8. Ameena Mencurigai Ashraff?

39 2 0
                                    

8. Ameena Mencurigai Ashraff?

MEMEGANG kedua bahu Bu Tsania, maksud Ashraff adalah menuntun sosok wanita berusia lewat dari setengah abad tersebut untuk menyelesaikan masalah antara mereka berdua dengan menggunakan kepala dingin. "Mari, Bu," kata Ashraff, "kita duduk dulu. Aku akan menjawab semua keresahan Ibu."

Meski dada dari Bu Tsania masih bergerak naik dan turun secara berkesinambungan, Ashraff tetap membawa Bu Tsania untuk berpindah ke sofa. Di ruang keluarga, sekarang mereka sudah duduk bersebelahan dengan arah sama-sama sedikit diserongkan supaya tatapan mereka bisa memetik kemudahan setiap akan dipertemukan. Masih fokus dengan kornea mata Bu Tsania, bisa dibilang suara Ashraff tidak kalah lembut dengan sorot mata Ashraff selama sedang bertutur kata kepada Bu Tsania. "Maaf, Bu. Aku ngga berniat untuk nyurangin Ibu."

Bu Tsania menarik napas untuk diembuskan dengan mengandalkan satu dorongan. Lalu, tidak lama berselang, kedua manik mata Bu Tsania diinstruksikan untuk memandang ke arah Ashraff. "Baiklah. Ibu akan maafin kamu. Tapi, Ibu ngga mau tahu, kamu harus segera batalin rencanamu untuk menikah dengan Ameena. Ibu ngga mau memiliki sosok mantu ngga beradab, Shraff."

Memang benar bahwa Bu Tsania sudah mengampuni Ashraff, tetapi dengan bersyarat. Lalu, bagaimana keputusan Ashraff? Apakah Ashraff akan menuruti? Tidak. Masih bersikukuh dengan rencana awal. Meski sudah teramat dewasa, Ashraff sampai tidak memiliki cukup ketahanan untuk merengek dan memberitakan kelugasan dari keputusan besar Ashraff.

"Bu, ..."

"Aku udah ngga bisa batalin rencanaku untuk meminang Ameena."

"Kenapa ngga bisa, Shraff?"

Bu Tsania berseru dengan suara ditinggikan. Apakah karena habis dikesalkan Ashraff? Jelaslah. Mulut Bu Tsania sampai tidak bisa berdiam lama-lama. "Ayolah, berhentilah mencari-cari alasan. Ibu tetep ngga akan merestui kalian. Mumpung kita belum sempet bertamu ke rumah Ameena untuk melamar Ameena sehingga antara kedua belah keluarga masih belum terdapat kesepakatan. Toh, kalian sama-sama belum nyicil apa pun."

"Ah. Ibu malah sedikit kepeleset."

"Meski udah sampai memiliki kesepakatan, setiap rencana masih bisa dibatalin, kok."

Ketika Bu Tsania sudah berhenti menyerocos, Ashraff memanfaatkan momen untuk meraih kedua tangan Bu Tsania. Menatap kedua netra dari wanita berbusana merah kecokelatan tersebut, tenaga Ashraff sudah berangsur menipis selama Ashraff sedang berkata dengan nada rendah, "Aku minta maaf, Bu. Aku beneran ngga bisa nurutin kemauan Ibu mengingat salah satu cara untukku bisa ngelunasin semua utangku kepada Ameena adalah dengan menikahi Ameena."

Perkataan Ashraff membuat Bu Tsania terperangah dengan kedua pupil mata tahu-tahu sudah melebar secara otomatis. "Jadi, kamu menikahi Ameena karena memiliki utang sama Ameena?"

Ya, Tuhan. Ashraff malah keceplosan. Menghadapi ketertegunan Bu Tsania, sekarang Ashraff sudah harus memutar otak dalam rangka memikirkan cara-cara untuk menghadapi kobaran dari keingintahuan Bu Tsania.

"Astaga, Shraff."

"Memang utangmu sama Ameena tuh berapa, sih?"

"Ibu memiliki sedikit tabungan. Yah ... siapa tahu bisa membantu kamu untuk membayar semua utangmu."

Bu Tsania malah salah memahami. Membuat Ashraff menarik napas dalam-dalam dengan kedua kelopak mata dikatupkan singkat. "Andai utangku kepada Ameena berupa uang, Bu. Pasti aku ngga akan menolak bantuan dari Ibu. Yang menjadi masalah, utangku kepada Ameena sampai kapan pun ngga akan bisa ditukar dengan nggunain uang," kata Ashraff dengan irama terdengar berat.

Karena Ashraff memfitnah Ameena, Ashraff bisa mendapatkan beasiswa kuliah dari Yayasan Pendidikan Al-Mustaqim secara bersyarat. Yaitu Ashraff harus bersedia mengabdi untuk lembaga tersebut minimal selama 5 tahun. Adalah latar belakang sehingga Ashraff bisa menjadi guru matematika untuk SMP Islam Al-Mustaqim, salah satu tingkatan sekolah di bawah naungan dari yayasan tersebut. 

AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus DikembalikanWhere stories live. Discover now