4. Welcome Visiona

987 77 113
                                    

Kaisar berdiam di depan kaca yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Kaisar sekarang sudah mengenakan pakaian putih abu-abu lagi. Dan memegang sebuah dasi, bukan ia gunakan di tempat yang seharusnya, Kaisar malah mengikat dasi tersebut di kepala nya.

Kaisar berjalan ke luar kamar dan menemui sang ayah di dapur. Johan yang tadi sibuk mengadon kue, kini menoleh ke arah putra satu-satunya dengan heran.

"Gimana penampilan anak mu ini Tuan?" tanya Kaisar yang kini sudah bersandar di lemari kaca.

Johan menatap Kaisar dari atas hingga bawah, rambut yang di sisir sangat rapi, dasi yang terikat di kepala, baju di keluarkan dan dua kancing atas yang ia lepaskan. Johan geleng-geleng kepala dan hanya mengangkat satu jempol nya.

"Kaisar berangkat sama Gery, Pa."

Johan mengangguk. "Besok, papa beliin kamu motor."

"Kayak punya Jef, ya pa."

"Nggak usah," kata Johan dengan cepat. "Papa udah pesen motor Supra."

Kaisar tersedak dan segera minum, apa kata ayah nya barusan, Supra? Oh ayolah, bahkan Kaisar berani bertaruh bahwa di Visiona nanti tidak akan ada orang mengenakan kendaraan itu.

"Pa, Kaisar mau kayak motor nya si Jef, papa yang bener aja. Masa pakai Supra."

"Loh kenapa, papa dulu pake Supra. Malahan keren lagi."

Kaisar menghembuskan nafas kasar. "Makanya mama ninggalin papa, papa kolot begitu."

"Heh!"

"Good morning saudara ku." Suara Jef begitu menggelegar di rumah Kaisar, pria itu tidak datang sendiri. Dia datang bersama Daniel dan Gery.

"Dih keren nih sahabat gue," puji Daniel ketika melihat penampilan Kaisar, pria itu sedang makan dengan kaki yang ia angkat di atas meja.

"Jam berapa?" tanya Kaisar.

"Jam 7, lima belas menit lagi kalau kita gak gerak. Kita pasti terlambat," jawab Gery.

"Tunggu 20 menit lagi," jawab Kaisar enteng.

Hari Senin yang begitu cerah. Ntah kenapa Kaisar rasanya ingin sekali menantang sang ketua OSIS, yang sudah lancang kemarin.

Kaisar berangkat bersama Jefrey, Gery bersama Daniel. Ke empat pria itu kini sedang berdiam tak jauh dari SMA Visiona, dari kejauhan mereka bisa melihat dua orang remaja laki-laki yang sedang berjongkok di hadapan 4 pria berbadan besar. Ke empat pria itu mengenakan jas berwarna kuning, jas kebesaran para siswa dari SMA Airlangga. Ke empat pria berbadan besar itu terus menendang kedua remaja pria yang mengenakan seragam putih abu-abu dengan jas berwarna biru tua, jas kebesaran SMA Visiona.

Kaisar mengepalkan tangan nya kuat-kuat, dia ingin sekali menghajar ke empat siswa dari SMA Airlangga itu, namun ke tiga sahabat nya melarang, dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa menonton.

"Lo kok diem aja sih anjing!" Bentak Kaisar dan ingin segera turun dari motor namun di tahan oleh Jefrey.

"Lo gak bisa nyerang mereka dengan brutal gitu, ada strategi nya," kata Gery dan segera menjalankan motornya memasuki SMA Visiona.

Ke empat pria dari SMA Airlangga berhenti dengan aksi mereka, ketika mendengar suara motor Gery dan Jefrey yang melintas dari depan mereka. Namun, Kaisar dan sahabat nya tidak mau berurusan dulu dengan para siswa Airlangga, walaupun sebenarnya kepala Kaisar seperti sudah mendidih dengan emosi sekarang.

SMA Visiona sudah melangsungkan upacara ketika Kaisar dan ketiga sahabatnya memasuki gerbang sekolah. Kini Kaisar berhadapan langsung dengan Shena, sang ketua OSIS dengan nama yang terkenal si ketua OSIS garang.

"Udah jam berapa?" tanya Shena dengan tegas dan menatap Kaisar dan ketiga sahabatnya secara bergantian.

Kaisar mengeluarkan handphone dari saku celananya, dan memperlihatkan nya ke arah Shena. "Lo gak bisa liat jam? Atau gak punya, nih gue kasih liat."

Jefrey, Gery dan Daniel geleng-geleng kepala dengan keberanian Kaisar. Padahal selama ini tidak ada satupun orang yang berani melawan Shena seperti itu.

Shena dengan cepat merebut handphone Kaisar. "Kalau Lo mau handphone ini kembali, temui gue di ruang OSIS!" Shena segera pergi hingga suara Kaisar menghentikan langkah nya.

"Gue gak akan datang, kalau Lo mau. Ambil aja handphone itu buat Lo, gue bisa beli baru," ucap Kaisar enteng dengan wajah tanpa ekspresi.

Gery, Daniel dan Jefrey hanya diam saja. Mereka benar-benar tidak memiliki keberanian untuk melawan Shena. Bahkan, mereka tidak minat sedikitpun menolong sahabat mereka.

Shena mendekat ke arah Kaisar dan menyisakan sedikit jarak di antara mereka. "Dari awal gue udah tahu siapa Lo dan karakter Lo, gue ingetin sekali lagi, kalau Lo mau lulus dari SMA Visiona. Ikuti aturan disini!"

Kaisar semakin mendekat dan membuat Shena mundur beberapa langkah hingga punggung gadis itu menubruk tembok gerbang sekolah. "Shena Amullya Lewis, gue peringatkan. Jangan pernah ikut campur soal hidup gue, apalagi sok tau dengan karakter gue. Dan apa satu lagi? Lulus? Lo pikir gue masuk ke sini hanya untuk ijazah?" Kaisar menggeleng kan kepala nya. "Berhenti ngurusin hidup gue, atau Lo nggak akan tenang Udah berurusan sama gue."

"Dan Lo kira gue takut?"

"Stop! Stop!" Jefrey segera melerai pertengkaran antara Shena dan Kaisar, Jefrey sampai sudah berada di tengah-tengah antara Shena dan Kaisar. "Maaf, Shen. Sahabat gue masih baru disini, dia gak tahu peraturan SMA Visiona. Gue juga tadi bawa motornya lelet jadi kita semua telat."

Kaisar hanya berdecih melihat bagaimana Jefrey sampai berbohong hanya untuk membela dirinya. Apa dia kira Kaisar tidak sanggup hanya untuk menyingkirkan gadis lemah itu.

"Loh...loh ada apa ini?" Bu Gayatri selaku guru BK datang dan melerai pertengkaran antara mereka.

"Kamu!" Bu Gayatri menunjuk Kaisar. "Pakai dasi sesuai tempat nya! Apakah ini yang di ajarkan oleh sekolah asal kamu?"

Kaisar ingin membantah namun Gery menyikut tangan pria itu. Kaisar yang mengerti kode dari Gery, memilih untuk diam.

"Kamu masih anak baru disini Elgafri Kaisar Hugo! Jangan banyak tingkah! Lepaskan dasi di kepala kamu dan pakai di tempat nya!" Suruh Bu Gayatri.

Kaisar hanya diam dan tidak bergerak, hingga Shena mendekat dan melepaskan dasi yang ada di kepala Kaisar dan mengenakan nya pada leher pria itu. Dari jarak yang sedekat ini, Kaisar bisa melihat betapa indah nya Shena itu. Shena dengan wangi khas maskulin, keindahan wajah seorang Shena. Bulu mata nya yang lentik, hidung nya yang mancung, kedua pipinya yang berisi, ingin sekali Kaisar memegang kedua pipi itu. Dan, bibir nya yang sedikit berisi, ah sial. Pikiran Kaisar ngelantur lebih jauh hanya karena seorang Shena.

Shena mundur beberapa langkah ketika ia sudah benar-benar, memakaikan dasi pada Kaisar.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang