Part 11

672 61 3
                                    

Hai-hai! Kembali lagi bersama aku...

Silahkan dinikmati ceritanya...




Haechan tahu dari awal jika ia itu naif, ia bahkan tidak bisa menetapkan hatinya. Ia baru saja mendengar cerita Mina, jika sekalinya Mark jatuh cinta maka ia akan mencintai orang itu hingga waktu yang tidak bisa ditentukan, tapi jika ia kecewa maka ia tidak akan pernah lagi menaruh rasa percaya, suka, atau apapun kepada si orang yang membuatnya kecewa.

Berbicara soal Mina, mereka menjadi dekat. Jaemin juga perlahan mulai memperlihatkan rasa perhatiannya pada Mina, beda dengan Mark yang masih saja begitu dalam hal ini diam namun terkesan tidak acuh.

Haechan juga mengikuti saran Taeyong. Saat itu Taeyong melihat muntah-munta, tepat saat ia dan Nark menginap di rumah keluarga Lee atas permintaan Taeyong. Ia yang tidak tahu menahu hanya diam dan mengikuti, namun siapa sangka jika apa yang di perintahkan Taeyong saat itu kembali membuatnya dilanda dilema.

Ia berpikir untuk pergi secara tiba-tiba dari mereka, memulai hidupnya yang baru dan melupakan segalanya. Tapi, dengan benda hidup yang ada dirinya membuatnya berpikir 'apa ia tidak terlalu egois, jika membawanya sekaligus?' karena pada dasarnya Mark tetap harus tahu.

Namun, Haechan juga di landa ketidak percayaan pada dirinya sendiri. Bagaimana pun ia mantan pria malam, anak didalam dirinya pun bukan berarti milik Mark. Beda dengan Mina, entah benar atau tidak, masih ada kemungkinan Mark adalah ayah biologis janin Mina.

"Sedang apa didalam kamar mandi? Lama sekali." Haechan tersentak sesaat, saat seseorang memeluknya dari belakang juga mengendus area lehernya.

"Aku bersiap untuk tidur. Kenapa belum tidur?" tanyanya dengan lembut sambil mengelus halus lengan Mark di perutnya.

"Belum mengantuk. Perasaanku saja atau memang perut bawahmu keras? Kau baik?"

Haechan membeku, ia tidak tahu harus jawab bagaimana dengan Mark. Mark mendongak menatap mata cantik Haechan yang kini juga tengah memandangnya, "yasudah tidak perlu dipikirkan. Ayo, selesaikan. Kemudian tidur," bisiknya.

Haechan mengangguk. Sebenarnya ia sudah selesai, namun tetap bertahan untuk merencanakan aksi melarikan dirinya nanti.

Mereka berjalan ke arah ranjang besar Mark, merebahkan diri dan membiarkan Mark memeluknya dengan erat. Setidaknya untuk terakhir kali pikirnya, wajah Haechan pun semakin ia tenggelamkan pada dada bidang Mark.

Tengah malam, Haechan terbangun. Ia menyingkirkan lengan Mark dengan penuh kehati-hatian, lalu beralih pada koper miliknya. Memasukan baju-baju dan beberapa benda miliknya, setelah itu tangan lentik Haechan mulai menari di atas sebuah kertas untuk menuliskan beberapa kalimat. Ia sadar jika perasaannya pada Mark masih mengambang, maka dari itu ia memutuskan untuk pergi. Mark berhak bahagia tanpa dirinya.

Kakinya dibawa melangkah menuju ranjang, ia kecup dalam kening mengkilat juga kedua mata milik Mark lalu menatap wajah tampan yang tengah tertidur pulas itu dengan lekat. Haechan berusaha merekam wajah Mark dalam ingatannya meski akan berakhir sia-sia jika waktu sudah bermain, tanpa sadar air mata jatuh begitu saja di kedua pipi tembamnya.

Ia melangkah menjauh dengan koper ditangannya. Ia tatap lamat-lamat ruang tengah apartemen, tempat dimana ia menghabiskan banyak waktu bersama Mark, Jaemin, dan Jeno. Lalu melangkah menuju kamar Mina untuk menyelipkan sebuah surat diatas nakas, wanita itu masih terlelap.

Dengan langkah pasti ia keluar dari apartemen milik Mark, menjauh dari kebahagiaan yang dia miliki selama hampir tiga bulan ini.

Entah kemana ia akan menginap malam ini, mungkin di tempat penampungan jauh lebih baik dari pada harus keliling Seoul dengan nyawa lain dalam dirinya.

At The End||MARKHYUCKWhere stories live. Discover now