Part 10

756 50 0
                                    

Hallo semua! Terimakasih yang sudah berkenan membaca hehe...

Maaf atas keterlambatan update dan kemungkinan ada perubahan jadwal update dalam waktu dekat

Happy weekdays!

Enjoy the story!!!















Pagi itu Haechan di kejutkan dengan Mina yang tiba-tiba berada di dapur, dia bilang akan membantunya masak. Haechan mengiyakan, toh kalau banyak yang membantu pekerjaan jadi cepat selesai.

Beda dengan Haechan beda pula dengan Jaemin, pemuda itu tetap memasang pandangan waspada kepada Mina yang hanya diam dengan tangan yang terus bekerja membantu Haechan membuat sup krim jagung.

"Untuk apa dia di dapur? Ingin menaruh racun, kah?" tanya Jaemin.

Haechan menepuk mulutnya pelan dan mendelik kepada pemuda bermarga Na tersebut, "jangan seperti itu! Dia punya niat baik untuk membantu, Jaemin."

"Ya, ya, ya."

Mina mendengar semuanya, namun ia hanya diam. Ia tahu kesalahannya kemarin jadi dia membiarkan Jaemin berkata semaunya. Toh setelah anak ini lahir ia akan pergi dan mungkin memberikan bayinya nanti kepada Haechan untuk pemuda itu urus, karena sejujurnya dia tidak bisa mengurus bayi.

Selama sesi sarapan, tatapan Mark maupun Jaemin terlihat sangat awas pada Mina padahal wanita itu tidak melakukan apa-apa. Mina hanya diam dan fokus pada makanannya, setelah mereka selesai memasak pun ia membantu Haechan mencuci piring dan mengisi teko miliknya, lalu kembali ke kamarnya.

Mark dan Jeno bangun dari duduknya setelah Mina pergi, "aku pergi dulu, jaga diri baik-baik." Mark mengecup kening Haechan sebentar dan berlalu ke depan dengan Jeno.

Haechan dan Jaemin pun kembali ke ruang tengah, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, Jaemin sibuk dengan ponsel dan Haechan dengan drama di depannya. Pikiran pemuda itu berkecamuk, sedikitnya ia mulai merasa khawatir dengan segala hal.

Haechan sama sekali tidak meragukan Mark dan cintanya, tapi Haechan meragukan dirinya sendiri. Pemuda itu takut jika dirinya tidak bisa membalas perasaan Mark dengan sama besarnya, ia takut jika pada akhirnya akan mengecewakan mereka semua. Bahkan kini ia mulai ragu, dia menetap disini karena Mark atau karena hutang budinya.

Jaemin yang melihat Haechan melamun menggoyangkan pelan tubuh pemuda itu, "kau kenapa?" tanyanya saat Haechan menoleh ke arahnya.

Haechan menggeleng, "maaf, Jaemin. Aku hanya merasa lelah," jawabnya. Haechan tidak berbohong, sedikitnya ia merasa lelah dengan segala hal di hidupnya.

"Okay, mau jalan-jalan?"

Haechan berpikir sejenak, lalu mengangguk. Ia bangun dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya, lalu kembali ke pada Jaemin.

"Ayo, mau kemana kita?" tanyanya di perjalanan menuju pintu apartemen.

"Kemana saja. Ah, bagaimana kalau kita pergi ke pasar ikan? Nanti malam kita adakan bakar-bakar di rumah kak Taeyong? Lagi pula aku akan pulang hari ini."

*****

Awalnya memang mereka ingin pergi ke pasar ikan yang berada di jalan Uiju, pasar ikan Noryangjin -pasar ikan terbesar di Korea Selatan. Namun, Jaemin menyeret Haechan menuju sebuah desa wisata di daerah sebelah utara Kali Cheonggye dan Jongno.

Haechan terkesiap saat mereka berada di sana, pasalnya Haechan sering mendengar desa yang ia pijaki itu namun tidak pernah berani datang ke sana karena 'kesibukannya'. Jaemin terus menariknya hingga mereka berada di salah satu tempat penyewaan hanbok.

At The End||MARKHYUCKWhere stories live. Discover now