Part 5

1K 80 4
                                    

Sudah dua minggu dan tidak ada perkembangan dari Haechan. Pemuda itu masih berbaring dengan tubuhnya yang kurus karena kurangnya cairan dalam tubuh.

Choi Sooyoung sudah di tangkap minggu lalu dan sidang putusan akhir akan di lakukan dua hari lagi. Hendery menetapi janjinya untuk membuat si mucikari sialan itu menderita di dalam sel tahanan.

Jeno dan Jaemin juga sudah sibuk dengan urusan pernikahan. Mereka sesekali datang untuk menjenguk Haechan dan sekaligus menemani Mark.

"Ku pikir warna ini cocok. Bagaimana menurutmu?" tanya Jeno pada Mark yang duduk menghadap mereka.

Mark menatap kartu undangan yang di tunjuk Jeno, lalu mengangguk. Warnanya tidak terlalu mencolok dan terkesan manis, jika Haechan sudah bangun pun ia akan memilih itu.

Namun, berbeda dengan Jaemin yang memilih sebuah undangan berbentuk kaca. Hanya terdapat satu bulan di dalam sana, dengan tanggal yang dilingkari, juga sebuah tulisan di bawahnya. Jaemin suka itu, "kalau yang seperti ini resiko pecahnya tinggi."

Itu Mark, ia juga bantu memilihkan dan memberikan solusi pada pasangan itu. Jaemin merengut, namun mengangguk karena setelah di pikir-pikir ia juga. Jadi, setelah di pilih-pilih ia pun setuju dengan pilihan Jeno.

Bukan hanya undangan. Seluruh dekorasi dan tempat di selenggarakannya pernikahan pun mereka yang berdiskusi bertiga, para orangtua tidak ingin ikut campur. Untuk tempat mereka memilih di tempat terbuka, masih daerah Seoul.

Mark kembali memutar tubuhnya, menatap wajah tirus Haechan yang terlihat damai. Ia mengelus surai Haechan dengan lembut. Seluruh hal yang mereka lakukan bersama terputar di otaknya membuat setitik liquid bening jatuh ke arah tangan Haechan yang sedang ia genggam.

Sedangkan di dunia lain. Haechan yang sedang bercanda dengan sang ibu terhenti, ia menatap ke arah tangannya yang basah dan menatap ke arah Ibunya yang hanya tersenyum melihatnya.

"Haechan sudah mau kembali, ya?" tanyanya dengan senang.

Haechan terdiam. Ia menatap tangannya yang basah juga wajah sang ibu yang ada di samping nya, "tidak, tapi Haechan rasa ada yang menungguku. Tapi, Haechan tidak tahu siapa."

Ibu Haechan masih tetap tersenyum. Ia mengelus surai Haechan dengan sayang, "tunggulah beberapa saat. Jika Haechan ingin kembali akan Ibu tunjukan arahnya, tapi jika Haechan ingin tetap bersama ibu, maka ibu akan membawa Haechan bersama ibu."

Haechan tersenyum manis dengan hati yang gundah.

*****

Mark terpaksa pulang kerumah karena mendapat kabar bahwa kakak pertamanya sudah pulang dengan suami beserta anak lelakinya. Sesampainya dia dirumah ia di kejutkan dengan suara tangisan yang berasal dari ruang keluarga kediamannya.

Saat masuk ia langsung ditubruk oleh sang keponakan. Mark menunduk, menggendong sang keponakan dan membawanya menuju kamar.

Tangisan keponakannya berangsur hilang dan Mark kembali membawanya ke bawah, ia duduk di sebelah sang kakak dengan kepala yang di letakan di bahu.

"Aku tau segalanya, Mark. Kau mau membawaku padanya?" tanya sang kakak dengan tangan yang mengelus surai Mark dengan lembut.

Mark mengangguk, lalu kembali bangun untuk membawa mereka ke rumah sakit untuk melihat Haechan. Dan Mark masih mengharapkan keajaiban.

Mereka sampai di rumah sakit. Mark berjalan di depan sedangkan Taeyong menatap punggu sang adik dengan kasihan, ia tidak pernah melihat Mark seperti ini.

Saat membuka pintu Mark mematung di depan pintu. Didepannya Haechan sudah membuka mata meski belum di perbolehkan untuk duduk.

Pemuda manis itu tersenyum ke arah Mark dengan lemah. Mark berjalan dengan ragu ke depan, tangannya segera menggenggam tangan Haechan dengan lembut.

At The End||MARKHYUCKWhere stories live. Discover now