43. Kerinduan nya.

1.9K 121 5
                                    

Janlup vote & komen nya ya guyss!! ♡♡♡

"Mama!" suara ceria dari kedua gadis SMA yang nampak baru saja pulang sekolah itu, kedua nya berlari menghampiri sang mama yang tengah merapihkan meja makan.

Rania tersenyum hangat, merentangkan tangan bersiap menerima pelukan dua putri manis nya.

"Aduh, sayang nya mamaaa," ujar Rania, mengusap kepala putri-putri nya penuh rasa cinta.

Ketiga perempuan itu berpelukan sangat erat menyalurkan perasaan sayang satu sama dengan yang lain. Setelah merasa cukup, pelukan itu terlepas, mereka berbincang-bincang di iringi suara tawa yang begitu indah terdengar di telinga. Raut bahagia nampak jelas di wajah ketiga perempuan itu, Rania, dia mendengar kan dengan seksama seluruh cerita panjang anak-anak nya, sesekali tangan nya terangkat mengusap peluh yang berada di kening putri-putri nya.

"Yessa capek banget habis olahraga, mau makan masakan mama deh!"

"Nayya juga! Capek banget tadi pelajaran Mtk nya susah, bikin pusing kepalaaa."

"Kalo pusing kepala, jadi mau makan?" tanya Rania lalu terkekeh.

"Ya laper aja sih," jawab Nayya tersenyum malu, memancing suara tawa untuk kembali memenuhi ruangan itu.

Suasana sore begitu terasa hangat di rumah ini. Suasana yang begitu Rayessa harapkan yang sayang nya hanya bisa terkabul di dalam mimpi nya.

Perlahan semua nya memudar, mimpi indah itu menghilang. Rayessa meneteskan air mata nya, menggelengkan kepala memohon agar mimpi itu terus berlanjut.

"Maa!" panggil Rayessa, serak.

Raya mengelus kepala anak sambung nya itu, senyuman getir tercetak di wajah nya.

"Bu Raya, kata Bapa mba Yessa di bawa ke rumah sakit saja.."

"Gk perlu Bi, Yessa bakal sembuh dengan sendiri nya, nanti."

"Tapi Bu,"

Raya menggeleng mebuat Bi Yaya tak berani melanjutkan bicara nya. "Saya yang menjaga Rayessa selama tiga tahun kebelakang, saya tau anak saya kenapa. Bilang sama Bapa, Rayessa tidak kenapa-napa, dia akan sembuh dengan sendiri nya."

"Kamu merasa tau segala nya hanya dengan merawat dia selama tiga tahun?" tanya seorang lelaki terdengar begitu tegas, dia Daniel, Papa Rayessa.

Raya menolehkan kepala nya, menatap ke arah suami nya itu, lama. "Tolong kompres Rayessa Bi, saya mau ngomong dulu sama Bapa," ujar nya berlalu pergi meninggalkan kamar Rayessa.

Raya menghentikan langkah nya setelah merasa cukup jauh dan aman. Wanita itu membalikan tubuh nya menatapi Daniel yang kini tengah menatapi nya juga.

"Kamu kalo mau ngomong judes kayak gitu jangan didepan Rayessa," kata nya membuat Daniel terkekeh sinis.

"Kenapa? Memang ada yang salah dengan bicara saya? Saya hanya berkata jujur. Kamu terlalu sombong hanya dengan tiga tahun mengurus Rayessa. Kamu fikir posisi mu saat ini sudah sama seperti Rania??"

Raya mengepalkan tangan nya, menahan segala rasa marah, sedih dan kecewa yang ingin meledak-ledak. Ada kala nya Daniel menjadi sangat sinis, cuek dan jahat, seperti saat ini. Sikap yang awal nya sesekali terjadi itu semakin sering terjadi belakangan ini.

Raya tau diri, Raya tau posisi nya di keluarga ini tidak akan bisa menyamai Rania. Dia tahu jelas bahkan sampai detik ini, tidak ada yang benar-benar menginginkan nya ada disini. Seberapa baik dia, seberapa besar usahanya, Raya paham dia tidak akan di pandang sama seperti Rania.

"Aku ngomong kayak tadi karna aku tau Daniel. Selama tiga tahun ini kamu fikir aku ngurus siapa?? Aku ngurusin kalian. Setiap Rayessa sakit aku gk pernah nyuruh orang lain buat jagain dia. Aku bergadang, aku ngurus dia bener-bener sampe sembuh. Aku cuma mau bersikap sebagaimana aku harus bersikap, aku ini udah jadi istri kamu, otomatis aku juga jadi ibu nya Rayessa. Semua sikap aku bukan karna aku mau di pandang sama seperti Rania, aku juga sadar tempat aku gk ada di hati kalian."

𝐉𝐄𝐍𝐃𝐑𝐀 𝐘𝐄𝐒𝐒𝐀Место, где живут истории. Откройте их для себя