5. Hancurnya pertemanan

21 7 10
                                    

"Semua orang bisa berubah, jadi biasakan dirimu
untuk menerima itu."

~Sanya Vandita~

Dari luar Sanya mendengar ada suara motor yang datang bergegas lah Sanya mengintip dari jendela dalam rumah.

Ia melihat kakak laki-lakinya baru pulang ntah dari mana di bonceng oleh temannya, Sanya melotot terkejut melihat Aryan membonceng kakaknya.

"Lho itu kan Aryan..." monolog Sanya sedikit terkejut. Ternyata orang yang sering mem-bully dirinya saat di sekolah ternyata teman abangnya.

Begitu pintu terbuka Sanya langsung menghadang langkah Pradipta yang akan masuk ke kamar.

"Kak Dipta kok jam segini baru pulang," ucap Sanya seraya menunjuk jam dinding terlihat pukul sebelas malam.

"Biasanya pulang malam kan? Mama papa tadi berantem lagi?" tanya Pradipta pada si adek.

Sanya menggeleng kepala pelan.

"Tidur sana, besok kan harus berangkat sekolah." Pradipta lalu pergi meninggalkan Sanya yang sedang berdiri didepan pintu.

••••

Sanya sangat terkejut dan tidak menyangka mendengar kabar bahwa orang yang ia sukai yaitu Arel mempublikasikan hubungannya dengan Vira— sahabat Sanya sendiri. Mereka sudah menjalin hubungan selama dua bulan belakangan ini.

Sanya mendapatkan kabar itu dari akun gosip sekolah yang para OSIS sengaja ciptakan.

"Gue gak nyangka Vir, lo ginian gue." Begitu masuk ke kelasnya Sanya langsung melabrak Vira.

"Maksudnya apa ya, San?" tanya Vira tidak paham dengan semua ini.

Sanya menunjukkan hapenya yang berisi berita itu pada Vira. "Ini yang lo bilang bestie? Ha?!"

Vira terdiam seraya menunduk.

"Ngomong Vir! Kok diem aja?!"

Vira mengebrak mejanya dengan kasar meluapkan emosinya. "Kalau iya emangnya kenapa? Gak boleh gue suka Arel?! Kalau Arel sukanya sama gue lo bisa apa San? Ngaca san, ngaca!"

Sanya terkejut sekali dengan ucapan Vira se kasar ini. Apa ini sifat asli dari Vira? Hati Sanya sakit mengetahui sifat asli dari Vira yang sudah di anggap seperti saudara sendiri oleh Sanya. Tapi apa, ini balasan Vira?

"Gue gak nyangka Vir, jujur gue sakit hati lihat asli lo kayak gini. Makasih ya udah mau jadi temen gue beberapa bulan ini. Maaf kalau selama temenan sama gue lo ngerasa terpaksa. Gue mau pindah bangku." Sanya lalu terduduk di bangku paling belakang sendirian.

••••

Istirahat pertama Arel datang ke kelas Sanya, lebih tepatnya untuk menemui Vira. Ya, Arel mulai terang terangan menujukan hubungannya dengan Vira.

Sanya melihat Arel dan temannya menghampiri bangku milik Vira, Sanya mengamati dengan hati terasa sesak. Rasanya hari itu kebahagiaan sedang tidak berpihak padanya.

"Kalau mau mesra mesraan jangan disini deh Rel, kasihan si kuda poni hatinya kebakaran," ucap Aryan menyindir pada Sanya. Membuat teman-temannya tertawa urakan.

Sanya yang menjadi pusat perhatian oleh teman temannya Arel seketika menatapnya tajam. "Apa lo lihat lihat?!" ucap Sanya sangat ketus.

"Gue punya mata, jadi bebas lihatin mana aja. Termasuk lihatin lo yang lagi patah hati karena Arel ternyata jadian sama sahabat lo sendiri. Sakit gak?" Aryan semakin brutal mem- bully Sanya.

"Huu! Kerasin lagi Ar!" seru Vano memanasi.

Sanya bangkit dari duduknya untuk menghindari para mulut mulut jahat milik mereka yang tidak berhati manusia.

Tetapi Sanya harus melewati gerombolan Aryan dan teman temannya tentunya, karena bangku Vira berada di depan.

"Panas ya?" Aryan memegang pergelangan tangan milik Sanya seraya tersenyum jahat.

"Lepasin! Tangan lo kotor buat pegang tangan gue!" Sanya lalu melepaskan secara kasar cekalan dari Aryan lalu pergi meninggalkan kelasnya.

Sanya sangat membenci cowok yang bernama Aryan Erlando! Ingat itu! Karena Aryan lah penyebab rahasia Sanya menyukai Arel jadi terbongkar.

Rasanya Sanya ingin membunuh sosok bernama Aryan Erlando tetapi ia masih teringat dosa.

••••

Sampai rumah Sanya pulang hampir Maghrib sekitar pukul setengah enam sore, karena Sanya sempat mengikuti ekstrakurikuler terlebih dahulu di sekolahnya.

"Tumben jam segini baru pulang," ucap Pradipta, sedang terduduk di kursi kayu luar rumah sedang bermain gitar.

"Iya kak, ada ekstrakurikuler jadinya pulangnya sore," jawab Sanya sedikit lemas.

Sanya pun ikut duduk di sebelah kakaknya untuk mengucapkan sesuatu pada Pradipta.

Sanya menyiapkan mental terlebih dahulu sebelum berbicara tentang keinginannya.

"Kak Dipta..." panggilannya pelan.

Pradipta hanya berdehem dan masih fokus pada gitarnya, jari jarinya ia gunakan untuk memetik senar gitar dan menghasilkan nada yang indah di sana.

Sanya mengeluarkan nafasnya tenang lalu berucap. "Aku pengen pindah sekolah," ucap Sanya, setelah itu ia pasrah jika Pradipta akan marah padanya.

Bersambung....

Klik bintangnya 🌟

Follow ig: @storyandinidiaak

Pradipta Perfect Brother Where stories live. Discover now