10

720 111 50
                                    

pradiptaweda_ mulai mengikuti Anda

Apa boleh Kaila sebahagia ini saat menemukan nama akun yang telah lama ia ikuti di sosial media kemudian mengikuti balik akunnya?

pradiptaweda_ memposting foto baru

Apa boleh Kaila sebangga ini ketika melihat salah satu hasil jepretannya terpajang di feed akun tersebut?

Selamat tidur, Kai.

Ketika Weda mulai terang-terangan melihatnya, memperhatikannya, dan mungkin menyukainya—meski yang terakhir ini belum ada konfirmasi apa-apa—apa boleh Kaila sebersemangat ini tiap kali membuka mata?

Apa boleh wajah Kaila seberseri-seri ini tiap matanya bertemu tatap dengan sepasang mata laki-laki yang mulai menyematkan kata-kata manis di room chat mereka, laki-laki yang selalu siaga menanti di depan gerbang rumahnya juga lobi fakultasnya?

"Mau makan dulu sebelum balik?"

Apa boleh, senyum Kaila semanis ini tiap diajak bicara laki-laki itu?

"Boleh."

Dan, apa boleh, Kaila mengartikan senyum Weda pada teman kelas laki-laki itu yang bertanya, "Pacar?" saat mereka tak sengaja berpapasan di kantin kampus, sebagai sebuah klaim bahwa ada hubungan istimewa di antara ia dan Weda? Apa boleh begitu?

"Heh! Ngapain hujan-hujanan?"

Apa boleh Kaila menerima perhatian Weda sebanyak ini padahal belum tentu itu datang dari hati?

Kaila hanya tersenyum lebar ketika Selasa sore itu dipertemukan dengan Weda yang membawakannya payung di tengah aksi menerjang hujan Kaila dari gedung fakultas menuju sekre BEM.

Kaila hanya terdiam ketika Weda mengusap-usap rambut dan wajahnya yang basah, mengambilkan Kaila handuk kecil untuk mengeringkan itu, juga meminjamkan Kaila jaketnya sepanjang rapat anggota berlangsung.

"Foto siapa nih?"

"Tadi di mana?"

"Tadi nyelip di bukunya Weda."

Seluruh anggota kini sedang beberes sekre karena sebentar lagi hari purna tugas akan tiba. Rona dan Adinda berbincang perihal selembar foto. Tadi, karena tertarik dengan sebuah buku yang tergeletak di meja bersama beberapa barang lain, Rona iseng membuka halamannya dan ditemukanlah harta paling berharga itu di sana.

Mengapa dikatakan demikian, ya, karena tipografi di belakang foto itu berbunyi:

22 Maret 2014
yang berharga dan yang tercinta.

Kaila tidak buta. Kaila juga ada di antara Rona dan Adinda saat itu; ikut melihat potret polaroid seorang perempuan manis; ikut melihat reaksi panik Weda ketika kembali dari toilet setelah meninggalkan barang-barangnya dalam keadaan tak tertata di meja.

Weda buru-buru membereskan itu semua, mengambil paksa foto di tangan Kaila yang agak gemetar. Weda tak bicara apa-apa, meski mata Kaila menyorot penuh tanya. Saat pulang bersama pun, Weda tak menjelaskan apa-apa, padahal Kaila butuh penjelasan.

Atau mungkin, perasaan Kaila yang sudah jelas berantakan itu bukan termasuk hal yang perlu Weda pikirkan?

Atau mungkin, selama ini Kaila hanya terlalu percaya diri, padahal nyatanya, bagi Weda, ia bahkan tidak seistimewa bayangannya, tidak seberharga perempuan di foto yang Weda simpan selama hampir sepuluh tahun itu?

Sampai di sana, Kaila dapat simpulkan bahwa Weda tidak sesuka dan secinta dirinya pada laki-laki itu. Atau mungkin, Weda bahkan tidak pernah menyukai Kaila sedikitpun?

"Kai, udah sampe."

Kaila jauhkan kepalanya dari punggung Weda—sumpah, Kaila akan jadikan ini yang terakhir kali sebab sadar, punggung Weda sejak awal tidak tersedia untuknya.

Turun dari motor Weda, Kaila tidak mengucap apa-apa lagi selain terima kasih. Ia masuk ke dalam rumah tanpa menoleh. Pesan Weda yang menyatakan bahwa laki-laki itu sudah sampai rumah berusaha keras tidak Kaila balas.

Malam sekali, Kaila mengirim pesan untuk yang terakhir kali.

Weda makasih banyak buat semuanya. Lo baik banget, sumpah. Semoga, Tuhan bales semua kebaikan lo, ya. Btw, udah tiga minggu, nih, motor gue ilang, kayaknya mustahil ketemu. Jadi, gue minta Bapak beliin yang baru. Bapak juga udah setuju. Jadi, mulai besok, lo nggak perlu anter jemput gue lagi.

Sumpah, yang terakhir kali.

Pradipta Wedakusuma

Foto yang tadi lo liat itu namanya Tania.
Kita pacaran sejak SMA.

Dia meninggal gara-gara kecelakaan pas gue kuliah semester dua.

Gue bukannya nggak tahu kalo lo suka gue dari lama, tapi saat itu emang gue belum bisa buka hati buat siapa pun termasuk lo.

Nyembuhin luka hati gue bukan tugas lo atau siapa pun, tapi itu tugas gue.

Meski pelan-pelan, gue akhirnya bisa sembuh sendirian.

Sampe sekarang, gue akhirnya berani deketin lo.

[read]

Maaf, ya, bikin lo nunggu lama.

Tapi, makasih banyak udah bertahan sejauh ini.

Sekarang mungkin giliran gue yang harus nungguin lo.

Gue tahu lo butuh waktu buat berpikir setelah tahu soal Tania.

[read]

Tapi satu hal yang harus lo tahu.

Gue beneran suka sama lo, beneran sayang sama lo, Kaila.

[read]

Anda memblokir Pradipta Wedakusuma

[]

\\ d e n g a r \\

#1 mahalini ft. nuca - bimbang
#2 sal priadi - kultusan (cover by raissa anggiani)

 nuca - bimbang#2 sal priadi - kultusan (cover by raissa anggiani)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TAMAT

***

halo, ketemu lagi dengan work yang vibesnya melo-melo gini setipe banget dengan work sebelah hehe

jadi, gimana kesannya wahai pembaca yang budiman?

semoga berkesan di hati yak walau menyakitkan :')

thankyou for reading and support ^.^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

METANOIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang