3. Keadilan yang tersingkirkan

38 8 11
                                    

"Jika keadilan hanya berpihak pada yang memiliki banyak uang, lantas bagaimana caranya rakyat biasa seperti saya mendapatkan keadilan?"

~Pradipta Adhikari~

Pradipta keluar dari toilet ia melihat temannya yang bernama Vino berjalan menuju toilet siswi atau toilet perempuan.

Dilihatnya terus menerus pergerakan Vino dan betapa terkejutnya Pradipta melihat Vino masuk ke dalam toilet khusus perempuan.

Pradipta berjalan mengikuti Vino dan masuk ke dalam toilet siswi itu juga. Vino memasuki bilik yang kosong tanpa menutup pintu toilet tersebut membuat Pradipta bisa leluasa mengintip apa yang akan di lakukan oleh Vino.

Pradipta terkejut bukan main saat melihat Vino mengeluarkan handphonenya dan menaiki closed lalu memfoto siswi perempuan dari atap toilet tanpa penutup yang berada di bilik samping.

"WOI!" Pradipta memasuki toilet itu yang di dalamnya terdapat Vino untuk melabraknya.

"Ngapain lo?! Hapus gak! Dasar cowok cabul!" maki Pradipta sorot matanya menatap Vino sangat tajam.

Vino tentunya terkejut akan kedatangan Pradipta yang menciduknya. "Si miskin gak usah sok ikut campur," jawab Vino terdengar menyebalkan.

Pradipta maju lebih dekat lalu menghajar mulut jahat milik Vino. Pertengkaran itu tentunya terdengar dari bilik samping yang terdapat siswi sedang berganti baju sehabis pelajaran olahraga.

"Kalian ngapain disini?! Ini kan toilet khusus perempuan!" Siswi yang menjadi korban Vino itu bertriak ketakutan dengan tangan yang menentang seragam olahraga.

"Arin?" panggil Pradipta tentu kenal dengan Arin. Arin adalah cewek yang di sukai oleh Vino tetapi Arin tak suka balik kepada Vino, Pradipta jadi tahu mengapa Vino melakukan hal bodoh itu.

"Asal lo tahu Rin kalau nih orang tadi fotoin lo dari atas sini! Gue berantem buat ambil handphonenya mau hapus foto lo itu!" beritahu Pradipta pada Arin.

Mendengar itu Arin tentu terkejut sekaligus marah dengan Vino, ini adalah tindakan pelecehan seksual!

"Kurang ajar lo Vin! Ini namanya pelecehan seksual! Siniin handphone lo!" Arin ikut masuk dalam toilet itu lalu mendekati Vino dan mendorongnya ingin mengambil handphone Vino dan menghapus fotonya.

"Ini salah lo Rin karena gak mau nerima cinta gue," ucap Vino sangat gila.

"Ya pantes sih Arin gak mau nerima cinta lo, lo itu cowok cabul sakit jiwa! Gue saranin sering sering datang ke psikolog deh, miris gue lihatnya," ucap Pradipta membela Arin tentunya.

Vino menghajar Pradipta dan pertarungan itu pun kembali terjadi membuat Arin menengahi tapi percuma tak ada yang mau mengalah.

Arin harus menghapus fotonya di handphone milik Vino tapi bagaimana caranya? Sedangkan Pradipta dan Vino malah berantem.

Arin akhirnya keluar dari toilet itu dan melaporkan kejadian tersebut kepada kepala sekolah.

••••

Di ruang kepala sekolah kini Pradipta dan Vino sedang di sidang oleh kepala sekolah langsung dan ada para guru-guru juga di sana termasuk guru BK.

Arin menceritakan semuanya tentang apa yang ia alami, termasuk tentang Pradipta yang menolongnya dari cowok cabul seperti Vino.

"Saya bakalan hapus foto Arin tetapi dengan syarat saya bakal terhindar dari surat peringatan dan Pradipta yang akan mendapatkan surat peringatan itu," ucap Vino membuat Pradipta dan Arin terkejut bukan main dengan kelakuan bejat Vino.

"Pak! Dia yang salah! Dia udah melakukan perbuatan yang tidak senonoh pada perempuan! Masa saya yang mendapatkan hukuman?! Saya ini yang menolong pak!" bantah Pradipta.

"Iya pak! Tolong kasihan dengan Pradipta, kalau Pradipta ngga ngasih tahu saya mungkin Vino bakalan lakuin hal yang lebih gila ke saya!" ucap Arin membela Pradipta.

Vino mengangkat sudut bibirnya, senyuman yang sangat licik ia keluarkan. "Kalau saya yang dapat surat peringatan berarti kedepannya papa saya gak bakal nyumbang lagi buat pembangunan sekolah ini yang sudah berjalan hampir setengahnya. Bagaimana pak?"

Pradipta mencengkeram kerah seragam Vino dengan raut wajah sangat tidak trima. "Banci lo! Lo itu salah dan Lo harus ngakuin! Bukan malah menutupi dengan cara nyogok pakai duit!" ucap Pradipta bersungut-sungut.

"Sudah! Sudah! Pradipta demi nama baik sekolah dan lancarnya pembangunan sekolah, tolong kamu mengalah ya?" ucap kepala sekolah pada Pradipta.

Pradipta menoleh menatap kepala sekolah tak trima. "Maksudnya pak?"

Pak kepala sekolah paruh baya itu menghela nafas berat. " Terpaksa kamu saya beri surat peringatan agar Vino mau menghapus foto Arin."

"Apa apaan nih pak! Dia yang salah dan saya hadir sebagai penolong kenapa malah saya yang dapat surat peringatan itu?! Apa karena orang tua Vino berkontribusi terhadap sekolah ini? Kesalahan dia bisa di hapuskan dengan uang?! Ini gak adil pak!" ucap Pradipta dengan lantang sangat tidak terima.

"Pak tolong ambil tindakan yang adil! kalau gak ada Pradipta mungkin foto saya sudah tersebar luas karena ulah si Vino!!" Arin tentu tidak trima jika Pradipta yang mendapat surat peringatan itu. Karena Pradipta lah Arin tahu jika Vino mengintip dan memfoto dirinya di dalam toilet, Vino sangat gila dan tidak berperasaan!

Kepala sekolah pun terdiam karena bungkaman dari Pradipta. kepala sekolah juga bingung untuk memutuskan, di satu sisi kepala sekolah tak mau pembangunan sekolah terhenti begitu saja karena tak ada donatur dari ayah si Vino. Tapi jika tidak Pradipta yang tidak melakukan kesalahan malah mendapat surat peringatan. Ini benar benar definisi lu punya uang lu punya kuasa!!!

"Dip, gimana nih..." Arin cemas dan juga merasa kasihan dengan Pradipta.

"Pak!" tegur Pradipta meminta kepastian.

"Maaf Pradipta, demi pembangunan sekolah yang lancar bapak harus kasih kamu surat peringatan. Kami pihak sekolah bangga punya murid seperti kamu tetapi maaf bapak tidak bisa bantu. Sekali lagi saya minta maaf. Dan kamu Vino segera hapus foto Arin yang kamu ambil di dalam toilet!"

Mendengar keputusan dari kepala sekolah membuat Vino tersenyum kemenangan sedangkan Arin dan Pradipta sangat kecewa terhadap keputusan yang di buat oleh kepala sekolah.

"Ini namanya gak adil pak! Bapak jangan mentang mentang saya orang gak punya bapak bisa menindas saya dan menutupi kesalahan Vino hanya karena uang!" ucap Pradipta bersungut-sungut. sesak di dada karena ia tak mendapatkan keadilan.

"Dan lo!" Pradipta menunjuk Vino penuh amarah. "Bokap lo ngajarin kalau kesalahan bisa di tutupi pakai uang, ya?! Gue berani jamin kalau duit bokap lo itu duit haram makanya anaknya jadi kayak gini!"

Vino bangkit tak trima ingin menghajar Pradipta tetapi para guru sudah lebih dulu menengahi.

"Saya sudah hapus foto Arin pak." Vino menujukan barang bukti pada kepala sekolah dan juga Arin.

Vino bangkit ingin keluar dari ruangan itu tetapi lebih dulu Vino membisikkan sesuatu pada Pradipta. "Makanya banyak uang biar lu punya kuasa, jangan sekali-kali lo berhubungan lagi sama gue. Itu gak akan ngebuat lo menang, sekalipun lo teriak sekeras mungkin." Vino tersenyum licik lalu pergi dari tempat itu.

Mendengar bisikan setan itu membuat Pradipta ingin menyusul Vino tapi guru yang berada di sampingnya lebih dulu memegang pundak Pradipta.

Bersambung....

Rate emosi membaca part ini 1/10


Jangan lupa klik bintang

Follow ig: @storyandinidiaak

Pradipta Perfect Brother Where stories live. Discover now