02

2.6K 213 6
                                    




.


.


.



Guncangan pelan ia terima di bahu kanannya. Matanya perlahan terbuka menampilkan wajah pria paruh baya yang sedang menghembuskan asap beracun ke samping wajahnya dengan cuek.

"Bangun nak, tujuanmu sudah sampai."

Anak itu menggeliat sebentar guna merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku karena tidur dalam posisi duduk yang lumayan lama.

Kakinya menapak tanah dibawahnya dengan sedikit terhuyung karena nyawanya masih belum sepenuhnya kembali. Udara dingin langsung menyapa permukaan kulitnya yang hanya terbalut pakaian tipis. Langit sudah menggelap tanda hari sudah berganti malam.

Ia berdiri sambil menahan dingin di belakang pria paruh baya yang sedang menekan bel rumah berpagar bak tombak berjejer itu.

Mata anak itu membola ketika pandangannya sudah kembali normal. Terdapat getaran di bola mata sebening embun itu melihat rumah yang tidak bisa dikatakan sebagai rumah tersebut terpampang kokoh di depannya seolah mengejeknya yang hanya manusia rendahan disini.

Walaupun di sekelilingnya gelap, namun beberapa titik cahaya remang-remang mampu memantulkan bentuk rumah - lebih terlihat seperti kastil - dengan nuansa merah hitam yang persis seperti kastil pada zaman kerajaan Prancis.

Di ketukan ketiga, pagar hitam menjulang itu tergeser seperempat. Dari sana muncullah seorang pria bersetelan formal menghampiri keduanya.

"Selamat malam tuan, maaf sedikit terlambat karena banyaknya budak yang saya antar hari ini."

Pria itu tersenyum dan mengangguk.

"Tidak apa-apa tuan, anda sudah bekerja keras hari ini." ucapnya menyemangati. Mata sipitnya bergulir ke arah belakang punggung pria paruh baya itu hingga anak belasan tahun itu menundukkan kepalanya karena takut bertemu dengan orang asing.

"Ah, ini anak yang saya janjikan pekan lalu." ucap pria paruh baya itu sambil menarik keluar tubuh kecil anak itu dibalik punggung lebarnya.

"Baiklah, terimakasih banyak tuan, anda bisa melanjutkan perjalanan kembali."

Pria paruh baya itu pamit undur diri menyisakan seorang anak yang tengah menggigil entah karena kedinginan atau ketakutan dan seorang pria bermata sipit itu di depan gerbang.

"Mari masuk, kau pasti sudah kelelahan melakukan perjalanan seharian." ucap pria itu menuntun anak itu masuk ke dalam. Anak itu menurut tanpa bersuara. Matanya asyik menjelajah sekeliling halaman luas yang ia pijak sebelum sampai ke pintu masuk utama rumah tersebut. Harum bunga mawar menyeruak ke dalam indera penciumannya, halaman itu walaupun pencahayaan temaram namun bisa melihat dengan setengah jelas bahwa setiap sisi halaman tersebut dipenuhi oleh tanaman mawar berbagai jenis.

"Kau tunggulah di sofa dekat perapian itu."

Suara berwibawa pria itu menyentak anak itu ke realita, bahkan ia tak sadar sudah berada di ruang tengah rumah bergaya klasik itu. Di dalamnya tak jauh berbeda, warna hitam merah mendominasi setiap furnitur yang dipajang hingga ke dindingnya.

Anak itu mendudukkan tubuh lelahnya di sofa dekat perapian sesuai perintah pria bermata sipit yang entah menghilang ke mana sambil menghangatkan tubuhnya yang kedinginan sedari tadi.

Sejauh ini pria yang menyambut kedatangannya bersikap ramah, senyum selalu terbit di wajah tampannya hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. Entahlah, anak itu tidak terlalu berharap ia akan mendapatkan majikan yang baik.

Moiee [SungLe]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang