25. Who?

3.2K 153 11
                                    

Koreksi jika ada typo!

Happy reading🤍

🦋🦋

Magnifico Regno, Los Angeles || 07.21 AM

Raymond terlonjak di tempatnya berdiri. Dia terkejut karena melihat Hugo yang sudah duduk di kursi kebesarannya. Tumben sekali Tuan datang pagi-pagi begini, batinnya.

"Selamat pagi, Tuan. Bukannya jadwal Anda masih pukul 9 pagi? Tumben jam setengah delapan pagi sudah datang," sapa Ray.

Hugo menghentikan aktivitas menulisnya, lalu mengalihkan tatapan pada sang asisten. "Aku datang ke kantor jam 3 pagi tadi," balasnya dingin.

Mendengar jawaban dari atasannya, mata Ray sontak melotot. Apa pria itu sudah gila? Bahkan, matahari saja belum memunculkan ujung sinarnya.

"Mengapa Anda datang pada jam tersebut? Apa ada masalah?" tanya Ray penasaran.

"Ya, masalah dengan seseorang yang tak bisa kulihat lagi," jawab Hugo dengan nada gusar.

Ray menghampiri meja atasannya sambil menaruh secangkir kopi. "Apa Anda butuh bantuan sekarang?" tanyanya.

Hugo menyesap kopi yang baru saja diberikan oleh asistennya. Kemudian, netra hitamnya menatap pria itu dengan lekat. "Kau yakin?"

Mendengar itu, Ray mengangguk mantap. Tiba-tiba, Hugo berdiri dan menyuruh sang asisten untuk mengikutinya. Pria itu membawa Ray ke dalam ruangan rahasia, di mana dia menyimpan seluruh dokumen yang tak pernah ditunjukkan pada siapa pun. Hugo tak pernah bisa memercayai orang lain, bahkan pada istrinya sendiri.

Setelah sampai, Hugo mengambil map yang berisi data seseorang. Kemudian, pria tersebut menyodorkannya pada Ray. "Cari tahu tentang keberadaan orang ini. Tapi ingat, jangan sampai orang lain tahu, terutama istriku!" perintahnya.

Ray pun melihat isi map tersebut dan agak merasa terkejut. "Bukankah Anda pernah menyuruh saya untuk mencari tahu siapa wanita ini? Lalu, untuk apa Anda menyuruh saya untuk mencarinya lagi?" tanyanya penuh selidik.

"Dulu aku hanya menyuruhmu untuk mencari tahu identitasnya. Sekarang, aku minta kau untuk mencari orangnya," ungkap Hugo.

Perkataan pria itu malah membuat pikiran Ray bertambah runyam. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam otaknya. Namun, dari semua pertanyaan itu, yang menonjol hanya satu.

"Ada hubungan apa Anda dengan wanita ini?"

Pertanyaan Ray sukses membuat lidah Hugo kelu. Dia tidak mungkin mengatakan mengenai apa yang terjadi. Sebelumnya, dia memang tidak memberitahu siapa pun kalau memiliki hubungan yang agak tak biasa dengan Bella.

"Sudahlah, aku akan memberitahumu jika wanita itu sudah kau temukan. Sekarang, cari dulu keberadaannya!"

🦋🦋

"Dema, kau mau pergi ke mana?"

Bella mengajukan pertanyaan saat melihat Dema sudah berpakaian rapi. Sepertinya, gadis itu hendak keluar.

"Oh, aku akan pergi ke kafe dulu. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuurus. Kakakku sudah tidak mau lagi pergi ke tempat itu karena sudah punya pekerjaan yang lebih menjanjikan. Alhasil, kafe itu jadi milikku sekarang," jelas Dema seraya merapikan pewarna bibirnya.

Mulut Bella refleks membentuk huruf O. Pikirannya tiba-tiba terbesit akan sesuatu. "Apa aku boleh ikut?" tanyanya.

Mendengar itu, Dema refleks menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Bella lewat pantulan kaca. "Tidak, kau di apartemen saja. Kau tidak boleh terlalu banyak bergerak dulu," tolak gadis itu secara halus.

Howler [On Going]Where stories live. Discover now