21. Pembalasan Ameena

41 1 0
                                    

21. Pembalasan Ameena

MENAMPAR Ashraff dengan kencang sampai membuat wajah Ashraff berubah menyamping sudah dilakukan Ameena. Tapi, sudah cukupkah untuk menjadikan Ameena merasa tenteram? Mustahillah. Amarah Ameena malah masih belum terluapkan dengan sempurna.

"Apakah kamu tahu, Shraff? Yang dilakuin Olyzia kepadaku tuh udah bikin aku trauma secara fisik dan batin," ucap Ameena dengan kedua mata memanas hingga tahu-tahu sudah berbalut cairan bening.

Masih bermuka muram, rahang Ameena malah terus mengeras sekalian. Menurut Ameena, membalas Ashraff dengan menggunakan tamparan bisa dikatakan belum seberapa, teramat kurang dan tidak sepadan. Jelas, Ashraff sudah sangat keterlaluan kepada Ameena. Ketika SMA, Olyzia sering sekali mem-bully Ameena. Membuat Ameena terus-menerus menderita. Jadi, Ashraff harus dikasih hukuman berat.

"Maaf, Am. Aku ngaku salah," kata Ashraff. Menunduk dalam-dalam dengan dada sudah dilanda sebak.

Permintaan maaf Ashraff sudah terlalu sering didengar Ameena. Mustahil apabila Ameena tidak merasa bosan setengah mati. Mengapa Ashraff masih belum mengerti? 

"Maaf?"

Ameena mendengus singkat dan mengusaikan tatapan skeptis sebelum memutuskan untuk membalikkan badan. Lalu, dengan mengerahkan kedua tangan, kaus ketat Ameena langsung dilepaskan Ameena untuk kemudian dibiarkan terjun bebas ke arah lantai.

Aksi Ameena sungguh mengejutkan Ashraff. Menjadi faktor utama untuk Ashraff bertambah menunduk. Agar kedua mata Ashraff tidak sampai menyaksikan aurat dari Ameena. Menghindar dengan sebisa mungkin.

Tapi, Ameena tidak sebatas berdiam!

"Lihatlah, Shraff."

Punggung Ameena sengaja dipampangkan untuk dapat diperhatikan Ashraff. Di daerah tulang belikat sebelah kanan, Ameena sampai menunjuk suatu titik. "Aku dapetin bekas luka ini dari Olyzia," ucap Ameena dengan suara serak-serak basah karena sudah diwarnai dengan isakan.

Muka Ashraff diangkat tipis. Melihat bekas baretan berbentuk memanjang sedang menodai kemulusan dari sebagian badan belakang Ameena, kedua netra berwarna kelam milik Ashraff lantas menampillkan ketercengangan. Meski sempat terguncang, Ashraff tetap terketuk untuk menunduk ulang. Masih tabu untuk Ashraff menikmati keelokan visual dari tubuh berharga Ameena.

Meski cairan hangat bercita rasa asin terus keluar dari kedua sudut mata, Ameena belum kepikiran untuk cepat-cepat menyeka butiran-butiran hangat tersebut. Masih fokus terhadap suara dari relung hati. "Aku masih inget banget, loh. Di dalam kamarku. Aku diam-diam menangis sampai semalaman karena harus terus menahan sakit. Malah, hingga sekarang, setiap aku nyentuh bekas luka tersebut, kesakitanku terdahulu seperti bisa terulang."

Mengenang cedera lama sudah menyebabkan Ameena memetik kesulitan untuk bernapas karena Ameena terpaksa berseteru dengan sesak. Meski suara Ameena sudah semakin habis, unek-unek Ameena tetap diutarakan sampai tidak bersisa.

"Sakitloh, Shraff."

"Dulu, ...."

"Di sini, beneran sakit banget," kata Ameena dengan suara semakin habis. Masih meraba bekas luka dari Olyzia. Akibat didorong Olyzia hingga membuat bagian belakang dari tubuh Ameena bisa terantuk sebuah logam berat.

Ashraff tidak berani mengamati lama-lama. Yah, bagaimana tidak? Meski baru melihat sekilas doang, Ashraff malah sudah mengusung kepedihan tidak terkira.

"Aku malah sampai ngga bisa masuk sekolah karena harus ngalamin demam tinggi loh, Shraff," ucap Ameena dengan aneka tanda kesedihan masih berguguran kencang. Menjadikan Ashraff semakin bertambah tertekan. 

AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus DikembalikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang