24. Introble

35 6 0
                                    

Deven memegangi kepalanya yang terasa makin sakit sembari melangkah memasuki kawasan mansion membelah barisan para bodyguard yang berjejer disisi kanan dan kiri teras rumah sampai masuk kebagian dalam.

" Beliau setengah jam lagi sampai tuan muda"

Cowok itu berdehem paham, tanpa menoleh sedikitpun pada Tj tangan kanannya dari dulu lalu mengibaskan tangan untuk menyuruhnya menggeser lemari yang ada didalam perpustakaan.

Tj menurut, pria itu menggeser lemari buku-buku setelah memastikan tidak akan ada orang yang masuk hingga terpampang sebuah pintu dibalik sana.

Ada tempat untuk sidik jari berguna membuka pintu besi itu tak sembarang orang bisa memasukinya bahkan sejenis Ellena sang nyonya besar tidak pernah menginjakkan kaki ke area tersebut.

" Ada sidik jari Daddy?"

Tj mengeluarkan sapu tangan dari saku celana bahannya, yang menggulung benda berbentuk jari berisikan sidik jari Sean satu-satunya orang yang bisa mengakses ruangan itu.

" Sudah saya ambil semalam tuan"

Deven mengangguk sebagai bentuk apresiasinya.

Pertama yang mereka lihat setelah pintu terbuka adalah deretan guci-guci berbagai ukuran koleksinya Sean Christiandi sebelum pada akhirnya Deven dan Tj menemukan tempat senjata-senjata disimpan.

Varian burn knuckless terpampang dilemari tempatnya disebelah wrecking ball berdiameter 60 centi berada. Ada tingkat berbentuk baseball dari besi, pedang dan samurai dan terakhir cambukan.

Masalahnya sekarang mereka berdua perlu menemukan tempat racun-racun disimpan sebelum waktu setengah jam kesempatannya habis karena pada pukul 5 sore, Daddy-nya akan sampai di mansion.

Deven cuma modal informasi letak racun di laci saja, sialnya ada hampir 15 laci diruangan itu dalam keadaan terkunci semua, bukan cuma hal tersebut yang membuat adrenalinnya berpacu tak terkontrol namun juga karena dia tidak tahu persis persatu laci kuncinya yang mana berhubung 25 kunci dijadikan satu bandul.

🏵️🏵️🏵️

" Besok kalo lo mau sekolah bilang ya, gue diizinin Mama buat nggak masuk sekolah. Mau lihat-lihat Pionir dulu jadi berangkat bareng"

Anneth yang awalnya sedang tidak mood buat bicara sama sekali lantas menghentakkan langkah kala mendengar kaliamat barusan.

Wait.... something wrong with her ears or Lifia's brain is the problem?.

" Ngapain stay disana? Sana naik ke kamar, terus mandi! Jorok amat sih jadi orang pulang sekolah gitu malah masih bisa leha-leha santai" Lifia bergidik ngeri, walau dia akui dia tak pernah mencium aroma tidak menyedapkan dari kakaknya.

Ahh...telinga Anneth ternyata yang bermasalah, gadis itu mengangguk paham dan sedikit lega karena setidaknya otak Lifia tidak kenapa-napa. Ketahuan dari nada bicaranya yang masih sewot.

Secara kan nggak mungkin banget orang kayak Sheilya Lifiana yang keras kepala tiba-tiba berubah pikiran mau ke Pionir. Apalagi perjanjiannya untuk bermain gitar tempo hari kacau balau sampai dia tak berani memberitahukan hasilnya pada Deven.

Untung cowok itu pribadi tidak penasaran dengan hasil kerjanya melatih orang bodoh chord gitar kayak Anneth.

Lagian, cuma orang bego yang nggak menerima undangan sekolah kayak SMA Cendrawasih kan? Kalo Anneth jadi Lifia juga pasti nangis darah jika menolak tawaran semenguntungkan itu.

" Lo masuk SMA kapan sih?"

" Lo UKK kelas XII ntar gue UNBK" jawab Lifia sekenanya lalu lanjut mengunyah almond sambil nonton.

APA ITU RUMAH? [END✓]Where stories live. Discover now