8. Mulai Nerima?

1.3K 110 4
                                    

Sesuai diskusi yang dilakukan bersama tadi kini dari jarak 20 langkah dari makam Haidan memandangi kedua sodara kembarnya yang tengah berjalan dengan tatapan yang sama seperti 21 tahun lalu ketika sang ibunda tiada.
Tatapan sedih yang bahkan tidak bisa mereka ungkapkan secara lisan.

Haidan lebih memilih berdiam didalam mobil. Pada kenyataannya lelaki itu tidak bisa untuk menginjakkan kaki dirumah baru wanita yang telah melahirkannya ini. Hatinya terlalu perih untuk sekadar menatap nisan bertuliskan nama yang selalu berada dihatinya.

Kepalanya ia tundukkan kearah stir mobil dengan mata tertutup. "Mah, kenapa cepet banget perginya?"

"Apa mamah sekarang bahagia disana? Papah disini bahagia mah. Papah udah punya istri baru sama anak lain." ucapnya begitu lirih seakan-akan ia tengah mengeluh pada sang mamahnya secara langsung.

Sekitar 20 menit akhirnya Jero dan Nolan kembali kemobil dengan sebuah senyum tipis menghiasi wajah mereka. "Udah?"

Jero dan Nolan mengangguk membuat Haidan segera menyalakan mobilnya untuk segera meninggalkan makam sang mamah. Tanpa mereka sadari perlahan-lahan mereka mulai menerima semua keadaan saat ini.

Selama perjalanan Haidan mencoba mencairkan suasana dengan menyalakan music di spotify miliknya dan bersenandung kecil membuat Nolan yang duduk dibelakang mulai mengikuti Haidan.

"Mau langsung balik atau kita jalan-jalan dulu? "

Haidan bertanya yang membuat jero dan nolan saling bertatapan kemudian kompak menjawab pulang kerumah.

"Soal Milia, Gala, lu udah nemu sekolahan yang cocok buat mereka?" Nolan bertanya dengan sedikit mencondongkan badannya kearah depan guna menatap Haidan lebih dekat.

"Papah udah pilihin. Gua engga tau papah tau dari mana kasus Milia ini tapi tadi pagi papah kirim gmail ke gua formulir gitu. Papah udah daftarin sikembar. " Jelas Haidan yang membuat Nolan hanya mengangguk kecil karena sejujurnya dia pun sudah tau dari sekretaris papahnya.

Selagi Haidan dan Nolan membahas soal sekolah sikembar Jero hanya mendengarkan tanpa ikut berdiskusi untuk kedepannya bagaimana. 3 bulan lagi dia harus pergi menyelam yang membutuhkan waktu cukup lama dan tentu saja ia sendiri tidak tahu apakah akan bisa kembali dengan selamat atau tidak.

Ia selalu mempercayai Haidan dan Mardan akan mengurus kedua adik kembarnya dengan baik seperti tahun-tahun sebelumnya. Lelaki itu menatap kearah Jendela selama perjalanan sampai akhirnya mata sipitnya membulat sempurna ketika pandangannya bertatapan dengan adik kecilnya yang tengah dibicarakan oleh Nolan dan Haidan.

Tanpa jero sadari tangannya menepuk lengan Haidan kencang berkali-kali agar ia menghentikan mobilnya. "Stop dan, stop. "

Haidan jelas kaget, lelaki itu sontak mengerem mendadak membuat nolan mengumpat karena ia jadi tersungkur kedepan untung saja tidak terluka.

"Kena-" Belum selesai mengumpat Jero sudah keluar lebih dulu dan berlari cukup kencang dengan tubuh tinggi atletisnya membuat Haidan dan Nolan segera keluar dari mobil.

Dari jarak beberapa langkah didepan sana ada beberapa anak lelaki yang sudah terbaring sambil mengaduh memegangi perut mereka sementara seorang gadis kecil itu menatap beberapa anak lelaki itu dengan tatapan tajamnya.

"Milia!"

Gadis kecil itu tersentak kecil, kaget melihat Abangnya berlari dan memeluk dirinya cukup erat. Sungguh hal yang sangat tidak milia duga akan mendapat pelukan dari abang dinginnya ini.

"Abang?"

"Abang disini jangan takut!"

Gala yang berada dibelakang milia menatap kaget kearah abangnya itu dan bertambah kaget lagi ketika Mas dan Aanya datang dari arah depan gang.

Protektif Brother: Nct DreamWhere stories live. Discover now