O1. Libertad

615 80 13
                                    

➹➹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

➹➹

Suhu rendah di bawah langit petang itu membuat permukaan kulit terasa menggigil. Menusuk kulit, cukup membuat bulu kuduk berdiri tegak merasakan lenggangnya angin dirgantara.

Seorang gadis bergaun putih berlarian kesana kemari karena terkejut melihat kebun peony nya mendadak hancur lebur. Kelopak bunganya berjatuhan dan tanahnya berserakan dimana-mana. Suasana yang semula elok seketika berubah menjadi tidak mengenakkan.

Sembari berteriak memanggil nama seseorang, gadis itu melepaskan sepatu kacanya dan mengangkat gaun nya setinggi lutut. Ia memasuki area kebun. Telapak kakinya kini mulai menginjak dan bersentuhan dengan permukaan tanah yang berkubang.

"Oliver!!" dari panggilan berkali-kali itu, pemuda dengan busana serba putih mendadak muncul di hadapan sang gadis. Mahkota mawar biru selalu tersemat di atas kepalanya. Rambut coklat nya nampak bagaikan sarang burung merpati yang terbuat dari rumput serta dedaunan kering.

Di punggungnya bertengger sepasang sayap tembus pandang, itu menandakan bahwa ia adalah seorang peri. Kemunculan sang pemuda juga membuat banyak serpihan glitter berterbangan di sekitarnya.

"Ada apa, Tuan Putri?" Pemilik nama Oliver datang seraya menunjukkan raut bingung, ia khawatir jika teman gadis nya itu sedang mendapatkan masalah serius. Kedua sayap di punggung nya kini menghilang dan membuat wujudnya terlihat seperti manusia biasa.

Sang putri memasang wajah kecut sembari menunjuk ke arah pohon peony nya yang berserakan. Padahal kebun bunga itu adalah hadiah paling berharga dari ayahnya.

"Kebun peony milikku hancur! Bagaimana ini bisa terjadi?"

Oliver menghampiri kebun tersebut sembari menggeleng. Bahunya berkedik, "Aku tidak tahu!"

Floella mendengus, "Tapi kau tahu kan? Aku sudah bersusah payah merawat semua bunga peony ini semenjak lama."

Oliver terdiam, iris hijaunya mengamati kebun peony milik Sang Putri. Benaknya menebak-nebak sebenarnya siapakah pelaku yang berani melakukan hal sekurang ajar ini.

Belum berselang lama, tatapan sang peri mendadak terkunci pada sebuah cermin yang tergeletak di samping kebun. Padahal biasanya cermin itu berdiri dengan rapi. Pemuda itu dengan cepat berjalan menghampiri kaca bayangan tersebut karena merasa ada sesuatu yang janggal. Seperti ada yang berbeda dengan dekorasi taman sebelumnya.

Floella menatap Oliver, "Kau tahu sesuatu?"

Pemuda peri itu berjongkok, mengambil sehelai bulu berwarna putih yang tersangkut di sela-sela cermin. Sontak hal itu seketika membuat Oliver mengerutkan kedua alisnya, "Apakah ini ulah para kuda pegasus itu?"

Floella ikut melangkah menghampiri cermin,  membuang napas kasar, "Huh! Lantas bagaimana nasib kebun ku setelah ini?"

"Entahlah, aku tidak tahu mengapa para pegasus merusak kebun peony milikmu."

- Paeonia ❀ | ZhanghaoWhere stories live. Discover now