PENGGALAN 65

1.2K 65 0
                                    

Nama kuil wilayah Hutan Senyap adalah Keabadian Makhluk Hidup

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Nama kuil wilayah Hutan Senyap adalah Keabadian Makhluk Hidup. Tempat dimana kebanyakan elf yang boleh masuk adalah para Elf yang bekerja dengan ketua wilayah atau para petinggi wilayah yang memiliki harta yang banyak. Jika rakyat biasa apalagi miskin seperti Aseelaia maka tidak diizinkan masuk dengan alasan sihir terlalu lemah.

Penjagaan di luar kuil benar-benar di tingkatkan berkali-kali dari biasanya. Sepertinya rencana ketua wilayah membuat senjata sihir itu benar-benar adanya. Kini Aseelaia, Arthur, Ray, dan Mexion tengah memantau keadaan di dekat sebuah pepohonan rimbun yang terkenal akan umurnya yang sudah menyentuh 300 tahun lamanya. Para penjaga elf di depan kuil memiliki senjata tombak, ciri khas para prajurit yang di rekrut oleh ketua wilayah Hutan Senyap.

"Jumlah mereka kurang lebih 100 orang." Gumam Ray. Anak itu padahal baru berumur 12 tahun tapi sudah berkeliaran di tempat berbahaya seperti ini.

Mexion mengangguk, "tombak mereka juga memiliki sihir, sepertinya bisa mengendalikan petir." Ujar pria paruh baya itu, jika di tebak mungkin saat ini umurnya baru 50an tahun.

"Bukan hanya petir, kami para elf bisa mengendalikan elemen alam, seperti air, api, tanah, udara." Tambah Aseelaia terlihat gusar. Jika di lihat lagi ada tanda si leher para prajurit elf tersebut, itu berarti mereka adalah para prajurit tingkat tinggi yang dimiliki wilayah Hutan Senyap.

Arthur mendengus, "merepotkan saja." Komennya singkat.

"Lalu kau? Meskipun termasuk kaum miskin kau tetap elf kan? Kau bisa mengendalikan elemen apa?" Tanya Ray dengan nada penasaran bukan main, seperti seorang anak yang ingin mendengar kisah fantasi.

Aseelaia mencengkram lengannya erat-erat, wajahnya sedikit tak suka akan pembahasan tersebut. Arthur melirik Aseelaia yang terdiam, cengkraman tangan di lengan kurusnya membuat tulang-tulang yang ada di lengan tersebut semakin terlihat jelas, anak itu benar-benar sudah sangat kurus kering.

"Aku bisa mengendalikan senjata elemen." Jawab Aseelaia dengan suara takut. Selama ini ia menyembunyikan akan fakta itu. Bukan seperti elf yang lain dirinya tak bisa mengendalikan elemen alam. Adiknya saja bisa mengendalikan air sedangkan kakaknya bisa mengendalikan petir, hanya dirinya di keluarga tersebut yang tak bisa mengendalikan elemen alam.

Aseelaia diam, ia sedih mengingat-ingat bagaimana ayah, ibu dan keluarganya yang lain dengan senang hati menerima kekurangan dirinya. Ada beberapa anak-anak sekitar rumah yang mengejek Aseelaia tak memiliki kekuatan elemen alam namun tak perlu diambil pusing karena dia memiliki keluarga yang menerima dirinya apa adanya.

"Keren! Bagaimana kau melakukannya elf?" Tanya Ray semakin antusias.

Mexion dan Arthur menyimak pembicaraan kedua anak remaja itu, ini juga bisa menjadi informasi untuk mereka berdua.

"A-- aku butuh media, seperti busur atau pedang. Jika aku memusatkan kekuatanku pada benda tersebut maka semua alat sihir bisa ku hentikan fungsinya. Ta--tapi itu sedikit susah dilakukan jika jumlah mereka lebih banyak," Aseelaia menjelaskan gelagapan bukan main, sedari tadi Arthur memerhatikan dirinya.

Dia Putri Bayangan [Completed] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora