part 15

719 52 0
                                    

Hai-hai! Apa kabar? Silakan dibaca...






.
.
.
.
.
.






"Apa aku tidak usah berangkat saja?"

Haechan merotasikan matanya dengan malas, sudah berulang kali Mark berbicara hal yang sama. Bangun tidur, mau mandi, mau sarapan, dan sekarang mau berangkat pun ia masih membicarakan hal yang sama. Memang benar beberapa kali ia merasakan kontraksi pada perutnya, namun tidak perlu sampai sejauh ini.

"Sudahlah, Mark. Jangan berlebihan. Aku baik-baik saja, semuanya baik-baik saja."

Namun tetap, Mark masih bersikap kekanakan. Haechan yang amarahnya sudah berada di ujung langsung menarik lengan pria yang berstatus sebagai calon ayah itu menuju mobil, ia dudukan Mark di balik kemudi dan menutup pintunya, lalu berbalik untuk masuk ke dalam rumah.

Mark mendesah kesal. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor besar milik keluarganya yang kini ia jalankan sepenuhnya karena Taeyeon yang memutuskan untuk rehat.

Sedangkan Haechan, pemuda itu sudah ada di depan televisi dengan cemilan dan susu khusus kehamilan. Baru sebentar ia merasakan bahagia karna melihat idola nya, perut besarnya justru terasa mulas.

Ia memegangi sofa dengan erat, dahinya juga mengerut dalam. Beruntungnya para pelayan dirumah itu segera tanggap membawa Haechan ke rumah sakit dan mengabari semua orang.

*****

Mark berlari panik di sepanjang koridor rumah sakit, tidak ia pedulikan orang-orang yang bahunya ia tabrak karna kondisi Haechan adalah nomor satu untuknya.

Mark baru saja sampai di kantor saat salah satu pelayan di rumahnya mengabari jika Haechan di larikan ke rumah sakit. Seharusnya ia tetap ada dirumah, mengabaikan Haechan yang terus menyuruhnya untuk bekerja.

Saat sampai di depan ruang operasi bisa ia lihat seluruh keluarganya berkumpul, keluarga Jeno bahkan ikut hadir menemani ibunya yang kini tengah di topang oleh Tiffany.

"Mark..."

Mark mendekat, ia peluk tubuh ringkih ibunya. Taeyeon menepuk punggung Mark dengan pelan, berusaha membuat putranya itu tenang. Tak lama suara tangis bayi hadir membuat semua orang bernapas lega termasuk mereka.

Seorang dokter dengan pakaian khas operasi keluar, memberikan senyum terbaiknya.

"Siapa ayah dari bayi yang baru saja lahir?" tanya sang dokter dengan raut wajah berseri.

Mark mendekat dengan dorongan Taeyeon, "aku ayahnya."

"Selamat. Anak anda laki-laki."

Mark terdiam. Perasan bahagia membuncah dalam dadanya, "bagaimana dengan kekasih saya, dok?" tanyanya dengan nada khawatir yang dapat didengar jelas.

"Kekasih anda adalah seseorang yang kuat. Maksud saya, dia sempat mengalami pendarahan namun tetap bisa bertahan hingga saat ini."

Mark baru bisa tersenyum lega saat mendengar jika Haechan baik-baik saja. Begitu pula dengan yang lain.

"Kapan kami bisa bertemu mereka?" tanya Donghae -ayah dari Jeno.

"Saat pasien sudah di pindah ke ruang rawat inap."

*****

Haechan sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Para keluarga dan sahabat sudah berada didalam ruangan dengan Renjun dan Jaemin yang terus menerus menatap ke arah bayi mungil yang belum genap sehari itu.

Haechan masih belum bangun dari tidur lelapnya dan Mark menjaganya dengan segenap jiwa dan raga. Sedangkan Taeyeon menatap haru pada Mark dan Haechan.

"Kapan kalian akan meresmikan hubungan kalian?"

Mark mengulas senyum tipis. Ia sudah merencakan sesuatu. Ia sadar jika anaknya butuh keluarga utuh yang jelas, "aku akan membicarakan ini saat Haechan sadar nanti, bi."

Donghae mengulas senyum khas nya, ia bahagia saat melihat Mark bahagia. Dulu, Taeyeon pernah menangis di pelukannya hanya karna khawatir jika Mark akan merasa terbebani hidup tanpa seorang ayah, namun lihat sekarang. Anak kecil yang dulunya di khawatirkan justru dialah yang kini menjadi ayah. Donghae berharap, mereka akan tetap bahagia hingga mau memiskan kelak.

Pria matang itu maju ke depan, menepuk pundak Mark sekali dengan masih mempertahankan senyuman miliknya. Mark menoleh, menatap Donghae dengan bingung, "aku berharap kebahagiaan akan selalu mengitari keluarga kecilmu, Mark."

Tanpa aba-aba, Mark memeluk Donghae dengan erat. Jika ingin jujur, ia merindukan sosok ayah yang bahkan tidak pernah ia lihat wujudnya, namun dengan kehadiran Donghae rasa rindu itu sirna karna Donghae lah yang menggantikan peran ayahnya.

Taeyeon yang melihat hal itu meneteskan air matanya. Ia sempat kecewa pada diri sendiri karna membiarkan Mark hidup tanpa sosok ayah di hidupnya, namun melihat semuanya saat ini ia merasa jika memang itu sudah jalan takdir yang paling baik untuknya dan sang putra.

"Eungh..."

Mereka menoleh, menatap pada Haechan yang kini tengah mengerjapkan matanya dengan bingung. Mark sendiri langsung menangkup pipi bulat sang kekasih dan mencium dalam kening Haechan yang terbuka.

"Anakku, mana?"

Mark terkekeh, ia melangkah pelan menjauh dari Haechan untuk mengambil putra mereka yang belum di berikan nama. Ia bawa putra kecilnya kehadapan Haechan yang segera diterima baik oleh sang papa.

"Mark, kau belum memberinya nama?" tanyanya dengan mata boba yang menatap Mark dengan dalam.

Mark menggeleng, "aku menunggumu untuk bangun," jawabnya yang masih setia memandang buah hatinya dan Haechan.

"Chenle? Biar sama dengan salah satu personil boy grub mimipi, aku suka dia. Pipinya menggemaskan!" pekik Haechan dengan semangat.

Si bayi yang merasa terganggu pun menangis kencang membuat yang ada disana tertawa karna melihat Mark yang kebingungan.

"Ssstttt anak papa tidak boleh menangis, tenang ya... Papa's here and your daddy here too," bisik Haechan yang mampu buat si bayi kembali tertidur nyaman.

Haechan tersenyum, ia kecup dalam kening sang putra. Lalu Mark setelahnya ditambah dengan mencium pipi Haechan dihadapan yang lain, "terimakasih, Haechan."

"Lee Haechan, ayo menikah!"

At The End||MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang