22. Feel Lost

5K 276 38
                                    

Dema membulatkan matanya tak percaya. Mulutnya juga terlihat menganga sekarang. Jadi, selama ini Bella menjadi selingkuhan Hugo dan istrinya tahu itu?

"Apakah kau... menjadi selingkuhan Tuan Hugo, Bel?" tanya Dema pelan.

Sayang, Bella malah menggelengkan kepalanya dengan kencang. "Tidak, aku tidak pernah menjadi selingkuhan orang itu! Dia yang memerkosaku dan membuatku jadi begini!" teriaknya histeris.

Di detik berikutnya, tangis Bella langsung pecah. Tubuh lemasnya luruh ke lantai. Dia tidak pernah merasa sehina dan serendah ini sebelumnya. Di saat dia butuh dukungan orang-orang sekitar, mereka semua pasti tidak akan percaya dan malah mencemoohnya.

Sepertinya, bunuh diri akan tetap menjadi pilihan teratas jika begini keadaannya, batin Bella meringis. Dia juga akan menerima jika Dema menendangnya keluar dari apartemen.

Wanita itu mengira Dema akan merasa risih jika berdekatan dengannya. Namun sayang, pemikiran buruknya terpatahkan setelah gadis itu ikut bersimpuh di lantai dan memeluknya. Pelukannya itu terkesan lembut dan menenangkan.

"Ssst, maafkan aku, Bel. Aku tidak mengerti jika kau memiliki masalah yang serumit itu. Tapi, terima kasih karena sudah bertahan sampai ke titik ini. Aku akan membantumu sekuat dan semampuku, Bel. You're not alone. Can you trust me?" ujar Dema.

Setelah mendengar itu, tangis Bella malah makin menjadi lagi. Dia tidak menyangka bahwa Dema adalah malaikat yang memang diturunkan oleh Tuhan untuk membantunya. Entah bagaimana dirinya akan membalas seluruh kebaikannya nanti.

"Thank you, Dem. A--aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya merasa sangat bersyukur dapat dipertemukan denganmu," ungkap Bella sambil terisak.

Dema melepas pelukannya. Kemudian, gadis itu mengusap jejak air mata di pipi Bella. "Hei, setiap manusia dipertemukan pasti ada alasannya. Entah hanya sekadar bertemu atau saling berinteraksi. Itu hanya Tuhanlah yang tahu," balas Dema.

Bella tersenyum kecil menanggapi perkataan Dema. Dia tidak menyangka ada orang yang bisa menerima kekurangannya. Dirinya tidak bisa membayangkan jika itu adalah orang lain. Pasti mereka yang mendengar akan sangat kecewa sekali.

"Sekarang, lebih baik kau istirahat saja, ya. Apa ada hal yang kau inginkan? Mungkin pasta dengan selai strawberry atau panekuk dengan saus barbeque?" tanya Dema. Setelah mengatakan itu, gelak tawa pun langsung keluar dari mulut Bella.

"Ayolah, Dem. Tidak semua orang mengidam sampai seperti itu. Buktinya, aku tidak," balasnya.

Dema memutar bola matanya malas. "Ya, kau memang tidak, lebih tepatnya tidak mau makan. Sekarang, katakan padaku kau mau makan apa. Kasihan keponakanku nanti akan kelaparan," ujarnya dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.

Bella mengulum senyum kecil. "Tenang saja, jika aku mau makan, aku akan bilang padamu. Tapi, untuk sekarang tidak dulu," tolaknya halus.

"Baiklah kalau begitu, pergilah ke kamar dulu. Aku harus mengambil barang di bawah," pamit Dema.

🦋🦋

"Bella, apa kau berada di dalam? Ini aku Avia," panggil Avia seraya mengetuk pintu flat milik Bella. Namun, sudah lebih dari 20 menit dia berdiri di depan sana, tapi tidak ada jawaban dari siapa pun.

Avia ingin menyerah saja. Tangannya merasa kebas dan sudah memerah. "Bel-" (ucapan Avia terpotong karena seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya).

Gadis itu menoleh ke samping dan mendapati ada seorang wanita paruh baya tersenyum ke arahnya. "Cari Bella, Nak?" tanya wanita tersebut.

Howler [On Going]Where stories live. Discover now