Episode 15

302 45 12
                                    

Dengan jelas Irene bisa melihat senyuman di wajah Wendy yang begitu tulus.

Tuhan, masih pantaskah aku bersamanya ?

" Kajja kita masuk. ", Wendy menyingkirkan butiran salju yang singgah di rambut Irene.

Di dalam apartemen, Irene hanya memperhatikan Wendy yang sibuk di dapur menyiapkan segala hidangan yang hangat untuknya.

" Ini teh untukmu dan sup. "

Wendy meletakan semuanya di atas meja makan dengan penuh senyum yang rasanya jauh lebih hangat dari semua hidangan itu. Irene masih tidak habis pikir kalau Wendy sekuat itu untuk bertahan dengan segala situasi yang ada.

" Kalau begitu aku pulang dulu ya. ", Wendy beranjak dari kursi.

" Jamkanman. ", Irene langsung meraih tangan Wendy.

" . . . . "

" Temani aku. "

Wendy tersenyum kecil dan langsung duduk di samping Irene. Jarum jam terus berputar, entah bagaimana caranya kini Irene hanya duduk diam menunggu Wendy yang sedari tadi menyuapinya.

" Sudah habis. "

Irene hanya mengangguk dengan pipi yang masih menyimpan makanan. Wendy terus memandangi Irene dari samping dengan penuh kasih sayang. Sampai perlahan ia beranjak dari kursinya dan mencium kepala Irene. Seketika Irene langsung terdiam, bahkan berhenti mengunyah. Matanya mengikuti arah Wendy berjalan.

Saat akan tidur, Wendy masih mengurus Irene, menarik selimut sampai menutupi tubuh Irene, memasang lampu tidur. Perlahan, Irene memejamkan matanya. Wendy berjalan ke sisi lain kasur dan duduk di tepi. Diam-diam Irene kembali membuka matanya dan memperhatikan Wendy.

" Mungkin sekarang dia mengejarmu, tapi bagaimana jika nanti dia meninggalkanmu ? Kau sendiri yang bilang, begitu banyak yeoja menyukainya. Dia bisa dengan mudah memilih semua yeoja itu. "

" . . . . "

" Jika kau hanya membuatnya kelelahan tanpa memberinya kasih sayang, percayalah, langkah kakinya akan sangat tegas saat meninggalkanmu. "

Sementara itu yang sedang dipikirkan Wendy adalah percakapan dengan ayahnya.

" Kelulusanmu hanya tinggal menunggu waktu. Pekerjaan sudah pasti ada di depan mata. Mantapkan hatimu bila kau memang benar-benar ingin bersama Irene. "

" Ne, appa. "

" Tidak usah pikirkan Jennie. Dia sudah besar, kami akan kembali merawatnya secara penuh. Kewajibanmu sudah selesai. "

" . . . . . "

" Appa hanya berpesan satu hal padamu, Seungwan. Jika hatimu, sudah yakin, mau sehebat apapun dunia mencoba menghancurkan kalian, itu tidak akan pernah terjadi. Mungkin kau akan menemui masa dimana orang lain akan mengatakan bahwa Irene tidak baik, tidak seperti yang kau bayangkan, begitu pula sebaliknya. Tapi, jika hatimu benar-benar mengenal siapa Irene, kau tidak akan terbawa dengan semua ucapan itu. Pegang dengan erat jika memang harus. Tapi jangan lupa untuk rela melepaskan jika memang tidak bisa lagi digenggam. "

Wendy menghela nafas dan tertunduk, sementara Irene memalingkan wajahnya, mencoba tidur dengan posisi membelakangi Wendy.

Next Day

Tiffany memperhatikan Taeyeon yang baru saja keluar dari rumah sakit bersama Jessica.

" Aku sudah tau siapa diriku dimasa lalu."

" Ya! Mengapa kau- Gosh! "

" Ya! Mengapa kau- Gosh! "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
28 ReasonsWhere stories live. Discover now