12. Permasalahan sikembar

1.6K 118 17
                                    

"Syalalalalala ih ini bener gak sih dasinya gal?"

"Seneng banget gak sih akhirnya aku gak akan liat bimo lagi dan kamu juga gak akan diganggu bimo lagi disana. "

"Gal?"

"Jenggala?"

Milia menatap jenggala dengan kernyitan di dahinya. Ia sudah seperti berbicara dengan tembok saja tidak ada respon. Ia berdecak dan mencubit pipi kiri jenggala agar anak lelaki itu merespon ucapannya.

"Pagi-pagi kok bengong sih?"

Jenggala menggeleng dan berdiri di depan Milia membenarkan dasi dikerah bajunya yang miring. "Udah gini bener. "

"Ada yang lagi kamu pikirin kah? "

Pagi ini pertama kalinya mereka kembali bersekolah di sekolahan yang baru dan tentu itu membuat milia bersemangat makanya ia langsung berlari ke kamar gala untuk melihat kembarannya itu memakai seragam baru yang sudah tersedia pagi ini di dalam kamarnya masing-masing.

"Lia... "

Kedua alis milia mengangkat pertanda bahwa ia menunggu Jenggala melanjutkan ucapannya.

"Kalo semisalnya semua abang kita pura-pura baik dan sayang sama kita gimana? Kamu sedih engga?"

Senyum yang semula terbit diwajah Milia perlahan memudar. "Pura-pura?" jenggala mengangguk.

"Selama ini mereka selalu nunjukin kalo mereka gak suka sama kita jadi meskipun pura-pura aku bakal seneng. Kenapa? Kamu ngira mereka baik sama kita karena pura-pura?"

Kembali jenggala menggeleng untuk menjawab pertanyaan Lia. Anak itu mengambil tas di atas meja dan mengajak Milia untuk segera keluar kamar.

Begitu turun dari lantai dua, dengan semangat Milia menarik Jenggala untuk segera kedapur namun di meja makan hanya ada Jero, radja dan Mardan. Kedua kakaknya yang lain tidak ada disini maka dari itu Milia mengedarkan seluruh Pandangannya kesegala arah sementara Jenggala langsung duduk disamping Radja tanpa mengucap sapaan apapun, lantas mengambil roti lapis yang sudah tersedia di piringnya.

meskipun pura-pura aku bakal seneng

Sepenggal kalimat itu terus terputar dipikiran jenggala membuat anak lelaki itu menghela napas, matanya  menatap kakaknya satu persatu. Ia heran bagaimana bisa kakak-kakaknya ini membohongi mereka perihal kasih sayang, jenggala sangat membenci hal itu. Ia kembali menatap roti ditangannya lalu melahapnya banyak-banyak ke dalam mulut.

Sementara Milia sedari tadi celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang pun akhirnya duduk. Ia penasaran kemana kedua kakaknya yang lain? Mereka memang tidak ada di rumah atau mungkin belum keluar dari kamar?

"Nyari apa cantik?" tanya Mardan sambil tersenyum ramah dan meletakkan segelas susu disamping piring Jenggala dan Milia.

"Aku gak liat aa idan sama mamas, mereka masih tidur?" tanya balik Milia membuat Radja menatapnya.

"Mereka ke jogja."

"HAH? MEREKA PULANG?" jero dan Radja mengangguk kompak membuat Milia menunduk.

Ia sedikit tidak percaya bagaimana bisa kedua kakaknya tidak berpamitan padanya. Yah, memang sudah biasa namun ia kira kali ini akan berbeda melihat perlakuan keduanya kemarin. Tiga kata yang keluar dari mulut Radja sukses membuat napsu makan Milia menghilang, kini ia hanya menatap makanan di depannya tanpa minat.

"Udah makan cepet setelah itu kita ke sekolahan baru kalian. "

Keheningan melanda ruang makan dipagi hari ini. Jero mengusap rambut milia pelan. "Semangat sekolahnya. "

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Protektif Brother: Nct DreamWhere stories live. Discover now