33. Regret

3.3K 173 11
                                    

Sebelumnya, aku minta maaf karena adegan ke depannya (maybe sampe part 38, 39, or 40, aku nggak bisa mastiin) kebanyakan Hugo nya yaww. Jadi, jangan bosen liat ceritanya si anak bazingan 1 itu😭🙏🏻

Koreksi jika ada typo!

Happy reading🤍

🦋🦋

Laurent berteriak histeris saat melihat videonya beredar di mana-mana. Belum lagi dengan penangkapan Zayden Arrow sebagai tersangka kasus perencanaan pembunuhan, pencurian, dan juga peretasan. Hal itu membuat Laurent semakin bertambah gila.

"Bagaimana bisa begini?! Bagaimana bisa?!" teriaknya seraya membanting semua barang yang ada di kamar. Namun, aktivitas itu harus terhenti setelah terdengar suara tepukan tangan dari arah pintu.

Pandangan Laurent segera beralih ke arah sumber suara. Dia dapat melihat Hugo tersenyum miring ke arahnya. "Bagaimana, Sayang? Sudah puas melihat semuanya?" tanyanya seraya mendekatkan diri ke arah sang istri. Wanita itu bergeming dan tak bersuara.

Sesampainya Hugo di hadapan Laurent, dia lantas melemparkan sebuah berkas ke arahnya dengan kasar. "Aku harap takkan bertemu denganmu lagi setelah ini! Menjauhlah dari kehidupanku, dasar pelacur!"

Mata Laurent membulat. Berkas yang dilempar Hugo tadi adalah berkas perceraian. Ah, ternyata secepat ini pria itu bergerak.

"Kau yang melaporkan Zay ke polisi?!" berang Laurent yang akhirnya mau membuka suara.

Kekehan pun keluar dari mulut Hugo. Pria itu tersenyum sinis. "Kalau ya, kau mau apa? Apa kau mau aku melaporkanmu juga, Sayang?" tanyanya dengan nada mengancam.

Jantung Laurent berdetak kencang. "Apa maksudmu?!"

"Kau pikir, aku tak mengerti kalau kau juga terlibat dalam hal ini? Sayang sekali, aku belum punya banyak bukti yang konkret agar bisa menjebloskanmu juga ke jeruji besi. Kau salah besar telah bermain-main denganku! Sekarang, cepat tanda tangani berkas itu dan pergilah dari hadapanku!" cecar Hugo.

Dengan buru-buru, Laurent menandatangani berkas yang dilempar Hugo tadi. Dia tak punya pikiran untuk kembali dan mengemis pada Hugo. Toh, pria itu sudah jatuh miskin sekarang, pikirnya.

Setelah selesai menandatangani berkas, Laurent kemudian melemparkannya ke sembarang arah. Terlihat ada kilatan emosi yang terpancar di netra cokelatnya. "Akhirnya, aku bebas dari pria arogan sepertimu! Sekarang, selamat menikmati kemiskinanmu, Tuan Hugo yang terhormat!" seru Laurent dan melenggang pergi untuk mengemasi barangnya.

Tangan Hugo terkepal kuat. Dia lantas memungut berkas perceraiannya dengan Laurent yang tergeletak di lantai. Akhirnya, dia berhasil terbebas dari jeratan wanita ular itu. Sayangnya, hidup Hugo juga ikut hancur bersamaan.

Di tengah rasa kalutnya, tiba-tiba Ray menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu. Hugo lantas memandang pria itu dengan senyum getir.

"Aku rasa, ini terakhir kalinya kau datang untuk menemuiku, Ray. Setelah ini, lanjutkan hidupmu dengan karir baru yang lebih cemerlang. Doa baikku untukmu akan selalu menyertaimu," ujar Hugo pada asistennya. Ah, mungkin setelah ini tidak lagi.

Namun, Ray malah menundukkan kepalanya. Hugo tak menyadari bahwa pria itu tengah menitikkan air matanya.

"Hei, Ray. Apa ada sesu–" (ucapan Hugo terpotong karena Ray tiba-tiba memeluknya).

"Ku–kumohon, Tuan. Bawa aku pergi bersamamu. Aku tak peduli meski kau mengajakku untuk mengemis di pinggir jalan sekalipun, yang penting ajak aku untuk ikut denganmu!" pinta Ray.

Pertahanan Hugo seketika runtuh. Pria dengan ego setinggi langit itu, akhirnya ikut menangis. Dia mengira, seluruh dunia akan meninggalkannya seperti yang lain. Namun, Tuhan ternyata masih berbaik hati padanya. Buktinya, Ray sekarang ada di sini untuk menemaninya.

Hugo melepaskan pelukannya dari Ray. Kemudian, dia mengusap air matanya kasar. "Aku orang jahat yang tak pantas untuk kau ikuti, Ray. Aku sudah tak punya apa pu–"

"Aku tidak peduli, Tuan. Dulu, kaulah satu-satunya orang yang berhasil menarikku dari kubangan neraka. Sejak saat itu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu mengabdi padamu. Bahkan, keturunanku nantinya akan setia mengabdi pada keturunanmu," ucap Ray dengan tegas.

Hugo berpikir, itu cukup berlebihan. Akan tetapi, hatinya cukup lega setelah mendengar hal tersebut. Itu artinya, Ray akan selalu mendampinginya di setiap situasi dan kondisi.

Senyum Hugo seketika terbit. "Baiklah ... aku anggap itu adalah janji. Setelah ini, bantu aku untuk berkemas. Aku sudah tidak bisa tinggal di tempat ini lagi."

Ray pun mengangguk mantap. Namun, dia teringat akan pesan Clayton untuk memberikan sebuah dokumen pada Hugo.

"Maaf, Tuan. Sebelum kembali ke sini, Tuan Clayton memberikan dokumen ini pada saya. Beliau berpesan untuk memberikannya pada Anda," terang Ray, lalu memberikan map berwarna cokelat pada Hugo.

Pria itu langsung membuka dokumen tersebut. Tubuh Hugo serasa dipaku di tempat saat melihat isinya. Isi dokumen itu adalah informasi mengenai Laurent beserta bukti pesan yang dikirimkan olehnya pada bawahannya untuk membunuh Bella. Tak sampai disitu saja, wanita itu juga menyuruh seseorang untuk mengedit video syurnya sendiri dengan wajah Bella.

Pandangan Hugo seketika kosong. Dia selama ini telah salah besar! Bella tak pernah berhubungan dengan siapa pun selain dirinya. Itu artinya, anak yang dikandung oleh Bella juga adalah anaknya.

Tiba-tiba, Hugo tertawa sumbang. Dia menertawakan nasib sialnya sekarang. Harusnya, sedari awal dia memercayai Bella. Dia juga harusnya melindungi wanita itu dengan sepenuh hati. Dan yang paling penting, dia harusnya menuruti kata hatinya, bukan egonya. Dengan begitu, mungkin separuh dunianya tidak akan hilang begitu saja seperti ini.

"Tuan, ada apa?" tanya Ray dan membuat kesadaran Hugo tertarik ke permukaan.

Hugo lantas memberikan map yang dipegangnya tadi pada asistennya. Setelah itu, dia tersenyum dengan air mata yang menggenang.

"Kau tahu, Ray. Aku dulu pernah tertarik pada seorang wanita. Tapi, bodohnya aku tak menyadari kalau sedari awal aku mencintainya!" teriak Hugo frustasi.

"Lalu, ke mana wanita itu sekarang?" tanya Ray penasaran.

Hugo mengusap air matanya yang turun dengan kasar. "Dia pergi. Dan saat ini, dia tengah mengandung... anakku," lirihnya. Ucapan Hugo barusan membuat lidah Ray seketika kelu.

"Ah, mungkin ini semua adalah balasan karena aku telah meninggalkannya, menyebutnya pelacur dan tak mengakui darah dagingku sendiri. Aku merasa jijik dengan diriku sendiri, Ray. Ajari aku untuk menjadi orang baik," racau Hugo sambil menangkup wajah menggunakan kedua telapak tangannya.

Ray pun merasa prihatin melihatnya. "Apa wanita itu adalah Elizabella, Tuan?" tanyanya.

Mendengar hal tersebut, Hugo tak menjawab. Dia malah menggigit bibir bawahnya sambil menganggukkan kepalanya pelan. Bahkan, mendengar nama wanita itu saja, dirinya sudah tak sanggup.

"Saya sudah menyelidiki keberadaannya beberapa waktu yang lalu, Tuan. Dia sekarang berada di London. Jika Anda mau, ma–" (ucapan Ray terpotong karena seseorang menyerobotnya).

"Tidak perlu, Ray. Wanita itu terlalu berharga untuk kumiliki. Kau lihat, aku tak punya apa pun sekarang. Aku juga tidak mau membebaninya dan mengajaknya susah," potong Hugo cepat.

Ray menatap atasannya dengan sendu. "Jika dia nantinya dimiliki oleh orang lain, bagaimana?"

"Itu adalah konsekuensinya. Hanya satu hal yang harus kulakukan, yaitu ikhlas. Tapi, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Jika suatu saat aku sudah memiliki segalanya lagi, maka aku akan kembali."

🦋🦋

To be continue...

So, mungkin besok Minggu aku up nya agak maleman karena ada acara mhehehe, selamat menunggu All🗿

Maaf juga kalau kurang puas dengan bab ini😭bingung ngekspresiin Hugo nyesel tuh gimana🗿

Btw, don't forget vote and comment yaww❤️

Howler [On Going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora