57. Sorry

2.8K 150 6
                                    

Halo, guys! Maaf yaaa baru bisa up sekarang. Soalnya kemarin-kemarin lagi prepare buat balik kampung😭🙏🏻

Jangan lupa koreksi jika ada typo!

Happy reading❤️

🦋🦋

Bella menghela napas gusar saat mendengar jawaban dari Hugo. Namun, dia tetap menghargai keputusan dari pria tersebut. Lagi pula, nantinya Luna tidak akan mungkin berbohong padanya.

"Bagaimana hasil pemeriksaan dokter saraf tadi? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Hugo mengalihkan perhatian.

Bella mengangguk kecil. "Ya, dia mengatakan kalau Xavier harus diterapi. Tapi, kita harus menunggu luka Xavier sembuh dahulu," jelasnya.

Mendengar hal tersebut, Hugo terdiam sejenak. Lantas netra hitamnya melirik ke arah Bella dengan ragu. Dia sebenarnya belum siap untuk mengatakan hal yang dari kemarin bersemayam di kepalanya. Namun lambat laun, hal tersebut pasti akan disampaikannya juga.

"Bel, aku sudah memutuskan sesuatu," ucap Hugo memecah keheningan. Bella yang tengah menikmati hidangan, sontak menghentikan aktivitasnya sejenak.

Kening wanita itu lantas berkerut. "Memutuskan? Memutuskan apa?" tanyanya bingung.

Hugo menarik napasnya sejenak, lalu berkata, "Aku sudah memutuskan untuk membawa Xavier dan Luna ke Paris."

Ucapan pria itu langsung membuat tubuh Bella serasa terpaku di tempat. Rasanya juga seperti ada petir di siang bolong yang menggerogoti hatinya. Netra ambernya kemudian melempar tatapan tajam bak pisau yang siap membunuh Hugo.

"Apa yang kau maksud itu? Kau tidak berhak membawa anak-anakku pergi dari sini! Mereka akan selamanya berada di sisiku!" tampik Bella. Perasaan emosi kini juga sudah mulai menyelimuti dirinya.

Namun, Hugo hanya menatap datar kemarahan Bella. Dia sudah tahu kalau hal ini akan terjadi. Untuk itu, dia mengeluarkan sebuah pernyataan yang berhasil membuat Bella bungkam.

"Aku tidak sedang bertanya padamu, aku sedang memberitahumu. Keputusan hanya ada di tangan anak-anak, Bel. Bukan kau," jelas Hugo dingin.

Tak terasa, air di pelupuk mata Bella menggenang tanpa diundang. Hugo telah mengetahui kelemahannya, yaitu keinginan dari putra dan putrinya. "Kau... kau tak bisa melakukan itu! Kenapa kau harus datang lagi setelah membuangku dan mereka semua? Kenapa?!" bentak Bella.

Hugo tersenyum getir. "Mungkin perkataan maaf sudah tak ada gunanya lagi. Tapi, percayalah. Aku telah merasa kehilanganmu sejak 5 tahun yang lalu. Aku sudah menyesal sejak 5 tahun yang lalu, Bel. Hidupku begitu hancur sejak kau pergi. Dan aku baru menyadari kebodohanku saat kau telah pergi," terangnya lirih.

Pria itu tahu kalau Bella takkan mudah percaya. Akan tetapi, dia sudah mencoba berusaha menjelaskan. Urusan memaafkan atau tidak, itu hanya Bella yang berhak melakukannya.

Sementara itu, mendengar penjelasan panjang dari Hugo, senyum sinis tercetak jelas di bibir Bella. Lantas dia kembali memusatkan pandangannya pada pria itu. "Andai Tuhan tak memberimu cobaan dulu, bukankah kau tak akan peduli pada kami? Bukankah kau akan tetap bergelung pada mantan istrimu yang licik itu?!" ungkap Bella dengan menggebu-gebu.

Mulut Hugo seketika terkunci rapat. Dia tidak mau untuk bilang 'tidak' ataupun 'iya'. Pria itu dulu saja bingung dengan perasaannya sendiri. Meski bersama Laurent, tapi pikiran serta hatinya tetap tertuju pada Bella.

Howler [On Going]Where stories live. Discover now