01. Tidak terima

4.7K 196 5
                                    

Sebuah surat pemberitahuan pertukaran mahasiswa itu terus ia pandangi entah sudah berapa jam pemuda dengan kacamata yang bertengker dihidungnya itu menatapnya.

Namanya Mardan Lewidson anak sulung dari seorang pengusaha ternama dijakarta yang namanya kerap selalu masuk kedalam majalah mingguan, begitu ternama dan terpandang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namanya Mardan Lewidson anak sulung dari seorang pengusaha ternama dijakarta yang namanya kerap selalu masuk kedalam majalah mingguan, begitu ternama dan terpandang. Kadang Mardan sendiri selalu bangga pada kemampuan dan kecerdasan yang papahnya miliki namun terkadang ia pun membencinya karena suatu alasan tersembunyi hanya ia yang tahu dan terlebih setahun yang lalu Papahnya telah menikah kembali dengan seseorang yang selalu Haidan-Adiknya benci.

Sarah Rianti, seorang model top yang banyak digemari para remaja masa kini. Selain cantik ia pun begitu anggun dan berkarisma namun tetap saja bagi Mardan ibunya lah wanita yang paling cantik sedunia tak ada yang mengalahkan namun sayang ibunya telah berpindah dunia dengannya saat ia berumur 12 tahun, masih sangat belia.

Sebuah notip immes mengalihkan perhatiannya, tangannya beralih mengambil handphone yang terletak diatas tumpukan buku yang terbuka.

Lewidson Family
7 anggota

Papah
| Boys ayo turun
| makan siang
| mamah kalian udah masak

Mamah? Mardan menyungging senyum miring, baginya sang mamah hanya satu mamah lina. Jujur ia begitu malas untuk merespon chat papahnya namun adiknya yang lain tidak ada yang membalas membuat ia segera beralih untuk mengetik disebuah grup chat khusus dia dan adik-adiknya namun seperti dugaannya semuanya enggan untuk mengikuti apa yang papahnya perintahkan.

Mardan lantas membuka grup chat keluarganya kembali dan mengatakan bahwa ia dan adik-adiknya tidak akan ikut makan bersama namun tentu saja papah bersikeras agar Mardan segera turun karena papahnya akan mengatakan sesesuatu yang harus didengar oleh salah satu anaknya membuat Mardan mengalah, mau tak mau ia akhirnya turun kebawah.

Baru saja menginjakkan kaki ditangga pertama ia sudah malas sekali untuk turun kebawah. "Nak, cepet sini. " Johnatan mengayunkan Pergelangan tangannya agar Mardan mempercepat langkahnya. "Iya pah. "

Kini ketiganya berada dimeja makan dengan suasana yang begitu canggung. Melihat hanya Mardan saja yang turun membuat Johnatan mencengkram sendok dengan begitu kuat sampai Sarah dan Mardan tak berani menatapnya.

"Mas... " suara lembut Sarah berhasil menurunkan emosi didalam diri Johnatan. Lelaki itu menatap putranya kembali dengan tatapan teduh.

"Abang,"

Masih sambil menyantap makanannya mardan berdeham merespon ucapan papahnya. Mungkin dari raut wajahnya ia terlihat santai namun debaran jantungnya tidak bisa berbohong bahwa ia takut akan kemarahan papahnya.

Protektif Brother: Nct DreamWhere stories live. Discover now