1. Pradipta dan Sanya

60 11 4
                                    

"Ingin bertriak keras, tetapi keadaan membungkam mulutku."

-Pradipta Adikhari-

"Duit yang kak Dipta kasih seminggu lalu kok cepat banget abisnya, kamu gunain apa aja?" tanya Pradipta mengintimidasi adek perempuannya yang sedang ia sidang di ruang tamu.

Sanya yang semula menunduk itu perlahan mendongak menatap sang abang dengan perasaan takut.

"Buat beli kouta," ucap Sanya pelan.

"Terus sekarang duitnya udah abis?" tanya Pradipta, lagi lagi Sanya mengangguk pelan.

Pradipta mengusap wajahnya frustasi dengan sikap adek perempuannya yang terbilang boros tidak mengerti akan keadaan keluarganya.

Pradipta lalu mengambil dompetnya yang berada di saku, diambilnya uang seratus lima puluh ribu lalu di berikannya pada Sanya yang katanya untuk membeli buku pelajaran.

"Seratus lima puluh ribu buat beli buku pelajaran, sisanya ada lima puluh ribu buat uang saku kamu selama empat hari. Bisa kan?" ucap Pradipta penuh harap.

Sanya menerima uang dari Pradipta lalu mengangguk. "Makasih Kak Dipta," ucap Sanya sangat bahagia.

••••

Bukannya untuk membeli buku pelajaran Sanya menggunakan uang pemberian kakaknya untuk membeli novel ber- genre fiksi remaja itu di toko buku terdekat.

Ia memutari rak buku bertuliskan Novel itu sudah hampir setengah jam, Sanya masih bingung novel mana yang akan ia beli kali ini.

Singkatnya saat sudah membeli novel, waktu Sanya menyebrang jalan ia di tubruk oleh mobil dari samping yang kecepatannya sangat tinggi.

Sanya bertriak dan akan melangkahkan kakinya lebih cepat ingin menyelamatkan diri dari kecelakaan tetapi sirna, ia sudah tertabrak mengenai kakinya dan ia tersungkur di atas aspal.

Pengendara mobil itu turun dari mobilnya, dia merasa bersalah karena sudah menabrak seseorang.

"Dek, maafin saya. Saya gak lihat waktu adek nyebrang saya kurang fokus." Pengendara mobil yang menabrak Sanya adalah seorang pria paruh baya dengan setelan jas kantornya sepertinya beliau adalah orang kaya yang bekerja di perusahaan seperti di televisi.

Seketika semuanya mengerubungi Sanya, Sanya yang masih syok jantungnya berdegup sangat kencang ia seketika teringat dengan Pradipta takut akan di marahi karena sudah berani berbohong dan kualat dengannya.

"Awsh, kak Dipta maafin aku." Sanya menangis bukan karena luka di kakinya tetapi karena takut akan kemarahan Pradipta.

"Mbak ambulans-nya sudah datang mari ke rumah sakit agar mbak mendapatkan perawatan," ucap warga.

••••

Karena hari ini hari Minggu Pradipta yang sedang libur dari pekerjaan sampingannya kini menikmati berkumpul dengan teman-temannya di sebuah warung kopi di siang hari.

Handphone Pradipta bergetar menandakan jika seseorang sedang menelpon dirinya.

Canda tawa bersama teman temannya terpaksa ia hentikan sejenak lalu mengangkat telepon dari adeknya itu.

📞

Pradipta: halo, kenapa dek?

Sanya: kak Dipta maafin aku

Pradipta: Kenapa?!

Sanya: aku di tabrak orang, sekarang aku ada di rumah sakit sama orang yang nabrak aku.

Sanya: kak Dipta cepat kesini ya, aku di rumah sakit sejahtera.

Panggilan itu cepat cepat di matikan oleh Sanya, karena Sanya takut jika Pradipta akan mencerca pertanyaan lewat telepon.

Pradipta mendengar kabar jika adeknya kecelakaan ia sangat terkejut lalu meminum kopinya hingga habis dan pergi dari tongkrongannya.

Bersambung....

Vote🌟

Follow ig: @storyandinidiaak

3 Agustus 2023

Pradipta Perfect Brother Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ