Epilogue

1K 104 8
                                    

Dua bulan sudah berlalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua bulan sudah berlalu. Sebagai pelaku kejahatan yang tidak terduga, seorang Jayden yang mempunyai kuasa orang tua sebagai Jenderal Polisi dijerat hukuman sepuluh tahun penjara setelah mengajukan permohonan banding. Semestinya Jayden yang memiliki pasal berlapis itu dijerat hukuman 20 tahun penjara atau bahkan bisa seumur hidup. Namun, untuk kesekian kalinya. Ketika uang sudah berbicara, maka kuasa yang bertindak.

Waktu memang sudah berlalu tanpa sadar, tetapi sebagai seorang saksi yang dilindungi, Danielle kerap mendapatkan ketakutan oleh dunia luar. Sejak saat itu senyumannya hilang, ia lebih sering merenung dengan pandangan yang kosong. Sungguh, trauma yang dirasakan Danielle tak mudah sembuh layaknya meminum obat. Sudah dua bulan ini ia mendapatkan terapi.

Sebagai seorang lelaki yang punya rasa tanggung jawab, Haruto berjanji selalu ada untuk gadis itu. Setiap saat ia selalu mendatangi Danielle, tak peduli dengan jarak yang memakan waktu lumayan lama, demi kekasihnya sembuh lebih cepat dengan senang hati Haruto rela melakukannya tanpa rasa terbebani. Jakarta-Banten itu bukan halangan supaya dapat bertemu dengan sang kekasih.

Setelah berkendara selama tiga jam, akhirnya Haruto sampai di kediaman Danielle. Ia menghela napas gusar, takut diusir untuk kesekian kalinya oleh Danielle. Tapi, apa salahnya terus mencoba. Haruto sangat yakin, ia dapat meluluhkan hati wanita itu. Dengan langkah kaki yang terasa berat, ia memasuki kediaman Danielle, dengan sopan dan santun ia menyapa kedua orang tua Danielle terlebih dahulu. Justru semakin sering ia berada di rumah Danielle, entah mengapa membuat keakrabannya bersama orang tua Danielle kian intens.

"Nak Haru, tolong titip Danielle sebentar ya. Kami berdua mau pergi berbelanja, maaf sudah merepotkan kamu," ucap wanita paruh baya ini dengan suara lembut.

Haruto tersenyum manis seraya menganggukkan kepala. "Nggak masalah, Tante, nggak ngerepotin Haru, kok."

"Padahal rumah kamu jauh," keluh Mama Danielle. Hanya dibalas Haruto dengan tersenyum canggung. "Kalau ada apa-apa hubungi Tante ya," lanjutnya.

Haruto kembali menganggukkan kepala, sementara itu orang tua Danielle langsung melenggang pergi setelah berpamitan. Begitu memandang kamar Danielle, ia menelan salivanya susah payah, lalu melangkahkan kaki menaiki anak tangga.

Meskipun Minggu lalu Danielle sudah mengusirnya, Minggu ini Haruto tak akan menyerah semudah itu. Meski sebenarnya khawatir gadis itu malah membencinya, setidaknya Haruto sudah berusaha. Begitu sampai di depan pintu kamar Danielle, lebih dulu Haruto menghela napas, lalu mengetuk pintunya secara perlahan.

"Danielle, aku boleh masuk?" tanyanya di luar pintu.

Seperti biasa tak ada balasan, tetapi hari ini berbeda sebab pintu kamarnya terbuka dengan sambutan Danielle yang tersenyum sangat manis.

"Danielle," panggil Haruto pelan.

Masih tak ada jawaban, Danielle hanya tersenyum manis yang lambat laun mulai memudar dengan isak tangis yang menyesakkan dada dan juga air mata yang secara perlahan turun membahasi wajah Danielle.

Best Mistake: Girl Need Boy ✔Where stories live. Discover now