7. Lukamu Lukaku (2)

27 5 0
                                    

Malam ini Pradipta berjalan di tengah kegelapan dengan tas gendongannya untuk menuju ke warung pak cungkring, tempat tongkrongan yang biasa ia singgahi bersama teman-temannya. Bagi Pradipta tempat itu adalah rumah keduanya yang senantiasa membawa kedamaian.

"Woi Dip, tumben jam segini baru mau nongkrong pakai acara bawa tas segala, abis les lu?" canda teman Pradipta yang bernama Ghandi seraya menyruput minuman.

Pradipta duduk bergabung bersama empat temannya yang terduduk di lesehan seraya bermain gitar dan bernyanyi kecil-kecilan.

"Lesu amat bang, dapat masalah?" ucap Aryan.

"Gue diusir sama bokap," jawab Pradipta terdengar lesu.

Semua teman-temannya terkejut mendengarnya, bahkan sampai ada yang berhenti sejenak saat bernyanyi.

"Kok bisa?" Reynaldi mendekatan tubuhnya ingin mendengar lebih detail penjelasan Pradipta.

Pradipta menggaruk kepalanya pusing. "Gak tau bro, semenjak bisnisnya bangkrut gue terus yang selalu kena sasaran amarahnya lah, selalu salah dimatanya. Dan sekarang dia ngusir gue, yaudah sih gue turutin biar puas capek gue lama-lama!"

Reynaldi menepuk pundak Pradipta menenangkan. "Sabar Dip, gue juga pernah ada diposisi Lo."

"Yee si bego, malah adu nasib," tegur Ali pada Reynaldi.

Reynaldi menyengir. "Gak..Dip bercanda gue mah. Ntar lo nginep dirumah gue aja."

"Nginep dirumah gue juga boleh bang, gue anak tunggal sering ngerasa kesepian. Makanya gue sering nongkrong sama kalian," ucap Aryan.

Masih ingat dengan Aryan? Teman Pradipta tapi cowok itu seumuran dengan Sanya. Lebih tepatnya cowok itu alasan Sanya ingin pindah sekolah karena sering di bully oleh Aryan.

Dunia memang sempit Aryan yang sering mem-bully Sanya disekolah, ternyata Aryan adalah teman satu tongkrongan abangnya sendiri.

"Thanks, tapi gue takut ngerepotin kalian. Rencana untuk sementara gue mau nginep di warung pak cung itu kalau boleh, gapapa sekalipun gue disuruh bantu bantu buat warungnya," ucap Pradipta.

"Boleh lah pasti, pak cung kan udah anggep kita kek anak sendiri. Rencana sih gue pengen gebet anaknya yang cewek, tapi sayang masih SD. Ntar dikira pedofil kan kacau," ucap Reynaldi.

"Cewek mulu pikiran lu, Rey," jawab Ghandi pada Reynaldi.

Semua bersorak untuk mendamaikan keadaan.

••••

"Makasih ya pak cung udah mau nerima saya nginep disini, nanti abis pulang sekolah saya mau cari kos," ujar Pradipta, cowok itu terduduk di bangku warung seraya menali sepatunya sebelum berangkat ke sekolah.

"Gak usah sungkan gitu lah mas Dipta, pak cung juga nggak ngerasa keberatan kok. Pak cung seneng banget lho warung pak cung ada yang jagain," jawab pak cungkring pemilik angkringan itu tersenyum penuh ketulusan pada Pradipta.

Fyi pak cung ini asli Jogja jadi ngomongnya agak dicampur bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Nama aslinya adalah pak Slamet tapi dikampungnya sering di panggil pak cungkring karena perawakannya yang kurus dan tinggi. Dan panggilan itu terbawa sampai ia merantau di jakarta.

Pradipta bangkit dari duduknya karena sudah selesai menali kedua sepatunya, Pradipta menghampiri pak cungkring yang sedang membersihkan meja warungnya untuk persiapan buka. Angkringan Pak Cung ini buka dari jam tujuh pagi sampai tengah malam. Biasanya malam warung pak cung ramai karena teman teman Pradipta yang sering nongkrong di sana.

"Pak cungkring baik banget ya, gak kayak papa saya," ujar Pradipta seraya tersenyum kecut mengingat perilaku papanya itu.

"Sabar nggih mas Dipta, pak cung yakin nanti papanya mas Dipta sama mas Dipta bakal akur lagi," ucap pak cung memberi semangat pada Pradipta.

Btw nggih= iya

••••

Sepulang sekolah Sanya menyempatkan untuk mampir sebentar di sekolah Pradipta, kebetulan jarak sekolah Sanya dan Pradipta itu cukup dekat sekitar dua ratus meter.

Sanya sangat penasaran kemana kakak laki-lakinya pergi semenjak sang ayah mengusir pada malam itu.

"Kak Dipta!" panggil Sanya, ketika melihat tubuh yang sedang menunduk seraya bermain ponsel yang ia yakini adalah milik kakak laki-lakinya.

Cowok itu menoleh, dan ternyata benar saja jika memang itu Pradipta yang sedang duduk di halte bus.

Sanya berlari lalu menghampiri Pradipta dan ikut terduduk halte itu.

"Sanya, kamu ngapain kesini?" tanya Pradipta.

"Ay-o-k pu-la-n-g kak! Mama nyariin kak Dipta," ujar Sanya seraya ngos-ngosan karena tadi ia berlari.

"Kamu yang seharusnya pulang sekarang, kamu jangan dekat-dekat kak Dipta, San, nanti papa marah," ucap Pradipta, seraya bergeser agak jauhan pada adek perempuannya itu.

Deg!

Kenapa dengan kakaknya itu? Sengaja sekali ingin menghindari adeknya sendiri. Rasanya agak sakit, Sanya membatin.

"Kak Dipta kenapa sih?!" Sanya menyatukan kedua alisnya, heran.

"Udah sekarang kamu pulang, nanti mama nyariin. Kamu gak usah khawatir sama kak Dipta, kak Dipta aman kok, San. Kamu pulang sekarang. Kak Dipta duluan." Pradipta mengelus rambut Sanya sebentar sebelum menaiki bus yang baru datang.

Lalu Pradipta melangkahkan kakinya masuk kedalam bus meninggalkan Sanya sendiri di halte itu.

Tanda tanya besar bagi Sanya sendiri, mengapa kakaknya tiba-tiba bersikap seperti tadi?

Dari warung depan sekolah Pradipta kini ada dua cowok, yaitu temannya Pradipta yang sedari tadi memantau interaksi antara Pradipta dan juga Sanya.

"Ceweknya Pradipta?" tanyanya pada temannya disamping.

Temannya itu mengangguk. "Mungkin, iya."

"Buset, bocil sekolah sebelah," ujarnya seraya tersenyum miring. Dia berkata demikian karena melihat seragam Sanya yang berlogo SMA Berbudi dan tanda kelas sepuluh.

Bersambung....



Jangan lupa vote 🌟



Follow ig: @storyandinidiaak

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pradipta Perfect Brother Where stories live. Discover now