12. Tapi, Kenapa?

25 3 0
                                    

12. Tapi, Kenapa?

DI SEBUAH TEMPAT MAKAN, bersama Olyzia dan Eyla, Masha sedang nongkrong dengan mulut tidak berhenti mengoceh untuk membicarakan tentang Ashraff dan Ameena. Membuat acara makan malam mereka tidak bisa selesai dengan cepat.

"Ashraff malah udah ngirimin undangan pernikahan mereka ke grup alumni," ucap Masha dengan irama meyakinkan. Masih terheran-heran dengan kenekatan Ashraff untuk meminang Ameena.

Eyla tidak berkenan untuk dikalahkan Masha, malah lebih menggebu-gebu dibandingkan dengan wanita ber-sweater hitam tersebut. "Apakah Ashraff udah dipelet Ameena, ya? Masa Ashraff bisa turun kelas begini? Yang lebih baik dari Ameena, bukankah banyak?"

"Entahlah. Aku sendiri ngga ngerti," ungkap Masha. Dia sudah tidak menggelora. Mungkinkah karena enggan membuang-buang energi untuk memikirkan Ashraff dan Ameena? Memang.

Mendapati Olyzia mendadak tidak banyak bersuara, Masha langsung diserang kecemasan bernilai tipis. Jika Masha tidak salah mengingat, bukankah Olyzia sempat menyukai Ashraff? Pada hitungan kurang dari lima detik, Masha sudah menoleh cepat dan menatap Olyzia dengan sebelah tangan terangkat untuk memegang salah satu bahu Olyzia.

"Astaga, Olyzia, kamu ngga kenapa-napa, 'kan?" tanya Masha dengan suara dilembutkan untuk memastikan keadaan Olyzia.

Mulai dari SMA kelas satu, Olyzia memang memiliki ketertarikan tersendiri kepada Ashraff. Modus dengan menggombali Ashraff merupakan salah satu rutinitas Olyzia. Akan tetapi, Ashraff selalu bersikap dingin. Menganggap bahwa semua rayuan Olyzia sebatas candaan belaka dan Olyzia baru akan dicari Ashraff apabila Ashraff sedang membutuhkan bantuan dari Olyzia. Misalkan untuk mengganggu Ameena setiap mereka sedang memasuki masa-masa UTS maupun UAS. Dulu, Olyzia sering diiming-imingi Ashraff dengan memberikan contekan secara gratis—berupa rangkuman materi dan latihan soal—sehingga Olyzia bisa menghadapi eksamen dengan mudah.

Di tengah keprihatinan Masha dan Eyla, Olyzia berusaha untuk menampik fakta bahwa hati Olyzia habis dipatahkan oleh berita mengenai persatuan Ashraff dan Ameena. "Aku ngga memiliki alasan untuk kenapa-napa," ucap Olyzia dengan suara dibersamai kekakuan selama sedang berlagak tidak bersedih.

Mata Olyzia tidak bisa berkata bohong. Di dalam kepala Masha dan Eyla, kecurigaan mereka kepada Olyzia sampai bisa bertumbuh dengan subur. Ketika Olyzia masih bertingkah seperti manusia mati rasa, Eyla malah langsung sekalian mewakili Masha untuk berseru dengan tidak sabar, "Ayolah. Dulu, bukankah kamu suka sama Ashraff?" 

Menarik napas untuk menggapai ketenangan, Olyzia bersikeras untuk menyangkal Masha dan Eyla. Memutar kepala dan bergegas menatap mereka secara bergiliran untuk menegaskan dengan mengada-ada, "Aku ngga bener-bener suka sama Ashraff, kok. Aku mah kagum doang."

Di mata Olyzia, memiliki watak ambisius malah membuat Ashraff kelihatan keren. Alasan mengapa Olyzia selalu terkesima. Meski sadar bahwa mereka berbeda kasta? Yah. Begitulah. Olyzia berasal dari keluarga berada, sedangkan Ashraff? Mengapa masih harus ditanyakan? Ashraff berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Jadi, bisa dibilang mereka tidaklah sederajat.

Pada selang sesaat, tahu-tahu Eyla sudah berpendapat dengan sombong, "Baguslah. Dia ngga selevel sama kamu. Jika dipaksain, bisa-bisa kamu malah akan berakhir nelangsa."

Masha mendukung omongan Eyla sampai ikutan berkomentar. "Mn. Aku setuju sama Eyla," kata Masha terdengar mantap, tetapi tidak seangkuh Eyla, "dan karena kamu ngga beneran menyukai Ashraff, kami berdua sama-sama bisa bernapas dengan tenang. Toh, kalau dipikir-pikir, orangtuamu ngga bakalan ngizinin kamu untuk berhubungan dekat dengan Ashraff karena mereka udah netapin standar khusus, barangkali, calon suamimu nanti, minimal harus merupakan anak konglomerat?"

AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus DikembalikanWhere stories live. Discover now