- ucapku tersenyum lebar.

"Umm hay ian, pagi hehe".- ucap shifa canggung

"Loh kenapa shifa?".- tanyaku

"Ngga kok hehe um aku duluan yaa".- ucap shifa

"Itu karena shifa punya ku bodoh".- ucap indra (kakak kelas 12 temannya gary)

Aku yang mendengarnya langsung berhenti melangkah dan overthink.

Aku terus berfikir kenapa dia mau sama anjing liar seperti indra.

"Kau berbohong padaku shifa".- ucapku

Aku jadi tidak konsen dalam segala hal jika melihat mereka berdua.

Sepanjang hari aku hanya termenung sendiri bahkan daniel pun bertanya.

"Lu hari ini ga mood banget, ada apa?".- tanya daniel

"Diem".- ucapku dingin

"Ya, anak-anak hari ini kita belajar olahraga, dan olahraganya itu bermain kasti atau baseball".- ucap guru penjasku.

Ada satu dua murid yang terlebih dahulu melatih lemparannya.

Dan tiba saatnya giliranku yang melempar.

"Daniel kau pukul yang benar".- ucapku datar.

"Iyaiyaa".- ucapnya.

"1...2...ti....wushhh".- ucapku sambil melempar bolanya.

"Cepat sekali!".- ucap daniel panik

Daniel memukul dengan keras sampai mengenai kelas shifa dan indra.

"Wahh parah lu berdua berani sekali masukin bola kesana".- ucap salah satu temanku.

"Ambil bolanya kalian berdua".- ucap guruku perlahan pergi karena takut.

Indra keluar dan memegang bola tersebut sambil memanggil kami keatas untuk mengambil bola tersebut.

"Lain kali kalo main liat-liat anjing!".- ucap indra membentak.

Kami hanya menatap dengan tajam dan diam.

"Urusan lo ya, ian".- ucap daniel.

"Hehe iya urusanku".- ucapku datar.

Daniel pun pergi dengan tongkat kasti.

Tiba-tiba shifa melerai kami dengan cara memeluk indra di hadapanku.

Emosiku semakin menjadi setelah aku di pukul oleh indra dan tetap menghargai shifa disana.

"Kau tak melawan! Bicaramu saja seperti orang jago dasar bajingan!".- ucap indra terus menghajarku.

Aku yang melihat shifa lantas bertanya sambil mencoba berdiri.

"Shifa, indra cowomu?".- tanyaku.

"Iya, bener cowok".- ucapnya.

"Hiahahahhaha, lemah! segini doang?hah?!".- ucapku tertawa.

"Kau menantang?hm?".- ucap indra.

"Kau berkelahi seperti bocah yang memperebutkan permen bodoh!".- ucapku menggulung lengan baju.

"Kau tidak tau kan? Aku diam selama ini karena apa? Tapi sekarang sudah tidak ada penyebab aku diam terus dipukuli".- ucapku

"Oh ya?".- ucap indra datar.

"Cecungukk kecill!!!!!".- ucap indra berlari mencoba memukulku

"Plakkkk!!".- aku menangkis pukulannya

"Kenapa kau bisa?".- ucap indra terbatah batah

"Kau takut? Kena kau".- ucapku datar.

"PLAKKKKKK!!!!".- aku memukul tepat pada rahang.

"Sini ku benarkan rahangmu lagi".- ucapku tersenyum.

"Puggggghhhh!!!".- aku memukul rahang di bagian bawah.

Seketika indra terhuyung-huyung dan terduduk saat itu juga.

Aku yang melihat shifa secara tajam langsung meninggalkan mereka di tempat kejadian.

TO BE CONTINUE

cerita ianWhere stories live. Discover now