05. Rumah

1.3K 121 1
                                    

Entah apa yang terjadi beberapa menit sudah Milia menunggu kakak laki-lakinya itu yang belum juga keluar dari Ruangan kepala sekola namun 2 mobil polisi datang kesekolahnya. Jantung gadis kecil itu berdebat dua kali lebih cepat, kedua telapak tangannya dingin.

Langit senja mulai nampak menghiasai langit dan bahkan kantin sekolah pun sudah mulai tutup Namun Milia dan Gala masih berada disana menunggu sang kakak kembali. Beberapa petugas polisi yang melihat mereka segera menghampiri membuat kedua anak kembar itu saling berpegangan erat.

“Gala aku bakal dipenjara?”

“Gak, lah! Bimo, kan engga mati engga mungkin kamu dipenjara. ”

Milia mempererat pegangan tangannya pada jenggala tepat saat petugas polisi itu datang mereka tersenyum. “Kalian belum pulang?”

Sontak saja Milia dan Gala saling pandang, gala menarik tubuh lia kebelakang. “Belum om polisi kita lagi nunggu kakak disini. ”

Polisi itu mengangguk dan menemani kembar sampai kakaknya kembali membuat lia mendekatkan mulutnya pada telinga gala. “Mereka engga akan nangkap aku, kan?”

“Percaya sama aku, mereka pasti ada urusan disini. ” balas Jenggala dengan berbisik juga.

Beberapa menit kemudian Haidan muncul bersamaan dengan diborgolnya kepala sekolah Smp neo dengan digandeng oleh 2 orang polisi  berbadan besar.

“Aa”

Melihat kemunculan Haidan membuat Milia dan jenggala segera menghampiri lelaki itu. “Aa ada apa?” Tanya gala yang dibalas gelengan kepala oleh haidan.

“Kalian masuk mobil aa aja, kita gak bakal sekolah disini lagi. ”

“Loh??”

Sebelum kedua adiknya semakin bertanya Haidan mendorong pelan punggung keduanya agar segera masuk mobil. Sementara ia menghampiri petugas polisi yang membawa damar.

“Sekarang Anda paham, kan kalo macam-macam sama keluarga Lewidson bakal berakhir gimana?” Damar hanya terdiam dengan sorot mata yang menajam.

Haidan hanya berdecih dan membalas tatapan itu tak kalah tajam.  Ia tentu sangat Marah kedua adiknya diperlakukan seperti ini oleh orang lain dan terlebih uang yang tiap bulan selalu Haidan berikan pada sekolah lenyap dimakan kepala sekolah brengsek itu.

“Pastiin para petinggi sekolahan ini gak tau kalo gua yang laporin kasus pembulyan dan pungli. ” ucap haidan pada salah satu polisi yang bertugas ketika damar sudah dimasukkan. kedalam mobil polisi

Polisi itu tersenyum. “Aman, dan. Lu tenang aja. ”

“Thanks, bang.”

Haidan begitu lega, beruntung ia memiliki banyak koneksi dengan para polisi dijakarta selatan jadi untuk membereskan masalah ini secara diam-diam akan mudah. Jika para petinggi yayasan tau ia yang melaporkan akan banyak perang yang terjadi karena secara tidak sengaja Haidan menjatuhkan nama baik sekolahan ini.

“by the way, kedua anak kecil itu adik tiri lu? Cantik sama ganteng njir. Gua agak heran sih sama lu, lu benci sama mereka tapi ngelakuin ini? emang aneh manusia yang satu ini. ”

Jangan heran kenapa polisi ini tau mengenai kehidupan Haidan karena lelaki itu memang Kakak kelas Haidan sewaktu SMA dulu dan masih berhubungan baik sampai sekarang, namanya Minggu Radiansyah.

“Berisik deh lu, malem club gak?” Sudah jelas Haidan berusaha menggantikan topik pembicaraan membuat Mingyu terkekeh

“Gak bisa gua dinas ke solo. ”

Haidan berdecak. “Yaudah gak jadi. ”

“Minggu depannya lah. ”

Haidan mengangguk dan bersiap-siap hendak kembali kemobil dimana kembar berada. “Jangan sampe ketauan bang Mardan, tuh orang suka mata-matain gua soalnya. ”

Protektif Brother: Nct DreamWhere stories live. Discover now