04. Kembali ke jakarta

1.2K 120 11
                                    

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang dijalan tol dengan suara justine bieber sang artis top dunia yang mengiringi perjalanan jauh Haidan dan Nolan.

“Nanti kalo udah sampe rumah sakit bilang gua.” ucap Nolan sambil menyenderkan tubuhnya kesenderan kursi, kursinya ia miringkan sampai diposisi miring.

“Heem. ”

Selama menyetir jantung Haidan berdegup kencang. Sudah 11 tahun berlalu semenjak adik kembarnya masih berada dalam kandungan. Terhitung 2 kali ia pulang dalam 11 tahun itu. 5 tahun lalu saat ia pulang kerumah, Kembar masih begitu kecil dan tidak mengerti apa-apa namun sekarang mereka malah membuat masalah disekolah.

Jika boleh jujur Haidan tidak ingin kembali lagi kerumah selamanya, ia tidak ingin bertemu dengan Papahnya dan Istri barunya itu. Ia masih belum nerima keputusan papah dan segala hal yang terjadi beberapa tahun lalu.

Haidan menghela napasnya beberapa kali kalo saja Mardan tak menyogoknya dengan sebuah mobil audi keluaran terbaru tidak mau juga Haidan membantu sikembar. Sementara Nolan memang ada urusan dirumah sakit Jakarta jadi ia sekalian saja pulang.

“Anjir macet parah!”

Sesekali Haidan melihat kearah arloji emasnya dan ketika pukul sudah menunjukkan ke angkat 10 pagi ia segera mencari celah untuk melaju. Sudah hampir 5 jam ia mengendara dari pagi dan seluruh badannya begitu pegal. Ia ingin bergantian dengan Nolan namun niatnya ia urungkan kembali setelah melihat wajah kelelahan yang tercetak diwajah tampan milik Nolan.

Bekerja menjadi Dokter bedah torakoplastik jangan diragukan lagi sesibuk apa bahkan Nolan menghabiskan hari-harinya didalam ruang operasi membuat Haidan selalu mencemaskan kesehatan adik kembarnya itu.

Sementara dilain tempat Milia tengah gelisah karena wali kelasnya sudah menanyakan kapan orang tuanya akan datang bahkan mereka sudah menelpon Johnatan namun nomornya tidak aktiv.

Selama jam pelajaran jantung Milia berdebar. Bukan ini yang sebenernya lia inginkan, ia hanya ingin jenggala dapat keadilan dari sekolah terhadap perlakuan bimo namun yang terjadi malah merugikannya. Kini ia berada dikelas sedang belajar bersama yang lainnya Meskipun kini banyak desas desus tak mengenakkan tentang dirinya dan Jenggala Namun Milia memilih tak peduli dengan itu semua.

Berkali-kali Millia menatap kearah Jam dikelasnya dan waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang namun Haidan tak kunjung membalas chat sama sekali.

Diam-diam ia menyalakan hpnya dibawah meja.

Aa idan

Aa
Jadi kesini, kan?

Ia kembali menghela napas karena ternyata Haidan belum juga membalasnya.

Menit demi menit berganti ke jam sampai akhirnya tepat jam 3 sore bell pulang sekolah berbunyi membuat Milia menidurkan kepalanya ke meja. Ia menduga bahwa Mardan berbohong dan seperti biasa semua kakak-kakaknya akan mengacuhkannya.

“Lia... ”

Milia mendongak ketika sebuah suara menyapanya dari pintu kelas. Ia melihat sekeliling ternyata semua anak dikelasnya sudah keluar hanya tersisa dirinya dan Jenggala yang baru saja datang.

“A'idan jadi dateng?”

Milia menggelengkan kepalanya dan mengajak Jenggala untuk keluar dari kelas menuju parkiran siapa tau Haidan memang sudah sampai sekolahan.

Lenguhan napas pasrah terdengar dari mulut Milia ketika tak juga menemukan sosok seseorang yang ia inginkan hadir diparkiran sekolahnya. Ia dan jenggala saling bertatapan dengan degup jantung yang tak beraturan ketika nama mereka dipanggil melalui speaker sekolah agar segera menemui kepala sekola diruangannya dan tidak boleh pulang terlebih dahulu.

Protektif Brother: Nct DreamWhere stories live. Discover now