16:30

34 23 0
                                    

Semesta.



Sepasang kaki mungil yang selalu aku ikuti jejaknya.
Genggaman hangat yang nyaman terasa hingga ke jiwa.
Aku yang suka menatap langit dalam keheningan, dan engkau yang bising dalam keramaian.
Meski berada dalam perbedaan, namun kita mampu saling menyempurnakan.
Aku yang terlalu kecil untuk memahami dunia, kutemukan dirimu yang gagah sebagai nahkodanya.

Aku selalu menunggu kalender mulai berganti di meja kamarku.
Menanti dan menerka kira-kira akan ada petualangan apa lagi yang sudah kau siapkan.
Ini aku, teramat suka birumu yang menenangkan.
Hangat pelukmu yang mampu membuatku tetap berpendar kala warnaku mulai pudar.
Nasehat yang selalu kau utarakan bak nyanyian tidur mampu membuatku tenang.
Ingin selalu kudengarkan setiap malam meski pun saat fajar datang kau tak kutemukan.

Semesta tempat kita biasa bermesra, masih saja merona ditemani jingga.
Kini tinggiku sudah sepundakmu, tak bisa lagi untuk kau ledeki seperti dahulu kala.
Senyum sabitmu yang dulu indah saat kita masih remaja, kini menjelma rindu yang aku simpan dalam dada.
Lengkungan bibirmu itu bak candu yang ingin kucecap setiap hari tanpa ingin diinterupsi oleh derita.

Meski senja harus pasrah disingkirkan oleh rembulan dan gemintang malam kala percakapan kita menggantung di ujung pepohonan.
Aku tak pernah sedikitpun merasa resah tentang mencintaimu.
Engkau adalah semestaku, tempat akhir yang ingin kutuju.
Menikmati secangkir teh di sore hari, di masa senja saat kita menua nanti

--renjanalara

19-07-2023

Renjana Lara [ Slow Update ]Where stories live. Discover now