9. Jenggala sakit

1.9K 128 5
                                    

Melihat tubuh meringkuk gala dan suhu badannya yang mencapai 39 derajat tapi anak itu tetap pada pendiriannya tidak mau diperiksa dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja bahkan disentuh pun anak itu tidak mau membuat kedua kakaknya prustasi dengan sikap jenggala.

Berbeda dengan Milia Jenggala lebih menutup dirinya dari semua orang. Membuat Nolan akhirnya menepuk pundak sebelah Mardan. “Dia kayanya cuman nyaman sama lu, gua kebawah dulu kalo dia udah mau gua periksa lu panggil gua aja. ”

Melihat tubuh menggigil jenggala membuat Mardan akhirnya mengangguk. Lelaki itu duduk dipinggir ranjang sambil mengusap kepala adiknya lembut. “Gal...”

Masih tak ada suara membuat Mardan menghela napas. Ia melanjutkan ucapannya karena meskipun adiknya tengah menutup mata ia tau bahwa adiknya itu mendengarkan dan tidak tidur.

“Periksa ya? Badan kamu panas banget. Yang ngerasain sakit, kan kamu bukan Kakak jadi biarin Mas Nolan periksa kamu ya. ”

Dalam hati jenggala merasa heran kenapa tiba-tiba kedua kakaknya itu peduli padanya. Meskipun ia senang dekat dengan Mardan bukan berarti ia tidak marah dengan kakak pertamanya ini. Ia marah bahkan sangat marah kepada semua orang dewasa dikeluarganya.

“Kakak panggil Mas Nolan ya?” Masih tak ada reaksi akhirnya Mardan berdiri hendak berjalan keluar dari kamar namun tangan kecil gala mencekal lengan kakaknya.

“Gausah. Kak Mardan balik aja kekamar, jangan panggil Mas Nolan aku gak mau kalian repot. ”

Sontak Mardan balik badan sambil menggeleng. “Engga, kamu itu adik kita gimana bisa kamu Ngerepotin kita? Udah pokoknya kamu diem disini kakak panggil dulu mas. ”

Tidak menggeleng atau pun mengangguk jenggala hanya bergeming sambil menatap punggung tegap Mardan yang perlahan menghilang dibalik pintu.

“Adik? Adik yang engga pernah dianggap?” Gumam gala hingga bulir hangat itu keluar dari kelopak mata dan membasuhi bantal yang tengah ia tiduri.

Ia tidak tau mengapa kata 'adik' menjadi se sensitiv ini bagi dirinya. Perlakuan mereka yang terlalu abai dan seakan-akan tidak menginginkan ia dan kembarannya lahir selalu membayangi pikirannya.

Dulu ketika ia dan milia berumur 6 tahun mungkin ia belum merasa perlakuan abai itu namun ketika ia beranjak masuk Sd ia benar-benar menginginkan semua para kakaknya hadir dan pulang namun yang ia dapatkan hanya sarkasan atau bahkan chat dan panggilan mereka diabaikan lalu sekarang mereka pulang jenggala tidak yakin hanya karena kasus Milia mereka semua pulang.

Disaat pikirannya berkelana kemasa lalu Mardan datang dengan Nolan dan beberapa peralatannya medisnya. Selama pemeriksaan, jenggala hanya diam dan tak menjawab satu patah kata pun pertanyaan dari Nolan. Melihat respon yang diberikan Jenggala membuat hati terdalam Nolan begitu nyeri dibuatnya namun sebisa mungkin ia pokus untuk menyuntikkan cairan infusan yang ia pasangkan pada jenggala.

Mardan yang melihat itu hanya mengelus punggung Nolan. Ia paham Nolan sedikit tersakiti dengan perlakuan jenggala tapi usapan dipunggungnya seakan Mardan ingin mengingatkan agar Nolan sabar menghadapinya.

Selesai memeriksa dan menambahkan obat ke dalam infusan akhirnya Jenggala tertidur membuat Nolan bergabung duduk disoffa sebelah Mardan.

“Gua baru nyadar dia kurus banget, kaya gak diurus. Si tante itu gak ngurusin anaknya apa ya?” Ucap Nolan sambil menatap dimana gala berbaring. Mardan hanya terdiam saja hingga beberapa detik setelahnya ia menoleh.

“Gala sakit apa?”

“Dia gak jawab pertanyaan gua soal apa yang dia rasa jadi bisa gua simpulin dia banyak tekanan, dia banyak pikiran jadi itu ngebuat asam lambungnya naik dan gua cek perutnya juga kosong banget kayanya dia sering nelatin makan beberapa hari kebelakang. Panasnya bentar lagi reda tapi kalo gak reda juga kita paksa bawa dia kerumah sakit. ”

Protektif Brother: Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang