13. Lucid Dream

152 26 8
                                    

➹➹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➹➹

Mungkin, ini waktunya untuk mencari tau dan mengenal manusia griffin itu lebih dalam. Mencari tahu kemana tujuan hidupnya selama ini. Mencari tahu apa keinginan nya. Dan, mencari tahu siapa dia sebenarnya.

"Semua ini terjadi karena ulahku. Mereka menyerang Kerajaan mu hanya untuk mencari keberadaan ku."

Di bawah langit senja, Hans dan Floella masih berkeliling di tengah hutan tanpa mengenakan alas kaki. Sembari berbincang, mereka berjalan menuju ke arah istana. Floella harus pulang sebelum matahari bergulir ke arah barat.

Gadis itu memperlambat langkah kakinya sembari melirik ke arah Hans, "Aku tidak sampai hati melihat kondisimu saat itu. Kehilangan sayap pasti sangat menyakitkan bukan? Terlebih lagi kau sedang menjadi buronan.”

"Itu memang hukuman yang setimpal untuk makhluk yang melanggar aturan seperti ku. Aku bahkan tidak menyangka sebuah keajaiban akan berpihak kepadaku. Jika tidak, mungkin hidup ku sudah berakhir di tangan para pemburu."

Kepala Hans menengadah. Helaian rambut coklat nya terhembus angin sepoi. Kedua iris coklat nya terpejam. Ia mencoba menghirup udara dalam-dalam sembari merasakan telapak kakinya bersentuhan dengan permukaan tanah. Merentangkan tangannya, seolah menyatukan seluruh jiwa nya dengan dewa-dewa alam.

"Ini bukan sebuah kebetulan. Cepat atau lambat, Tuhan pasti mengatur takdir yang terbaik untuk kita." Floella meyakinkan bahwa apa yang telah dilakukan pemuda itu tidak salah.

Hans berpikir sejenak, setelah itu tersenyum kecil, "Apa pertemuan kita juga terjadi karena takdir?"

Floella menaikkan satu alisnya bingung, membuat makhluk tanpa sayap itu menoleh ke arahnya dan melanjutkan, "Kau dan aku sama-sama memiliki keinginan untuk keluar dari sangkar yang selalu mengekang. Benar begitu?"

Floella masih diam membeku. Maksud Hans, mereka sengaja dipertemukan seperti ini karena mereka memiliki nasib yang sama?

Gadis itu mengangguk, "Ah, mungkin saja."

Hans kini membuang pandangannya dan beralih menatap pepohonan rindang. Bibirnya sedikit terangkat dan menghasilkan senyum tipis yang menggemaskan. Hatinya berselimut kehangatan. Entah mengapa perasaan nya saat ini bercampur aduk.

Hans merasa lebih nyaman berada di dekat Floella. Ia ingin melindungi makhluk berdarah panas itu. Seandainya masih memiliki sayap, Hans ingin sekali menggunakannya sebagai tameng pelindung.

Baginya saat ini, tidak masalah jika harus menjadi griffin yang cacat. Bahkan tak apa jika dirinya menjadi manusia seutuhnya. Tidak apa jika nantinya harus kehilangan jiwa raga hanya demi melindungi seseorang gadis. Lagipula kehidupan yang diinginkan sudah terwujud.

"Terimakasih telah mempercayai ku. Aku berhutang nyawa kepadamu, Tuan Putri."

➹➹

- Paeonia ❀ | ZhanghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang