17. Untuk Visiona

568 36 1
                                    

Kaisar membuka mata ketika silau mulai memasuki mata pria itu, Kaisar sedikit bergerak karena seluruh tulang-tulangnya sakit sekali. Kaisar menoleh ke kanan dan melihat Shena yang masih tertidur, Kaisar turun dari ranjang dan melihat anggota Ravens yang lain sudah siap dengan seragam putih abu-abu dan sedang sarapan.

"Malam yang indah ketua," Goda Daniel yang kini sedang di suapi oleh Vidia.

Kaisar menatap Daniel tajam dan memilih untuk mandi, karena pagi ini ada begitu banyak yang harus mereka kerjakan.

"Gimana rasanya tidur berduaan sama cewek?" tanya Jef setengah menggoda ketika Kaisar baru saja keluar dari kamar mandi.

"Keramas lagi tuh, Lo nggak ngapa-ngapain kan, Bor?" selidik Reno.

"Bangsat Lo!" Cibir Kaisar dan segera mengambil satu bungkus nasi uduk di meja.

Pintu terbuka memperlihatkan kedatangan Hendra dan ayah Kaisar disana. Mereka segera mendekat ke arah Shena dengan raut wajah panik.

"Kamu gak papa sayang, maaf Papa nggak bisa ninggalin pekerjaan kantor. Kaisar jaga kamu kan?" tanya Hendra dan sesekali mengecup kening Shena.

"Anak nggak cuma butuh uang, Om. Kalau Shena nanti mati, semua kekayaan yang om punya nggak akan ada artinya lagi," ujar Kaisar tanpa menoleh ke arah Hendra dan masih fokus menghabiskan nasi uduk yang ada di tangan nya.

"Sar!" Peringat Johan, Ayah Kaisar. "Nggak usah di masukin ke hati ya, Nak. Besok om piting kepala nya," kata Johan membuat Shena tersenyum.

Terkadang Shena bingung, kenapa sifat lembut, baik dan humoris Om Johan tidak menurun pada Kaisar. Mereka seperti dua kepribadian yang sangat bertolak belakang, bahkan Shena tidak melihat sisi baik Om Johan yang menurun kepada Kaisar.

"Ini om bawa susu, kamu minum dulu yah. Biar sesak nya berkurang." Om Johan membantu Shena untuk meminum nya.

"Kaisar, bisa tolong jaga Shena. Om ada urusan di kantor yang benar-benar urgent," mohon Om Hendra.

Kaisar mengangguk cepat. "Lagian siapa lagi yang bisa om mintai tolong."

Kaisar meletakkan piring yang ia pegang, dan menoleh dengan tatapan tajam ke arah Hendra. "Dan Kaisar mau tanya, apa yang lebih penting dari kesehatan anak om sendiri?"

"Kaisar!" Peringat Johan sekali lagi dengan suara yang sedikit meninggi.

"Papa juga dengar, ini suara dari seorang anak. Dan, kalian berdua sebagai orang tua wajib mendengar nya." Kaisar mendekat ke arah Om Hendra dan menunjuk jas mahal yang pria itu kenakan. "Kalau suatu saat nanti Shena mati, nggak akan ada orang yang menyayangi om melebihi dia. Dan, bukan nya dia anak om satu-satunya? Disaat seperti ini dia butuh om di dekat dia, buat menjaga dia. Karena bagi anak perempuan seorang ayah adalah kekuatan terbesar mereka, Om. Dan dari Kaisar lihat, Shena memang tidak kehilangan seorang ayah tapi dia kehilangan peran nya."

"Om melakukan ini semua juga untuk masa depan nya, Kaisar. Untuk cita-cita nya," bantah Om Hendra lagi.

"Nggak papa kok, Pa. Shena bisa disini sendiri. Lagian Kai juga banyak urusan di sekolah," jawab Shena.

"Kami semua juga disini buat jaga Shena, Om," seru Andra yang mulai mengerti akan pertikaian kecil antara Kaisar dan dua pria dewasa itu.

"Saya titip anak saya!" Setelah mengatakan itu Om Hendra segera keluar dari ruangan Shena. Bahkan Kaisar bisa hitung, Om Hendra bahkan belum ada lima menit dalam ruangan itu.

Johan mendekati Shena lagi dan mencium jemari gadis yang masih sangat lemah itu. "Kalau Kaisar dan teman-teman nya jahatin kamu, langsung lapor sama om ya."

Shena tertawa mendengar nya. "Siap bos!"

Johan pun keluar dari ruangan meninggalkan Shena.

Vidia yang tadinya berniat pergi sekolah, kini mengurungkan niat nya. Terlebih anggota Ravens juga memilih untuk menjaga Shena, mereka semua mengganti lagi seragam mereka dengan pakaian santai.

Ke tujuh remaja pria itu kini sibuk bermain Ludo, dan sesekali memakan cemilan yang telah mereka siapkan. Dan demi apapun, Shena merasa dirinya lebih spesial hari ini. Shena menoleh ke samping dan melihat Kaisar yang masih kelihatan sibuk dengan ponsel di tangan nya.

"Lo butuh sesuatu?" tanya Kaisar tanpa mengalihkan pandanganya pada benda pipih yang ia genggam.

"Kenapa Lo mau lakuin ini semua buat gue?"

"Lo nggak denger, bokap Lo sendiri yang minta."

"Terimakasih banyak, Kaisar."

Kini Kaisar mematikan ponsel nya dan menyimpannya dalam saku, dia menautkan kedua tangan nya di dagu dan menatap lekat ke arah netra coklat Shena. "Lo bahagia?"

Pertanyaan yang sangat ambigu, bahkan Shena tidak tahu bahagia yang di maksud oleh Kaisar. "Maksud Lo?"

"Lo bahagia?" Ulang Kaisar.

Shena mengangguk ragu. Namun, patut Shena akui, kedatangan Kaisar dalam hidup nya menambah kesan luar biasa yang ia rasakan. "Bahagia atau tidak, bukan urusan Lo kan."

"Ini cuma pertanyaan tanpa bermaksud untuk peduli."

"Ada baiknya Lo nggak perlu bertanya jika hanya ingin tahu, karena kalau seseorang salah mengartikan, yang tercipta cuma luka."

"Gue salah? Gue bertanya, dan Lo punya hak untuk nggak menjawab."

"Gue bahagia, Lo mau apa?!"

Kaisar menggeleng. "Kenapa Lo sensian sama gue? Lo nggak tahu cara berekspresi terimakasih?"

Shena tertawa mendengar pertanyaan Kaisar, tawa yang sebenarnya begitu candu untuk Kaisar lihat. Shena dengan gummy smile dan lesung pipi di kedua sudut bibirnya. "Lo nggak ngaca? Emang Lo punya ekspresi?"

Kaisar benar-benar tersindir dengan ucapan wanita berbandana putih itu.

"Lo nggak bisa jawab kan?" tanya Shena remeh.

"Lo senang kan dengar suara gue? Sampai segitunya."

Shena membuang muka. "Apaan sih, gak jelas."

"Suka bilang!" Teriak Jef yang diam-diam menguping pembicaraan dua remaja tadi.

"Gue punya tantangan buat Lo semua," kata Andra sok serius.

"Gue suka nih," balas Daniel.

"Lo semua percaya nggak kalau Shena sama Kaisar bakal beneran pacaran?" tanya Andra.

Jef berpikir sok serius, dan menoleh ke arah Kaisar dan Shena yang seolah menunggu jawaban nya, Jef pun tertawa melihat ekspresi dua remaja itu. "Kenapa Lo berdua liatin gue segitunya? Berharap banget nih gue jawab."

"Kalau menurut gue, mereka pasti pacaran." Reno menimpali.

"Setuju!" Poltak si anak Medan pun setuju dengan alibi Reno.

"Jadi siapa yang setuju mereka bakal pacaran?" tanya Andra.

Reno dan Poltak mengangkat tangan mereka, diikuti Andra. Namun, Gery, Jef dan Daniel hanya diam saja. Karena dibalik kedekatan Kaisar dan Shena ada rencana mereka yang turut andil di dalam sana, dan hanya mereka ber empat yang tahu.

"Kenapa Lo bertiga?" tanya Reno heran.

"Kalau Kaisar beneran pacaran dengan Shena Lo bertiga harus beliin gue aerox," seru Andra menunjuk Jef, Gery dan Daniel yang masih diam saja.

Impossible, gumam Gery dalam hati.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang