1. Penyesalan Ashraff

394 9 0
                                    

1. Penyesalan Ashraff

BERITA mengenai kematian Ameena Mikayla sempat bertengger di mana-mana selama nyaris satu mingguan. Mulai dari menjadi trending topic dalam aplikasi berlogo burung dengan nuansa didominasi warna biru burung, berseliweran dalam aplikasi berbagi video singkat bernuansa hitam dengan logo berbentuk seperti huruf J, hingga disiarkan beberapa stasiun televisi nasional secara serentak dan berkesinambungan.

Di usia 24 tahun, bermula dari terlalu berani untuk menjalin hubungan terlarang bersama Krishna, Ameena harus berurusan dengan Qiya Aurora. Atas dasar kecemburuan dan kemurkaan kepada Ameena, istri dari sosok wirausahawan berusia 35 tahun tersebut memilih untuk menghabisi nyawa Ameena dengan bengis hingga bisa menyandang sebutan 'wanita bermental psikopat' dari masyarakat.

Yah, bagaimana tidak?

Di tangan wanita berusia 32 tahun tersebut, hidup Ameena harus berakhir dengan tragis. Pada tanggal 15 Mei 2022, Ameena diperkosa orang-orang suruhan Qiya secara bergilir sampai meninggal dunia dan mayat Ameena dibuang ke sungai dalam keadaan tidak berbusana, melainkan sebatas dibungkus dengan menggunakan karung. Andai Ameena tidak berstatus sebagai selingkuhan dari Krishna. Pasti umur Ameena tidak akan sampai tamat dengan cara mengenaskan.

Meski tidak bertanya langsung kepada Ameenaa, terus terang Achmad Ashraff, salah satu teman satu SMA dari wanita malang tersebut—entah bisa disebut demikian atau tidak—sudah cukup mengerti mengenai latar belakang sehingga Ameena bisa selalu merasa bangga setiap sedang berkasih mesra dengan laki-laki berstatus tidak single. Pada tahun ketiga masa SMA mereka, Ameena memang pernah mendeklarasikan sesuatu bersifat mencengangkan. Di hadapan nyaris semua murid dari SMA Islam Al-Mustaqim, Ameena sampai menggunakan suara lantang selama menegaskan, "Jika menurut kalian aku emang wanita murahan, maka kalian ngga berhak untuk nyalahin aku apabila suatu hari nanti aku malah bener-bener bersikap murahan!"

Di dalam memori Ashraff, kalimat Ameena tersebut sampai sekarang masih berdengung dengan candu. Meski enam tahun sudah berlalu, entah mengapa atmosfer dari luapan emosi Ameena terdahulu masih kental sekali. Membuat Ashraff menilai bahwa Ameena memang merasa teramat terluka dengan sebutan 'murahan' dari teman-teman sekolah Ameena dan amarah Ameena lantas dicurahkan Ameena dengan merealisasikan sebutan tersebut.

Pada tanggal 30 Agustus 2022 kemarin, sidang terbuka untuk menetapkan hukuman terhadap Qiya dan seluruh orang-orang suruhan Qiya berlangsung dengan dipenuhi kepiluan. Melihat setiap tetesan cairan bening dari kedua mata Bu Layla bisa terus mengalir dengan tanpa lelah, bagaimana hati Ashraff bisa tidak tergerak? Mendapati Bu Layla benar-benar terpukul karena Ameena harus menanggung kemalangan tidak terkira terus terang sungguh membuat Ashraff selalu kepikiran.

"Maafin aku, Ameena. Maafin aku."

"Aku bener-bener nyesel."

Ketika Ashraff sedang melakukan perjalanan dari SMP Islam Al-Mustaqim—sekolah tempat Ashraff mengajarkan Ilmu Matematika—untuk balik ke rumah, cairan hangat bercita rasa asin terus berusaha merembes dari kedua ekor mata Ashraff. Di sini, Ashraff sungguh kehilangan fokus hingga entah bagaimana malah harus merasa sesak untuk setiap saat. Meski sudah memohon ampunan kepada Ameena, kepuasan tidak akan pernah menyertai Ashraff sebelum Ameena memaafkan Ashraff secara langsung. Tapi, apakah mungkin? Kini, Ameena telah tiada. Jadi, bisa dipastikan Ashraff sudah betul-betul terlambat.

Mengingat Ameena beserta seribu satu kesengsaraan Ameena ternyata memicu Ashraff untuk mengulas masa-masa SMA-nya bersama Ameena hingga mampu membuat Ashraff untuk melirik beberapa kisah melankolis dari Ameena.

Jika Ameena dan Ashraff tidak pernah saling berlomba-lomba untuk meraih rangking satu dan Ameena bukanlah saingan terberat Ashraff untuk mendapatkan sebua  beasiswa kuliah, maka Ashraff tidak akan sampai membenci Ameena.

AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus DikembalikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang